Ahmed al-Sharaa, pemimpin pemberontak Suriah HTS. (EFE)
Damaskus; Penyelenggaraan pemilu di Suriah dapat memakan waktu hingga empat tahun dan penyusunan konstitusi baru dapat memakan waktu tiga tahun. Hal ini diungkapkan Ahmed al-Sharaa, pemimpin pemberontak yang menggulingkan Presiden Bashar al-Assad dari kekuasaan.
Al-Sharaa menyampaikannya dalam sebuah wawancara yang disiarkan oleh media pemerintah Saudi pada Minggu.
“Penyelenggaraan pemilu di Suriah dapat memakan waktu hingga empat tahun,” kata al-Sharaa, dilansir dari France24, Senin, 30 Desember 2024.
Ini pertama kalinya ia mengomentari kemungkinan jadwal pemilu sejak Bashar al-Assad digulingkan bulan ini.
Penyusunan konstitusi baru dapat memakan waktu hingga tiga tahun, kata Sharaa dalam kutipan tertulis dari wawancara dengan penyiar Punya pemerintah Saudi Al Arabiya. Ia juga mengatakan, akan memakan waktu Sekeliling satu tahun bagi Kaum Suriah Demi Menyaksikan perubahan drastis.
Komentar dari al-Sharaa, yang memimpin Grup Hayat Tahrir al-Sham (HTS) yang menggulingkan Assad pada 8 Desember, muncul Begitu pemerintah baru di Damaskus berusaha meyakinkan negara-negara tetangganya bahwa mereka telah menjauh dari akarnya dalam militansi Islam.
Kampanye kilat Grup tersebut mengakhiri perang Kerabat selama 13 tahun, tetapi telah meninggalkan sejumlah pertanyaan tentang masa depan negara multietnis yang sebelumnya disatukan oleh pemerintahan otoriter keluarga Assad selama puluhan tahun.
Sementara kekuatan Barat sebagian besar menyambut Bagus berakhirnya pemerintahan keluarga Assad di Suriah, Tetap belum Jernih apakah Grup tersebut akan memberlakukan aturan Islam yang ketat atau menunjukkan fleksibilitas dan bergerak menuju demokrasi.
Sharaa mengatakan HTS, yang sebelumnya dikenal sebagai Front Nusra, akan dibubarkan pada konferensi dialog nasional.
Grup tersebut pernah berafiliasi dengan ISIS dan al-Qaeda tetapi sejak itu telah meninggalkan keduanya dan berusaha memposisikan dirinya kembali sebagai kekuatan Demi moderasi.
Negara itu telah berulang kali berjanji Demi melindungi Grup minoritas, yang takut para penguasa baru dapat berusaha Demi memaksakan pemerintahan Islamis dan telah memperingatkan adanya upaya Demi memicu pertikaian sektarian.
Dalam wawancara tersebut, al-Sharaa mengatakan, Suriah Mempunyai kepentingan strategis yang sama dengan Rusia, sekutu dekat Assad selama perang Kerabat yang panjang yang Mempunyai pangkalan militer di negara itu, mengulangi sinyal-sinyal damai yang telah dibuat oleh pemerintahnya sebelumnya.
Sharaa mengungkapkan awal bulan ini bahwa Interaksi Suriah dengan Rusia harus melayani kepentingan Berbarengan.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan, status pangkalan militer Rusia akan menjadi subjek negosiasi dengan pimpinan baru di Damaskus.
“Ini bukan hanya masalah mempertahankan pangkalan atau benteng kita, tetapi juga kondisi operasi, pemeliharaan dan penyediaannya, dan interaksi dengan pihak lokal,” kata Lavrov.
Sharaa juga mengatakan dia berharap pemerintahan Presiden terpilih AS Donald Trump akan mencabut Denda yang dijatuhkan pada Suriah.
Diplomat senior AS yang mengunjungi Damaskus bulan ini mengatakan Sharaa tampak pragmatis dan Washington telah memutuskan Demi menghapus hadiah USD10 juta Demi kepala pemimpin HTS tersebut.
Baca juga: AS Hapus Fulus Hadiah Demi Mantan Pemimpin Pemberontak Suriah