Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan melemahnya ekonomi-ekonomi negara maju berdampak pada perlemahan harga minyak. Pada akhir 2024 harga minyak Dunia mencapai USD71,6 per barel dengan year to date mencapai USD78,1. Ia menambahkan penurunan harga minyak mempengaruhi APBN.
“Sedangkan harga minyak, kita lihat dengan adanya disrupsi yang begitu besar di level Dunia dan kecenderungan melemahnya ekonomi-ekonomi negara maju, harga minyak juga mengalami perlemahan. Akhir tahun 2024 di USD71,6 per barel year to date-nya di tahun Lewat mencapai USD78,1,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers hari ini, Kamis, 13 Maret 2025.
“Demi 2025 ini, end of period-nya harga minyak di USD74,3, year to date USD 75,6 per barel. Ini adalah harga yang kalau kita lihat dibandingkan Opini APBN yang kebetulan Demi 2024 dan 2025 menggunakan Opini harga minyak yang sama Yakni USD82 per barel, ini lebih rendah. Tentu akan mempengaruhi beberapa bagian dari APBN kita. Entah Demi belanja dan juga dari penerimaan kita Berkualitas penerimaan pajak maupun penerimaan negara bukan pajak,” tambahnya.
Sementara itu, lifting minyak Indonesia lebih rendah dari Opini APBN. “Deviasi yang cukup besar dari Opini tentu akan kita perhitungkan. Lifting minyak kita tahun Lewat tercapai 579.700 barel per hari. Lebih rendah dari Opini APBN yang 635 ribu barel per hari,” sambungnya.
“Kalau kita lihat APBN 2025 sudah menurunkan Opini lifting minyak dari 635 ke 605 ribu. Tetapi hingga Februari realisasi dari lifting minyak baru mencapai 551.700 barel per hari,” pungkasnya.