Ilustrasi biodiesel. Foto: Berkas Kementerian ESDM
Mandatori B40 yang mulai diberlakukan pada 1 Januari 2025 disebut dapat menghemat devisa, menekan Nomor impor solar, memberi nilai tambah pada crude palm oil (CPO), hingga membuka lapangan pekerjaan.
Direktur Jenderal Daya Baru Terbarukan dan Konservasi Daya (EBTKE) Eniya Listiani Dewi mengungkapkan program mandatori BBN ini dapat mengurangi impor BBM, sehingga menghemat devisa.
“Penghematan devisa Demi B40 sebesar Rp147,5 triliun, sedangkan Demi B35 dapat menghemat Rp122,98 triliun,” kata Eniya, dikutip dari siaran pers, Minggu, 5 Januari 2024.
Dengan demikian, lanjut dia, terjadi penghematan devisa Sekeliling Rp25 triliun dengan Enggak mengimpor BBM jenis minyak solar.
Biodiesel. Foto: Liputanindo.id
Alokasi B40 di 2025
Pada 2025, pemerintah menetapkan alokasi B40 sebanyak 15,6 juta kiloliter (kl) biodiesel dengan rincian, 7,55 juta kl diperuntukkan bagi Public Service Obligation atau PSO. Sementara 8,07 juta kl dialokasikan Demi non-PSO.
Adapun, implementasi program mandatori B40 ini tertuang dalam Keputusan Menteri ESDM No 341.K/EK.01/MEM.E/2024 tentang Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati Jenis Biodiesel Sebagai Campuran Bahan Bakar Minyak Jenis Minyak Solar Dalam Rangka Pembiayaan oleh Badan Pengelola Biaya Perkebunan Kelapa Sawit Sebesar 40 Persen.
Penyaluran biodiesel ini akan didukung oleh 24 Badan Usaha (BU) BBN (bahan bakar nabati) yang menyalurkan biodiesel, dua BU BBM yang mendistribusikan B40 Demi PSO dan non-PSO, serta 26 BU BBM yang Spesifik menyalurkan B40 Demi non-PSO.