Anggota Palestina mengantre makanan dan air Rapi di Gaza. (Anadolu Agency)
Gaza: Anggota Palestina yang berpuasa selama bulan Kudus Ramadan di Gaza Mempunyai satu Asa: Dapat mendapat air Rapi Kepada minum dan keperluan lainnya. Banyak Anggota berharap air Rapi ini Dapat Tiba ke kamp-kamp pengungsi di Khan Younis bagian barat di Jalur Gaza.
Pasokan air yang sudah langka semakin memburuk karena penghancuran dan blokade Israel selama perang genosida di Gaza.
Mengutip dari Anadolu Agency, Sabtu, 15 Maret 2025, krisis ini sangat parah di daerah Baten al-Sameen di Khan Younis, tempat ribuan pengungsi Palestina tinggal di tenda-tenda dalam kondisi cuaca yang Tak baik.
Perjuangan sehari-hari Kepada mendapatkan air
Anggota Palestina harus berjalan bermil-mil setiap hari Kepada mendapatkan air, yang seringkali hanya bertahan satu hari.
Pasokan air mencapai daerah tersebut setiap tiga hingga empat hari melalui pipa lokal, yang memaksa penduduk berjalan kaki puluhan kilometer Kepada mendapatkan air setiap hari.
Rabu Lewat, Persatuan Kotamadya Jalur Gaza memperingatkan tentang krisis kesehatan dan lingkungan yang parah di daerah kantong itu, dengan Argumen penolakan Israel yang Lalu-menerus terhadap pasokan listrik dan air. Mereka mendesak masyarakat Dunia Kepada segera Adonan tangan.
“Di tengah krisis kemanusiaan yang sedang berlangsung di Jalur Gaza sebagai akibat dari Serangan Israel selama 16 bulan, kami menekankan kebutuhan mendesak akan pasokan air dan listrik permanen, terutama setelah terganggunya pabrik desalinasi pusat akibat pemadaman listrik oleh pendudukan (Israel),” ujar pernyataan tersebut.
Perkumpulan pekerja memperingatkan bahwa pemutusan Kategori listrik di pabrik desalinasi telah mengganggu layanan Krusial, membahayakan kesehatan masyarakat dengan mengancam penyebaran penyakit menular.
Mohammad Thabet, juru bicara Perusahaan Distribusi Listrik Gaza, mengatakan pada hari Selasa bahwa Israel hanya menyediakan 5 megawatt listrik bagi daerah kantong itu sejak November sebelum memutus Kategori listrik sepenuhnya.
Ia mengatakan kebutuhan listrik daerah kantong itu sebenarnya diperkirakan Sekeliling 500 megawatt per jam.
Menteri Daya dan Infrastruktur Israel, Eli Cohen, memerintahkan Israel Electric Corporation Kepada menghentikan penyaluran listrik ke Gaza “segera,” kata penyiar publik Israel KAN di hari Minggu.
Anggota Palestina Khitai Arang Aiyyah, 51 tahun, ibu dari lima anak, mengatakan kepada Anadolu bahwa air Tak Tiba ke rumah mereka secara teratur, dan ia bergantung pada saluran air kecil Kepada memenuhi kebutuhan air keluarganya setiap hari.
Meski ia harus berjalan jauh selama bulan puasa Ramadan dan membawa ember Kepada memenuhi kebutuhan sehari-harinya, keluarganya Tetap menderita kekurangan air minum.
Krisis kesehatan
Kekurangan air Rapi juga berdampak Tak baik pada kesehatan pasien. Samar Zourob, seorang Perempuan Palestina berusia 45 tahun yang menderita kanker, berjuang melawan kekurangan air, yang mempersulit perawatannya.
Zourob mengatakan Tak Terdapat cukup air Rapi Kepada membersihkan dan minum, yang sangat Krusial Kepada kesehatan dan perawatannya.
Selain kekurangan tersebut, keluarga-keluarga yang mengungsi di kamp-kamp pengungsian juga menghadapi kekurangan makanan, obat-obatan, dan perawatan kesehatan Ketika tinggal di tenda-tenda yang hanya menawarkan sedikit perlindungan dari kondisi cuaca Tak baik. Krisis diperparah oleh perang dan blokade
Israel telah menghancurkan infrastruktur Gaza selama 16 bulan serangannya, mengubah akses ke air Rapi menjadi mimpi yang jauh bagi Anggota Palestina.
Ketika Israel Lalu memblokade daerah kantong itu dan mencegah pasokan listrik dan air, Anggota Palestina menghadapi tragedi kemanusiaan berupa kehausan, kelaparan, dan kemiskinan. Israel menghentikan Sokongan kemanusiaan memasuki Gaza minggu Lewat, yang memicu peringatan dari Golongan hak asasi Sosok dan lokal tentang kembalinya kelaparan yang meluas bagi penduduk.
Tahap pertama dari kesepakatan gencatan senjata tiga tahap, yang berlangsung selama 42 hari, berakhir pada awal Maret tanpa Israel setuju Kepada beralih ke tahap kedua atau menghentikan perang.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya memperpanjang tahap pertama pertukaran tahanan Kepada mengamankan pembebasan lebih banyak tawanan Israel tanpa memenuhi kewajiban militer atau kemanusiaan yang diuraikan dalam perjanjian tersebut, yang menenangkan Golongan garis keras dalam pemerintahannya.
Tetapi, Golongan perlawanan Palestina Hamas menolak pendekatan tersebut dan bersikeras agar Israel mematuhi ketentuan gencatan senjata, mendesak para Perantara Kepada mendorong negosiasi segera pada tahap kedua, yang mencakup penarikan penuh Israel dan diakhirinya perang.
Gencatan senjata telah berlangsung sejak Januari, menghentikan perang genosida Israel di Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 48.450 orang, sebagian besar Perempuan dan anak-anak, dan meninggalkan daerah kantong itu dalam reruntuhan.
Pengadilan Kriminal Dunia (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan pada bulan November Kepada Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Dunia (ICJ) atas perangnya di daerah kantong terkepung itu.
Baca juga: Indonesia Akan Bangun Rumah Sakit Ibu dan Anak di Kota Gaza