AKTIVITAS manusia yang tidak terkendali dan tidak ramah lingkungan menjadi penyebab utama peningkatan pemanasan global. Salah satunya termanifestasi dalam peningkatan suhu udara.
Menurut data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), suhu udara rata-rata di Indonesia pada Juni 2023 mencapai 27 derajat celsius, sedangkan suhu udara normal klimatologis untuk Juni 2023 periode 1991-2020 ialah 26,5 derajat celsius.
Proyeksi untuk 2024 menunjukkan peningkatan suhu udara, dengan variasi suhu maksimum mencapai 34-36 derajat celsius di wilayah Indonesia. Terdapat catatan suhu tertinggi sebesar 37,2 derajat celsius, terjadi di Ciputat, Tangerang Selatan (https://www.bmkg.go.id/).
Pusingkatan suhu panas ini disebabkan oleh suhu laut yang tinggi akibat dari fenomena El Nino. Selain itu, juga dipengaruhi oleh gas emisi rumah kaca, polusi yang dihasilkan oleh transportasi, penggunaan plastik yang berlebihan dan tidak dapat ditoleransi lagi, serta deforestasi. Seluruh faktor ini merupakan penyebab utama dari pemanasan global, yang dapat dikenali melalui peningkatan suhu udara dari tahun ke tahun.
Sebaliknya, DKI Jakarta menempati peringkat teratas sebagai kota dengan kualitas udara terburuk di Asia Tenggara, dengan indeks kualitas udara (AQI) mencapai angka 157. Hal itu memverifikasi risiko yang ditimbulkan terhadap kesehatan masyarakat dan penduduk di Ibu kota Jakarta. Kasus polusi udara di Jakarta dapat mengakibatkan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dan berdampak negatif pada kesehatan mental penduduknya.
Green campus
Apa langkah yang dapat kita semua lakukan, termasuk perguruan tinggi, untuk mengatasi pemanasan global dan perubahan iklim? Kalau tidak ada upaya untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga bumi dan lingkungan, diperkirakan suhu udara akan terus meningkat dalam tahun-tahun mendatang. Salah satu langkah yang perlu diambil ialah membangun kesadaran dan memulai gerakan baru yang diprakarsai sivitas akademika dan mahasiswa di setiap perguruan tinggi.
Perguruan tinggi memiliki peran penting sebagai inisiator dan pendorong dalam upaya pencegahan pemanasan global. Langkah pertama ialah memberikan edukasi bahaya pemanasan global bagi manusia dan lingkungan.
Edukasi tersebut dapat disampaikan melalui sesi perkuliahan, seminar, atau workshop yang membahas urgensi merawat bumi dengan mengurangi aktivitas yang dapat menyebabkan krisis iklim dan lingkungan.
Langkah kedua ialah mengembangkan kesadaran baru pada sivitas akademika dan mahasiswa, mengenai pentingnya menjaga alam dengan menghindari kegiatan yang dapat merusak lingkungan. Kesadaran ini terus diperkuat pada mahasiswa dan sivitas akademika agar mereka secara bersama-sama berkontribusi dalam mewujudkan kampus yang ramah lingkungan dan bebas polusi, dikenal sebagai green campus.
Langkah ketiga ialah pembentukan norma dan aturan terkait dengan kepentingan partisipasi dalam mewujudkan lingkungan yang bersih dan hijau di green campus. Aktivitas green campus juga harus memiliki landasan hukum dan norma-norma yang mengatur, serta petunjuk teknis untuk pelaksanaannya.
Dengan adanya legalitas dan norma-norma ini, green campus dapat menetapkan indikator pencapaian yang ingin dicapai setiap tahun. Ini memudahkan dalam melakukan evaluasi dan memberikan rekomendasi untuk langkah-langkah berikutnya dalam menjalankan kegiatan green campus.
Dengan kampus yang bersih dan hijau, aktivitas pembelajaran dapat memberikan pengalaman yang sehat dan menyenangkan bagi mahasiswa. Selain itu, bisa mendorong produktivitas dan kreativitas mereka dalam menciptakan ide-ide perubahan untuk kesejahteraan umat manusia.
Langkah keempat ialah memberikan insentif positif dan sanksi bagi anggota akademis dan mahasiswa, yang menunjukkan kepedulian dalam upaya mencegah pemanasan global dan mengatasi dampak krisis akibat perubahan iklim
Partisipasi dalam program kampus hijau dapat menjadi langkah bersama dari seluruh mahasiswa dan sivitas akademika, sebagai bentuk komitmen dan aksi konkret dalam mengurangi atau mencegah pemanasan global. Sebagai contoh, mereka sepakat untuk mengurangi penggunaan bahan plastik dalam kegiatan atau aktivitas di lingkungan kampus.
Selain itu, mereka berkomitmen untuk mengurangi penggunaan kendaraan roda empat dan roda dua di dalam kampus. Selanjutnya, mereka mendukung upaya menjadikan kampus lebih hijau melalui kegiatan penanaman pohon.
Agen pencegahan pemanasan global
Mengapa sivitas akademika dan mahasiswa di perguruan tinggi perlu terlibat secara aktif dalam penanggulangan pemanasan global? Pertama, diharapkan bahwa mereka dapat berperan sebagai agen pencegahan pemanasan global, yang bertugas untuk memengaruhi masyarakat agar memiliki kesadaran dan mengambil tindakan bersama dalam merawat planet bumi yang semakin renta.
Kedua, mereka merupakan generasi penerus yang akan melanjutkan tanggung jawab kepemimpinan untuk melestarikan bumi ini. Oleh karena itu, dalam diri mereka perlu tumbuh kesadaran akan pentingnya menjaga bumi.
Di samping itu, mereka juga memiliki kebiasaan dan tindakan konkret dalam mencegah pemanasan global, seperti hemat energi, mengurangi penggunaan plastik, menurunkan penggunaan AC, mengadopsi gaya hidup yang ramah lingkungan, serta berpartisipasi dalam menjaga hutan, sungai, dan lain sebagainya.
Sivitas akademika dan mahasiswa memiliki potensi untuk menjalankan aspek pengabdian masyarakat dari tugas tri dharma perguruan tinggi, terutama dalam memberikan edukasi kepada masyarakat guna mencegah pemanasan global dan mengatasi krisis perubahan iklim.
Mereka dapat mengimplementasikannya melalui program-program seperti kuliah kerja nyata (KKN) dan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), yang bertujuan melakukan kampanye dan implementasi nyata dalam upaya menjaga dan memelihara planet bumi secara aktif.
Di era digital, perguruan tinggi dapat secara aktif menggunakan berbagai platform media digital untuk menyuarakan bahaya pemanasan global dan perubahan iklim. Hal itu bertujuan agar masyarakat lebih sadar dan terlibat secara aktif dalam melestarikan bumi.
Dengan demikian, diharapkan masyarakat akan bergerak dan melakukan aktivitasnya dengan memperhatikan panduan yang mendukung kegiatan ramah lingkungan dan sesuai dengan prinsip kelestarian alam.
Peran perguruan tinggi sangat penting dalam upaya mengurangi dampak perubahan iklim dan merawat bumi yang semakin renta. Melalui tri dharma perguruan tinggi, khususnya pengabdian masyarakat, mahasiswa dapat berperan sebagai agen kampanye yang turut berkontribusi dalam mengimplementasikan kegiatan ramah lingkungan untuk mengurangi pemanasan global.
Sebagai motor penggerak, perguruan tinggi dapat bekerja bersama-sama dengan masyarakat dan stakeholder lainnya untuk mewujudkan visi bumi yang hijau, lestari, sehat, dan nyaman.