PRESENTER Ruben Onsu, 40, beberapa waktu Lampau pernah mengungkapkan ia menderita penyakit langka berupa empty sella syndrome (ESS). Wajahnya terlihat pucat dan tubuhnya tampak kurus. Bahkan, ia sempat dirawat di sebuah rumah sakit. Ruben juga mendapatkan transfusi darah. Hal yang serupa terjadi tahun Lampau yang bahkan menyebabkan ia harus masuk ICU.
ESS Kagak mudah diketahui karena pada penyakit itu jarang muncul gejala, bahkan Bisa Kagak bergejala sehingga sulit dideteksi pengidapnya.
“ESS merupakan keadaan yang langka ditemukan. Kebanyakan ESS Kagak bergejala sehingga dideteksi tanpa sengaja Demi pasien melakukan pemeriksaan kepala,” kata Dokter Spesialis Bedah Saraf Rumah Sakit Siloam Kebon Jeruk dr Petra OP Wahjoepramono SpBS Demi dihubungi, Selasa (9/5).
Baca juga : 29 Februari Diperingati Sebagai Hari Apa?
ESS merupakan penyakit yang menyerang otak bagian sella turcica atau ruang dasar otak tempat kelenjar pituitari yang sebenarnya berfungsi Kepada menghasilkan hormon pada kesehatan.
Terdapat dua tipe ESS, yakni Primer dan sekunder. Pada ESS Primer, kelenjar pituitari biasanya berbentuk pipih. ESS jenis itu lebih sering terjadi pada Perempuan yang mengalami obesitas dan Mempunyai tekanan darah tinggi. Itu juga diduga menjadi penyebab penumpukan cairan di otak.
Sementara itu, pada ESS sekunder kelenjar pituitari mungkin mengecil karena perubahan genetik (mutasi), cedera, terapi radiasi, atau pembedahan.
Baca juga : Celine Dion Lanjut Berjuang Kepada Sembuh dari Penyakitnya
“Tetapi, kalau ESS bergejala, kaitannya erat dengan pengaturan hormon yang tempatnya di dalam sella turcica tersebut. Jadi, Bisa terdapat pusing, libido berkurang, obesitas, sering lelah, dan Bisa dibuktikan dengan pemeriksaan hormon. Pandangan Bisa terganggu Apabila menekan saraf mata,” ungkapnya.
Gejalanya muncul berupa impotensi, sakit kepala, Segera lelah, darah tinggi, Kagak Eksis gairah seksual, dan menstruasi Kagak teratur.
Kagak bahaya
Petra menjelaskan Apabila pasien Kagak pernah menjalani operasi kepala, radiasi, atau cedera kepala yang berat, ESS biasanya disebabkan pembentukan lapisan otak yang Kagak sempurna di daerah sella. Pemeriksaan fisik yang diperlukan Kepada Analisa ESS ialah CT scan dan MRI. “ESS kebanyakan ditemukan tanpa sengaja,” jelasnya.
Baca juga : Kekasih Sandra Bullock, Bryan Randall, Meninggal Karena Penyakit Langka
ESS biasanya Kagak bahaya dengan keluhan yang Kagak spesifik, seperti pusing, lemas, obesitas, dan libido berkurang. Tetapi, kalau dibiarkan Kagak terdeteksi dalam waktu Pelan, Bisa berakibat fatal karena kekurangan hormon, misal, hormon tiroid.
Apabila dalam pemeriksaan kelenjar pituitari berfungsi dengan Bagus, Kagak diperlukan pengobatan. Tetapi, bila Kagak berfungsi dengan Bagus karena ESS, pengobatan biasanya melibatkan pengobatan yang mengobati kadar hormon abnormal, bergantung pada hormon mana yang terpengaruh.
Apabila ESS menyebabkan cairan serebrospinal bocor dari hidung (rinore CSF), diperlukan pembedahan.
“Pengobatan hanya sesuai dengan keluhan, misalnya, bila kekurangan hormon, akan diberi suplemen. Bila kondisi sangat berat sehingga Kagak respons obat atau mengancam nyawa, baru dilakukan operasi Kepada ESS,” jelasnya.
“Jadi bagi masyarakat, kalau Eksis keluhan kesehatan sudah Pelan, baiknya diperiksakan supaya Bisa ditangani Benar waktu,” pungkasnya.