Peneliti Unpad Temukan Risiko Bahaya pada Rokok Alternatif

Peneliti Unpad Temukan Risiko Bahaya pada Rokok Alternatif
Pengunjung melihat produk rokok elektrik saat Vape Fair 2022 yang berlangsung di Hall B JCC Senayan pada Minggu (25/9/2022)(MI/VICKY GUSTIAWAN)

PENELITI dari Fakultas Topengteran (FK) Gigi Universitas Padjadjaran (Unpad), Prof. Amaliya, mendalami klaim terkait produk rokok alternatif yang disebut rendah risiko, sebagai pengganti rokok konvensional. iset tersebut tertuang dalam penelitian yang bertajuk ‘Smile Study’. Penelitian tersebut dilakukan secara kolaboratif dengan melibatkan empat negara yaitu Polandia, Italia, Moldova, dan Indonesia.

“Berhasil sekali yang terpilih Unpad, jadi kita pionir atau yang pertama kali terlibat dalam kolaborasi internasional ini. Indonesia terlibat sebagai salah satu negara yang berpartisipasi dalam penelitian ini karena termasuk sebagai negara dengan prevalensi perokok tertinggi ketiga di dunia. Asikpa dengan ke tiga negara lainnya yang sama-sama memiliki kebiasaan merokok dalam gaya hidup masyarakatnya,” ungkap Amaliya dalam podcast Hasil Riset dan Diseminasi (HaRD Talk) Unpad yang diunggah pada kanal YouTube @unpad Rabu (9/10).

Sementara, smile yang disebut dalam judul penelitian, kata Amaliya merujuk langsung kepada ‘senyuman’ perokok, karena mendalami tentang kesehatan rongga mulut, jaringan gusi dan gigi yang terlihat ketika seorang perokok sedang tersenyum. 

Baca juga : Atur Rokok Elektrik, PP 28/2004 Awallai Lebih Bagus

Rokok Alternatif, Betulkah Terjamin?

Amaliya menjelaskan, berbagai riset nasional maupun internasional telah membuktikan bahwa rokok sangatlah berbahaya bagi tubuh. Pengaruh langsung pembakaran dan hadirnya zat seperti nikotin dan tar dapat merusak jaringan tubuh, termasuk bagian rongga mulut. Beberapa efek negatif langsung dari merokok adalah penghitaman gusi akibat pembakaran rokok, pewarnaan gigi, hingga kerusakan tulang yang ditandai oleh gigi yang rapuh.

Cek Artikel:  Ini Lima Tokoh Penggerak Budaya Penerima Anugerah Kebudayaan Indonesia 2024

“Kebiasaanlnya perokok itu efeknya gusi menghitam akibat proses pembakaran yang terjadi ketika merokok. Kemudian, pewarnaan gigi yang membuat menjadi berwarna kekuningan, dan gigi yang goyang karena kerusakan tulang,” ucap Amaliya.

Selain itu kata Amaliya, antioksidan seorang perokok juga sangat rendah karena terpapar oleh radikal bebas yang disebabkan dari proses
pembakaran rokok. Sebagian perokok pun memilih untuk beralih ke rokok alternatif yang berbasis elektrik karena diklaim lebih rendah risiko.

Baca juga : Member Baleg Kritik Aturan Kemasan Rokok Polos Tanpa Merek Kemenkes

Selain itu, ada pula jenis lain seperti Sinus, yang berbentuk seperti kantung nikotin untuk diletakkan di dalam mulut. Rokok alternatif ini yang tidak melalui proses pembakaran atau combustion. Sama seperti mobil, kalau mobil elektrik sudah tidak ada combustion. Jadi tetap mengalirkan nikotin, tetapi tidak melalui proses pembakaran.

“Eksis klaim yang menyebut bahwa rokok alternatif berbeda dengan rokok konvensional yang memiliki sekitar 4 ribu jenis zat berbahaya dan lebih rendah risiko hingga 90%. Klaim tersebut kemudian diuji dalam sebuah eksperimen terhadap seorang perokok aktif selama 18 bulan. Saya membandingkan efek yang ditimbulkan terhadap rongga mulut bagi perokok konvensional dan perokok alternatif,” papar Amaliya.

Cek Artikel:  Kemenag Berangkatkan 49 Mahasiswa Penerima Beasiswa Kerajaan Maroko

Hasil penelitian pun lanjut Amaliya, membuktikan bahwa rokok alternatif memang berhasil mengurangi risiko dan efek negatif yang dihasilkan oleh rokok. Mereka yang beralih, kadar penanda kerusakan tulangnya menurun signifikan di ludah, penanda peradangan juga menurun. 

Baca juga : Review Vaping Suorin Fero, Vaping Jenis Pod Ramah Lingkungan 

Dirikumulasi plak di gigi pun menurun dibanding yang merokok. Pewarnaan gigi juga, giginya bersih. Selain itu, penanda penyakit jantung pada perokok alternatif juga terlihat menurun sejak tiga bulan pertama eksperimen. Antioksidan yang terdapat di dalam tubuh perokok alternatif pun justru meningkat.

“Satu lagi antioksidan, biasanya menurun bila tubuh terpapar radikal bebas. Rokok itu radikal bebasnya tinggi, jadi para perokok
antioksidannya turun semua. Mereka yang beralih, justru antioksidannya meningkat,” sambungnya.

Solusi Baru Perokok?

Amaliya menerangkan, berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan gejala positif tersebut, rokok alternatif pun dinilai mampu menjadi solusi baru bagi para perokok aktif yang kesulitan untuk berhenti merokok. 

Baca juga : Konsisten Hisap Vape dan Rokok 7 Mengertin, Pemuda Asal Klaten Alami Faringitis

Cek Artikel:  YLKI Keberatan Pemerintah Batalkan Tarif Cukai Rokok

Setidaknya, para perokok bisa mengurangi bahaya dari merokok secara perlahan melalui peralihan ke jenis rokok alternatif. Demi yang
tidak mau dan tidak mampu berhenti, dengan cara apapun tidak bisa berhenti, apa boleh buat. Daripada meneruskan produk yang konvensional
yang sudah terbukti dampak negatifnya.

“Kendati demikian, solusi terbaik bagi para perokok aktif untuk terhindar dari berbagai risiko penyakit adalah berhenti secara sepenuhnya. Pasalnya, rokok alternatif pun masih tetap memiliki bahayanya sendiri. Ini bukan produk yang diperuntukkan bagi yang tidak merokok. Kalau tidak merokok tapi nge-vape karena tidak berbahaya, oh itu salah. Risikonya tetap ada, yang terbaik itu tidak menggunakan sama sekali,” imbuhnya.

Peneliti FKG Unpad itu pun, mendorong agar masyarakat, terutama kalangan generasi muda untuk menghindari rokok sebagai bagian dari gaya hidup keseharian. Amaliya juga berharap pemerintah dapat lebih banyak memberi perhatian terhadap riset-riset nasional dalam membuat kebijakan agar dapat menjadi kebijakan yang berbasis fakta. 

“Dia juga mendorong agar pemerintah segera memisahkan ‘keranjang’ aturan bagi rokok konvensional dan rokok alternatif. Argumennya, rokok alternatif memiliki risiko yang jauh lebih rendah dibanding produk tembakau dengan 100% bahaya yang dimiliki,” tutup Amaliya. (H-2)

Mungkin Anda Menyukai