Ilustrasi. Foto: Arsip Kementerian Keuangan
Jakarta: Direktur Eksekutif Center of Reform on Economic (CoRE) Mohammad Faisal menilai penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi Asia Tenggara oleh Asian Development Bank (ADB) patut diwaspadai. Pasalnya itu bisa jadi memberi dampak yang relatif signifikan bagi Indonesia.
“Sangat mungkin bisa berdampak, terutama dari ekspor, karena negara-negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia bergantung besar pada dua tujuan utama, yaitu Tiongkok dan Amerika,” kata dia saat dihubungi, dikutip Jumat, 27 September 2024.
Tiongkok diketahui belum berhasil pulih dari keterpurukan ekonomi pascacovid-19. Negeri Kelambu Bambu dihadapi krisis di sektor properti yang menyebabkan ekonomi melambat. Itu juga menyebabkan permintaan impor melemah.
(Ilustrasi. Foto: Freepik)
Pelemahan konsumsi Tiongkok berdampak pada kinerja ekspor Indonesia. Faisal mengatakan, Tiongkok sejauh ini merupakan mitra dagang utama Indonesia. Melemahnya perekonomian Tiongkok berimbas pada terbatasnya kinerja ekspor nasional.
“Tentu saja permintaan impor melemah dan akan memengaruhi ekspor negara Asia, termasuk Indonesia. Ketergantungan Indonesia terhadap ekspor ke Tiongkok itu sangat tinggi,” terang dia.
Sementara ekspor ke Tiongkok melemah, impor Indonesia dari Tiongkok justru menguat. “Penetrasi ekspor ke Tiongkok karena kondisi tersebut jadi lambat, pertumbuhannya rendah. Sementara impornya itu sangat tinggi dari Tiongkok. Kita sekarang kebanjiran produk impor juga dari Tiongkok,” lanjut Faisal.
Investasi publik diproyeksikan melemah
Kondisi investasi publik yang diproyeksikan melemah juga disebut patut diwaspadai. Apalagi tahun ini Indonesia berada dalam masa transisi pemerintahan. Situasi itu secara historis menyebabkan investasi tampak tersendat.
Itu karena para penanam modal menanti kepastian kebijakan dari pemerintahan baru. “Indonesia sudah masuk momentum pemilihan umum dan transisi pemerintahan ini setidaknya menahan para investor karena pergantian kepemimpinan, mereka menunggu arah kebijakannya akan seperti apa,” kata Faisal.
Diketahui ADB merevisi ke bawah proyeksi pertumbuhan ekonomi Asia Tenggara sebesar 0,1 persen menjadi 4,5 persen tahun ini. Dipangkasnya prakiraan tersebut didasari pada proyeksi penurunan investasi publik dan pemulihan ekspor yang lebih lambat.
Kendati demikian, ADB masih mempertahankan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di angka lima persen pada tahun ini maupun di tahun depan.