Liputanindo.id – Taruna Ikrar, yang baru saja dilantik Presiden Jokowi sebagai Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI Buat periode 2024-2029, menceritakan peran Krusial Presiden terpilih Prabowo Subianto dalam perjalanan kariernya itu.
“Saya adalah diaspora. Saya bekerja dan belajar mulai dari Indonesia, Lalu Jepang, Eropa, dan Italia, dan bertempat tinggal di Amerika. Nah tentu, dan saya juga kan sebagai direktur konsul dokter sedunia,” katanya di kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (19/8/2024).
Sejak Maret 2024 Taruna telah menjalani serangkaian Penilaian Buat uji kepatutan sebagai kandidat kepala BPOM menggantikan posisi Penny K Lukito atas rekomendasi presiden terpilih Prabowo Subianto.
“Itu atas rekomendasi presiden terpilih sebetulnya, Bapak Prabowo,” kata Taruna Ikrar.
Hasil dari uji kepatutan itu, kata Taruna, kemudian diproses oleh Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin.
“Akhirnya semalam, pada interview terakhir, diputuskan lah, dan pada akhirnya juga terima kasih banyak kepada Bapak Presiden Jokowi yang telah mengangkat dan melantik kami,” katanya.
Pria yang pernah berstatus sebagai pegawai BPOM pada 2008 hingga 2022 itu Ingin meraih tujuan Esensial BPOM Buat meningkatkan status lembaga tersebut ke tingkat Dunia lewat pengalamannya sebagai diaspora.
Taruna menyatakan, peningkatan kualitas dan reputasi BPOM dapat membawa lembaga itu Bertanding di pasar Global, memastikan bahwa produk-produk yang disetujui oleh BPOM diterima secara Dunia dan mendukung ekspor Indonesia.
Peraih gelar S2 Farmakologi Kedokteran Universitas Indonesia itu menyoroti pentingnya Penemuan dalam proses regulasi obat dan makanan Buat meningkatkan efisiensi dan mengikuti perkembangan teknologi.
Taruna mengatakan percepatan pengesahan obat, khususnya yang sudah terbukti di negara lain, harus diterapkan tanpa mengabaikan standar yang Eksis.
Hal ini Krusial karena laporan masyarakat menunjukkan adanya keterlambatan dalam pengesahan obat, meskipun obat tersebut sudah melalui uji coba di luar negeri, kata Taruna.
Dalam konteks makanan, Taruna menyebutkan perkembangan teknologi seperti engineering genetik telah membawa Penemuan besar, seperti produksi daging dari sel. BPOM perlu menyesuaikan regulasi dan standar Buat produk-produk inovatif ini.
Selain itu Taruna menekankan potensi produk lokal, seperti jamu herbal Indonesia yang kaya akan bahan alami seperti kurkumin dan kunyit, Buat dikembangkan lebih lanjut.
Ia juga mengungkapkan kekhawatiran terkait ketergantungan pada bahan baku impor Buat obat yang mencapai 94 persen. Menurutnya, perlu Eksis langkah strategis Buat mengurangi ketergantungan ini dan menurunkan biaya obat.