Pengembang Properti Waspadai Penurunan Kelas Menengah

Pengembang Properti Waspadai Penurunan Kelas Menengah
Foto udara sejumlah pekerja menyelesaikan pembangunan perumahan(Antara)

PARA pengembang properti dinilai perlu menyiasati dampak dari turunnya jumlah kelas menengah di Indonesia. Pasalnya kelas menengah merupakan tulang punggung pasar properti.

Senior Vice President Marketing Rumah123 Bharat Buxani menyebut yang pertama harus dilakukan pengembang adalah menyiasati harga properti primer.

“Saya rasa teman-teman pengembang sudah sangat proaktif dengan promo-promo yang mereka buat. Misalnya sebelumnya promo cicil DP hanya setahun. Sekarang cicil DP itu di 24 bulan,” katanya dalam acara konferensi pers Harpopnas Fest 2024 di Mal Gandaria City, Jakarta Selatan, Senin (9/9).

Baca juga : Diadaptasi dari Kitab Laku Home Sweet Loan, Visinema Biasakan Sinema Baru Berkisah Generasi Roti Lapis Bentukkan Rumah Impian

Cek Artikel:  Harga Emas Antam Kukuh di Rp1,42 Juta pada Senin 26 Agustus 2024

Ia optimistis dampak penurunan kelas menengah pada sektor properti tidak berlangsung lama.

“Meskipun akan terdampak karena kelas menengah adalah buying power paling banyak, tapi saya rasa ini cuma masalah waktu. Developer, penjual properti, itu sangat kreatif dalam memasarkan produk mereka,” ujar Bharat.

Ia juga melaporkan permintaan properti di Rumah123 tetap tumbuh secara year on year. Pada kuartal 1 2024, kata Bharat, permintaan properti lebih stagnan.

Baca juga : Berikan Kemudahan untuk Penuhi Kebutuhan Hunian Modern Kaum Milenial

“Awal tahun, bulan puasa, itu selalu memang lebih stagnan. Tetapi Q2 sampai Q3 malah kita sudah lihat pertumbuhan year on year sekitar 37% secara demand. Supply juga tumbuh, tapi angkanya harus saya cek lagi,” jelasnya.

Cek Artikel:  SEVA Berikan Kemudahan Kredit Mobil di GIIAS

Ia juga menyebut properti yang paling banyak dicari konsisten pada segmen Rp400 juta sampai Rp1 miliar. Kemudian disusul harga Rp1 miliar sampai Rp2 miliar, setelah itu lompat Rp5 miliar ke atas.

Sebelumnya Badan Pusat Stagnantik (BPS) melaporkan sebanyak 5,98 juta warga kelas menengah turun kelas sepanjang periode 2021-2024. Data yang dibeberkan BPS itu mengindikasikan mereka yang terdepak kini berada satu kelas di bawah.

BPS mencatat, pada 2021, kelas menengah di Indonesia sebesar 53,83 juta orang atau 19,82% dari total populasi. Kemudian pada 2024, jumlah tersebut menyusut menjadi 47,85 juta atau 17,13% dari total penduduk. (Z-8)

Mungkin Anda Menyukai