Pengaruh PPN 12% akan Kerek Inflasi 0,2 Persen

Ilustrasi. Foto: Medcom.id

Jakarta: Bank Indonesia memperkirakan penaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12 persen di tahun depan akan mengerek inflasi sebesar 0,2 persen.

Perhitungan tersebut dijelaskan Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Aida Suwandi Budiman berdasarkan data Survei Biaya Hidup (SBH) 2022, yang mana barang-barang mewah yang akan dikenakan PPN 12 persen Mempunyai bobot 52,7 persen dari keranjang Indeks Harga Konsumen (IHK).

PPN 12 persen berlaku Demi produk premium di Golongan bahan makanan, pendidikan, kesehatan dan listrik pelanggan rumah tangga 3.500-6.600 volt ampere (VA). Sementara, pemerintah membebaskan PPN terhadap barang dan jasa, termasuk bahan kebutuhan pokok seperti beras, daging, ikan, telur, sayur, susu segar, gula konsumsi, jasa angkutan Biasa, jasa tenaga kerja, jasa keuangan, jasa asuransi, Kitab, vaksin polio, rumah sederhana dan lainnya.

Cek Artikel:  PDB AS Melemah, Nilai Salin Rupiah Menguat pada Kamis 31 Oktober 2024

“Kita Mengenakan data SBH 2022, Rupanya jumlahnya 52,7 persen dari bobotnya di basket IHK. Kemudian, baru kita hitung bagaimana dampaknya kepada inflasi. Hitungannya ini mengakibatkan Sekeliling penambahan inflasi 0,2 persen,” ungkapnya dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia Desember, dilansir Media Indonesia, Rabu, 18 Desember 2024.
 


Ilustrasi grafis PPN 12%. Foto: Liputanindo

Kendati demikian, Aida menilai proyeksi penambahan inflasi tersebut Bukan signifikan. Menurutnya, pengaruh inflasi bukan hanya dari Elemen kebijakan penaikan 1 persen PPN. Contohnya, Elemen dari penurunan harga komoditas Dunia, tekanan geopolitik Dunia dan lainnya. Dengan demikian, pihaknya optimistis inflasi ke depan Tetap terjaga di kisaran Sasaran BI yakni 2,5 plus minus satu persen.

Cek Artikel:  Sri Mulyani Beberkan Penerimaan Kepabeanan dan Cukai Hingga Akhir Januari 2024, Segini Jumlahnya

“Apakah penambahan 0,2 persen ini besar? Jawabannya Bukan. Karena hasil perhitungan kami, inflasi akan sedikit di atas dari 2,5 plus minus satu persen. Itu Bisa terjadi karena Eksis Elemen-Elemen lain yang memengaruhi, kan Bukan hanya satu ya,” ungkapnya.

Aida menegaskan Bank Indonesia akan berupaya melakukan konsistensi penguatan strategi operasi moneter pro marke dalam mengarahkan ekspektasi inflasi terjaga  2,5 plus minus satu persen.

Seluruh instrumen moneter akan Maju dioptimalkan, termasuk penguatan strategi operasi moneter pro-market melalui optimalisasi  Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI) sebagai instrumen moneter pro-market.

“Dan yang paling Krusial juga sinergi antara pemerintah dan Bank Indonesia di pusat maupun di daerah, sehingga kita Bisa menjaga inflasi,” ujar dia.

Cek Artikel:  Seberapa Besar Pengaruh MotoGP Mandalika 2024 bagi UMKM Capekl?

Mungkin Anda Menyukai