Pendidikan Berkualitas

Pendidikan Berkualitas
Sejumlah siswa antusias mengikuti pelajaran di SDN Karet 01, Jakarta, Senin (8/7).(ANTARA/BAYU PRATAMA S)

KEBERLANJUTAN program-program pendidikan nasional merupakan hal krusial untuk dicapai demi terciptanya pendidikan yang berkualitas. Karena itu, dibutuhkan sebuah pedoman yang dapat digunakan dalam jangka menengah hingga panjang.

Panduan untuk mencapai keberlanjutan program-program pendidikan nasional saat ini diupayakan oleh pemerintah melalui peluncuran Peta Jalan Pendidikan Indonesia 2025-2045.

Peta Jalan Pendidikan Indonesia 2025-2045 merupakan hasil kolaborasi Kementerian PPN/Bappenas dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud-Ristek), Kementerian Religi (Kemenag), dan mitra pembangunan seperti Department of Foreign Affairs and Trade Australia melalui Program Ciptaan dan Tanoto Foundation.

Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbud-Ristek, Anindito Aditomo, menuturkan peta jalan pendidikan tersebut sejalan dengan strategi yang sudah dibangun Kemendikbud-Ristek sepanjang lima tahun ini.

“Saya beri beberapa contoh seperti akses untuk pendidikan dasar dan menengah. Di peta jalan ini disebutnya akses yang berkeadilan. PPDB setiap tahun selalu heboh karena masyarakat tahu ada sekolah yang lebih bagus daripada yang lain sehingga resource yang terbatas ini diperebutkan oleh banyak orang yang sama-sama berhak,” kata Anindito, beberapa waktu lalu.

“Sebelum PPDB diubah oleh Pak Muhadjir dan diperkuat oleh Pak Nadiem, PPDB itu sangat menguntungkan kelas menengah atas. Orang yang bisa masuk ke sekolah favorit adalah anak dari keluarga menengah atas yang mampu memberikan pengalaman belajar yang baik di rumah dan di bimbingan belajar sehingga nilai ujian nasionalnya dulu lebih bagus dan bisa masuk ke pendidikan lanjut yang favorit juga,” lanjutnya.

Cek Artikel:  Persepsi Keliru Anak Gemuk Berarti Sehat Perlu Dikoreksi

Menurut Anindito, anak-anak dari keluarga miskin, disabilitas, dan duafa tidak bisa tersenyum karena mereka sebagian besar tidak terakomodasi di sekolah negeri yang bagus.

Karena itu, inti kebijakan dalam peta jalan tersebut ialah memperkuat akses yang berkeadilan dan sudah dirintis melalui PPDB yang mensyaratkan zonasi, afirmasi kemiskinan, dan afirmasi disabilitas.

Anindito tak menampik ada banyak masalah dalam pelaksanaan PPDB. Tetapi, solusinya bukan untuk kembali kepada mekanisme PPDB lama yang justru melanggengkan ketimpangan.

“Solusinya adalah meningkatkan kualitas semua sekolah, terutama sekolah negeri, supaya orang tidak lagi berebut karena semua sekolah di mana pun saya tinggal, saya tidak cemas mengenai akses sekolah yang baik. Ini yang harus kita upayakan melalui yang kita cantumkan di peta jalan ini,” jelasnya.

Cek Artikel:  Komitmen Lanjut Berinovasi Penuhi Kebutuhan Kesehatan Masyarakat

Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhammad Nuh, berpendapat peta jalan tersebut sudah benar dan tepat dengan yang dibutuhkan di Indonesia. Selanjutnya, implementasinya selama 20 tahun ke depan diharapkan akan sesuai dengan yang diharapkan.

“Karena ini untuk 20 tahun mendatang dan dinamikanya sangat luar biasa, kita tidak boleh terjebak pada ilmu yang sekarang sedang tren saja,” katanya.

Dia juga memberikan tanggapan perihal skor PISA Indonesia yang tidak mengalami kenaikan yang signifikan. Menurutnya, hal itu terjadi karena pergantian sistem atau kurikulum pendidikan yang selalu terjadi setiap pergantian pemerintahan.

“Kelemahan kita pendidikan itu ditempatkan pada fragmented sistem. Ganti menteri ganti lagi (kurikulum). Sebaiknya urusan pendidikan tidak terfragmentasi hanya berdasarkan urusan pemerintahan,” tegas Muhammad Nuh.

 

Prioritaskan STEAM

Pengamat pendidikan Universitas Paramadina, Totok Amin Soefijanto, mengatakan setelah membaca Peta Jalan Pendidikan Indonesia 2025-2045, dirinya setuju dengan perhatian ke pendidikan berbasis STEAM (science, technology, engineering, art, dan mathematics).

“Dengan adanya perhatian atau arahan ke STEAM, semoga peta jalan ini benar-benar dapat memperkuat bangsa Indonesia dalam menghadapi masalah yang makin kompleks di depan yang membutuhkan pemahaman sains yang kuat,” tegasnya.

Cek Artikel:  70 Orang Indonesia Tetap Kagak Acuh Masalah Sampah

Selain itu, menurutnya, sangat penting juga untuk memastikan APK (angka partisipasi kasar) di semua jenjang pendidikan mencapai 100%.

“Kita harus berupaya keras agar semua anak kita mengenyam pendidikan dan potong habis ATS (anak tidak sekolah) bagaimanapun caranya,” tuturnya.

Dia juga menekankan Indonesia harus berani menargetkan pendidikan tinggi untuk anak-anak generasi mendatang karena di era digital, Indonesia akan makin membutuhkan tenaga terampil dan warga negara yang cerdas dalam menggunakan teknologi.

Terkait dengan guru, dosen, dan tenaga kependidikan juga dikatakan sangat penting. Kualitas pendidik harus istimewa. Pemerintah harus menyiapkan calon guru dan dosen yang baik.

“Pembinaan guru dan dosen harus melalui proses asesmen yang rutin per tahun dan pembinaan berdasarkan asesmen rutin tersebut agar tepat sasaran. Pembinaan karier pendidik juga harus berkualitas dan tertata dengan baik dari tingkat daerah hingga nasional,” imbuhnya.

Terakhir, mengenai pendidikan karakter. Totok merasa Indonesia harus mengajarkan nilai etika dan moral secara modern berdasarkan teladan para pengajarnya dan dengan sistem yang modern sesuai dengan generasinya. (Z-9)

 

 

 

Mungkin Anda Menyukai