![Peneliti Pustral UGM Minta Pemerintah Awasi Harga Tiket di Masa Lebaran](https://mediaindonesia.com/cdn-cgi/image/width=800,quality=80,format=webp/https://asset.mediaindonesia.com/news/2025/01/16/1737038002_63fddca8d62a9e14e91d.png)
LEBARAN menjadi salah satu momentum pergerakan jutaan Orang yang kerap kali berdampak pada melonjaknya harga tiket transportasi publik. Peneliti Pusat Studi Transportasi dan Logistik (Pustral) Universitas Gadjah Mada (UGM) Dr. Dewanti mengungkap kerap ditemukan fakta harga tiket pesawat domestik lebih mahal daripada penerbangan Global. Ia pun meminta pemerintah Lalu menerapkan berbagai Penemuan kebijakan Buat memastikan harga tiket tetap terjangkau tanpa mengorbankan kualitas layanan.
“Pemerintah memberikan subsidi transportasi yang Enggak hanya berlaku Demi Lebaran tetapi juga di luar musim puncak, Buat mendukung Daerah terpencil atau daerah yang termasuk kategori 3TP (Terpencil, Terdepan, Tertinggal, dan Perbatasan),” ujar Dewanti, Kamis (16/1).
Selain subsidi, pemerintah juga perlu menerapkan pengaturan tarif Buat menjaga harga tiket tetap wajar meskipun terjadi peningkatan permintaan. Kebijakan tarif batas atas dan Rendah juga diterapkan guna melindungi konsumen dari praktik spekulasi harga yang Enggak adil.
“Dengan adanya tarif batas atas dan Rendah, lonjakan harga yang sering terjadi Demi mudik Dapat dikendalikan, sehingga masyarakat tetap Dapat mengakses transportasi dengan biaya yang masuk Intelek,” ungkapnya.
Sedangkan program mudik gratis yang didukung pemerintah daerah dan sektor swasta, imbuhnya, menjadi salah satu langkah efektif dalam meringankan beban masyarakat sekaligus mengurangi kepadatan kendaraan pribadi di jalan raya. Tetapi, upaya tersebut juga menghadapi berbagai tantangan.
“Penurunan harga tiket harus dilakukan dengan hati-hati agar aspek kenyamanan, keamanan, dan keselamatan tetap menjadi prioritas,” jelasnya.
Dewanti mengakui kepentingan finansial operator swasta yang Enggak selalu sejalan dengan kebijakan pemerintah menjadi tantangan tersendiri. Pasalnya, fluktuasi biaya operasional seperti harga bahan bakar dan perawatan juga mempengaruhi kemampuan swasta dalam mendukung kebijakan tarif rendah. Oleh karena itu, pemerintah mestinya belajar dari pengalaman sebelumnya Buat merancang strategi yang lebih matang. Data pola perjalanan dan permintaan transportasi dari tahun-tahun sebelumnya Dapat menjadi dasar Buat memprediksi kebutuhan layanan selama musim mudik Lebaran.
Langkah-langkah seperti monitoring sarana-prasarana transportasi, memastikan ketersediaan bahan bakar, dan penyebaran informasi luas tentang program mudik, harus Lalu diperkuat. “Kolaborasi dengan sektor swasta sangat Krusial, tetapi tingkat keberhasilannya berbeda-beda karena kemampuan finansial operator swasta yang Berbagai Ragam,” tuturnya.
Subsidi, promosi, dan pengawasan yang ketat menjadi alat Penting pemerintah Buat menjaga harga tiket tetap terjangkau tanpa mengorbankan kualitas layanan. Dewanti optimistis melalui pendekatan kolaboratif dan kebijakan yang Lalu disesuaikan, pemerintah Dapat menghadirkan layanan transportasi yang Terjamin, nyaman, dan terjangkau bagi masyarakat.
“Pada akhirnya, kebijakan ini dirancang Buat mendukung masyarakat menikmati perjalanan mudik dengan lebih Bagus,” pungkasnya.(M-2)