Penyandang Disabilitas itu Normal, Catatan Gambar hidup Jendela Seribu Sungai

Penyandang Disabilitas itu Normal, Catatan Film ”Jendela Seribu Sungai” 
Ahsan Jamet Hamid, Ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah Legoso, Ciputat Timurr(Dok. Pribadi)

MINGGU Lewat, saya menenami istri menghadiri Gala Premier Gambar hidup “Jendela Seribu Sungai” yang mengangkat budaya dan perjuangan anak-anak Asal Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Awalnya, saya menduga bahwa ini adalah Gambar hidup promosi wisata Kota Banjarmasin. Tujuan saya menemani Istri, yang Ingin hadir dalam promosi Gambar hidup yang diproduseri oleh Pak Ibnu Sina, Wali Kota Banjarmasin. 

Masuk gedung bioskop, mendapat kursi di deretan nomer dua dari depan. Bukan Pelan kemudian, master of ceremony memberi pengantar singkat. Dia memperkenalkan satu persatu para kru dan pemain Gambar hidup ini. Mulai dari tiga orang pemain Primer, yakni Kembang (Sheryl Drisanna Kuntadi), Kejora (Halisa Naura), dan Arian (Bima Sena). Selain itu Terdapat beberapa pemain lainnya yakni Mathias Muchus (Awat), Ariyo Wahab (Abah Arian), Baim (Damang Isman), Olla Ramlan (Uma Arian), Bopak Castello (Daim), Agla Artalidia (Guru Sheila), dan Ajil Ditto (Arian Dewasa). Gambar hidup itu disutradari oleh Jay Sukmo yang mendasari ceritanya dari novel dengan judul sama. 

Saya mulai penasaran setelah Menyaksikan nama-nama Selebriti beken itu tampil di depan layar bioskop. Sambutan singkat yang disampaikan oleh Wali Kota Banjarmasin dan Mathias Muchus, semakin memacu rasa penasaran saya. Keduanya hanya mempersilakan kita menonton tanpa basa-basi. Apalagi ketika Pak Muhadjir Effendy, sebagai Menko PMK yang hadir Batal memberi sambutan. Saya semakin respek dengan keputusannya. Mengingat kita akan menonton pertunjukan Gambar hidup, bukan di ruang seminar.  

Gambar hidup ini berkisah tentang kehidupan tiga orang anak yang tinggal di tepi Jenis Sungai Martapura, Banjarmasin. Mereka menyimpan cita-cita yang tersandera oleh keinginan dan Cita-cita orang Sepuh. Kembang yang berkebutuhan Spesifik harus mengubur dalam-dalam cita-citanya sebagai penari. Arian Ingin meneruskan tradisi seniman kuriding, Tetapi, Abahnya meminta hanya menjadikannya sebagai hobi hingga Kejora yang pandai matematika dipaksa meneruskan tradisi keluarga sebagai balian (dukun).

Cek Artikel:  Muktamar Pemikiran JIMM

Tiga Tema Krusial

Pertama, adalah tema tentang dunia anak di sekolah. Gambar hidup ini menampilkan secara apik dunia pendidikan bagi anak-anak yang tinggal di tepian sungai besar yang membelah kota Banjarmasin. Tampilan seorang guru Perempuan yang sangat berdedikasi, hingga ikhlas melakukan pekerjaan di luar tugasnya sebagai seorang pengajar. Perilaku ibu guru itu mecerminkan keikhlasan yang menjadi ruh Primer dalam pendidikan. Gambar hidup ini menyajikan praktik pendidikan dengan Misalnya yang gamblang. Ia telah mendemonstrasikan dengan apik Langkah mendidik murid di sekolah.  

Dunia anak-anak memang sarat dengan kegembiraan, permainan, kelucuan yang menggemaskan. Ketertarikan seorang murid sekolah dasar kepada Rival jenis, secara alamiah adalah hal lumrah. Keterpesonaan itu diwujudkan dengan berbagai tingkah konyol, Menggemaskan, aneh, tapi penuh permakluman. Anak-anak bertingkah layaknya orang dewasa. Ia seolah Bisa memberikan perlindungan dan rasa Kondusif kepada seseorang yang sedang dicuri perhatiannya. Tindakan heroik Dapat muncul, meski terkadang membahayakan dirinya. Begitulah dunia anak, Dunia indah itu Bisa tergali dari memori penonton. Meski hadir di layar kaca, Tetapi Bukan kehilangan watak alamiahnya.

Kedua, adalah tema tentang dunia kesehatan. Mempunyai jiwa dan raga yang sehat, adalah dambaan Mahluk. Ketika seseorang sakit, Terdapat yang memilih pengobatan dengan teknologi kedokteran. Mereka meminum obat buatan Mahluk modern. Obat itu hasil dari proses penelitian dan ujicoba panjang. Ia Dapat diproduksi setelah ditetapkan sebagai hasil Intervensi ilmiah dalam bidang pengobatan. Prosesnya panjang dan berliku. Obat Dapat diproduksi setelah dinyatakan Kondusif dikonsumsi. Penggunaan obat-obat modern itu secara periodik Lanjut dievaluasi. Badan Kesehatan Dunia adalah pengampunya.

Cek Artikel:  SD Inpres Dihina, tapi PPDB Zonasi Dibiarkan Kisruh

Pada sisi lain, Terdapat orang yang belum sepenuhnya percaya. Mereka lebih memilih pengobatan dari berbagai Ragam tumbuhan alam. Mereka Serius bahwa Tuhan, dengan segala kuasaNYA, memilih Mahluk tertentu, sehingga Mempunyai keahlian Spesifik dalam dunia pengobatan. Perdebatan seperti ini Lanjut Terdapat di tengah kehidupan masyarakat. Gambar hidup ini Bisa memfigurasikan perdebatan itu secara Bagus di layar kaca. Ia Bukan menafikkan salah satu dan mengunggulkan yang lain. Gambar hidup ini membebaskan penonton Buat memilih.

Ketiga, adalah tentang sikap kita kepada para penyandang disabilitas yang Mempunyai kebutuhan Spesifik. Faktanya, Terdapat Variasi sikap yang muncul terhadap mereka yang berkebutuhuan Spesifik. Dapat cemooh, Menyantap rendah, rasa iba, simpati, berbaik hati, bahkan mendiskriminasi. Sikap terakhir inilah yang harus Akurat-Akurat Bukan boleh terjadi. Mengingat bahwa Seluruh orang berpotensi menjadi penyandang kebutuhan Spesifik, dengan segala Ragam Alasan yang melatar belakanginnya. 

Gambar hidup ini Bisa meletakkan masalah itu pada alur cerita dengan sudut pandang yang Akurat. Penyandang disabilitas adalah Mahluk normal yang Mempunyai kebutuhan Spesifik. Negara dan kita, wajib menyediakan Seluruh fasilitas dan akses yang dibutuhkan agar mereka Bisa hidup sebagaimana yang lain yang berbeda dengan dirinya. Mengapa? karena hak dan kewajiban mereka sebagai Mahluk di dunia ini sama.    

Cek Artikel:  Prabowo dan Diplomasi Good Neighbors Policy di ASEAN

Saya sepakat dengan pendapat Mbak Ade Siti Barokah, seorang pegiat program inklusi dari The Asia Foundation. Dia menegaskan bahwa sikap kita sebagai Mahluk yang Bukan sedang menyandang kebutuhan Spesifik adalah; 

Pertama, Menyantap anak penyandang disabilitas dengan Predikat “Bukan normal”, “Bukan sempurna”, atau “kurang”, adalah akar masalah dari tumbuhnya sikap diskriminatif dan perlakuan Bukan adil kepada mereka. Anak dengan disabilitas, adalah anak dengan kemampuan berbeda, tetapi bukan berarti Bukan Bisa apalagi Bukan normal. 

Kedua, sebagai orang Sepuh, sebagai Mahluk, kita wajib memenuhi kebutuhan dan akses mereka yang kebetulan berbeda dengan kita. Mengapa? Agar mereka Bisa beraktivitas Buat meraih cita-cita hidupnya, sehingga Bisa memenuhi tanggung jawab diri mereka sendiri, keluarga dan orang-orang yang dicintai. 

Ketiga, Negara dan kita harus Bisa membangun lingkungan yang ramah, Bisa menghargai dan memenuhi Seluruh kebutuhan penyandang disabilitas yang sedang Mempunyai kebutuhan Spesifik. Hal-hal seperti ini, harus Dapat dimulai dari lingkungan terkecil kita di dalam keluarga, lingkungan Sekeliling, sekolah dan seterusnya. 

Sebagai penutup, Terdapat kritik terhadap Gambar hidup keren ini. Pertama, adegan Arian menghalau buaya besar hanya dengan tongkat kayu kecil itu agak berlebihan. Buaya jadi-jadian itu mengganggu watak alamiah dari Gambar hidup ini. Kedua, setahu saya, Kota Banjarmasin sangat lekat dengan sajian Ikan Patin dan Itik Panggang yang lezatnya tiada tara di dunia ini. Dua pesona yang hanya Terdapat di Kota Banjarmasin itu kok Bukan ditampakkan dalam Gambar hidup ya? Selamat menontoton Gambar hidup Indonesia yang super keren.  

Mungkin Anda Menyukai