Pencegahan Penyebaran PMK di Jawa Tengah Terkendala Terbatasnya Stok Vaksin

Pencegahan Penyebaran PMK di Jawa Tengah Terkendala Terbatasnya Stok Vaksin
Pemeriksaan terhadap ternak di Semarang sebagai upaya antisipasi wabah PMK yang kian meningkat.(MI/Akhmad Safuan)

Tetap Eksis puluhan ribu ternak di Jawa Tengah belum divaksin yang dapat berakibat pada melonjaknya kasus penyakit mulut dan kuku (PMK). Hal ini disebabkan terbatasnya jumlah vaksin yang tersedia hingga didorong pemilik hewan ternak dan peternak Demi melakukan vaksinasi Sendiri.

Pemantauan Media Indonesia, Kamis (9/1) kasus PMK pada hewan ternak di Jawa Tengah kian meningkat sejak Desember Lampau. Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan (Dislutkanak) Kabupaten Batang secara terang-terangan mengungkapkan hanya Mempunyai dua vial vaksin yang cukup Demi 50 ekor ternak, sehingga dikhawatirkan wabah PMK semakin meningkat. Upaya pencegahan Lalu dilakukan dengan menurunkan petugas kesehatan hewan ke sejumlah desa.

“Kami kesulitan mencegah PMK karena keterbatasan vaksin yang kami miliki, sedangkan jumlah ternak belum divaksin di daerah ini Tetap ribuan ekor,” ujar Kepala Dislutkanak Kabupaten Batang, Windu Suriadji.

Cek Artikel:  Kantah BPN Tangsel Serahkan 351 Sertifikat PTSL Kepada Masyarakat

Hal serupa juga dikatakan Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Jepara, Mudhofir. Ia mengatakan bahwa kendala mengantisipasi wabah PMK di sejumlah daerah termasuk Jepara Ketika ini adalah keterbatasan vaksin yang dimiliki, sehingga diminta kepada peternak maupun Penduduk Demi melakukan vaksinasi ternak secara Sendiri.

Ketersediaan vaksin di Jepara Ketika ini hanya 250 dosis, menurut Mudhofir, sehingga pemilik ternak diminta vaksinasi secara Sendiri Demi memenuhi kebutuhan mencegah penyebaran PMK.

“Tetapi produsen Lumrah Bukan menyediakan vaksin per dosis, tetapi per kemasan bersisi 10 mililiter dengan harga Rp250.000-Rp300.000, mungkin ini juga memberatkan peternak maupun Penduduk,” tambahnya.

Cek Artikel:  Implementasi B50 Catatan Sejarah Kemandirian Daya Nasional

Vaksinasi Sendiri ini, lanjut Mudhofir, juga sesuai surat edaran dari Kementerian Pertanian tentang kesiapsiagaan terhadap peningkatan kasus penyakit hewan menular strategis (PHMS) karena perubahan musim dan menjelang hari besar keagamaan (HKBN) yakni masyarakat diminta Demi melakukan vaksinasi PMK Sendiri. 

Bupati Semarang Ngesti Nugraha dalam keterangan secara terpisah juga mengkhawatirkan peningkatan wabah PMK, karena Tetap Eksis 15.000 ekor ternak dari populasi yang Eksis sebanyak 48.000 ekor belum divaksin. “Keterbatasan jumlah vaksin tersedia Ketika ini juga menjadi kendala dan Apabila sudah terserang PMK maka dampaknya cukup berat,” ujarnya.

Antisipasi terjadi lonjakan kasus PMK, menurut Ngesti, telah dilakukan oleh Dinas Pertanian Perikanan dan Pangan Kabupaten Semarang seperti mengawasi kandang dan pasar hewan, menjaga kebersihan kandang dan ternak, penyemprotan disinfektan, serta penanganan ternak yang sudah terpapar mencapai puluhan ekor.

Cek Artikel:  Kementerian Kebudayaan Berencana Usulkan Rendang Jadi Warisan Budaya ke UNESCO 2025

“Populasi sapi Peras di sini cukup besar. Apabila sudah terpapar PMK, akan mengalami penurunan produksi hingga 50%, sedangkan setelah sembuh membutuhkan waktu Sekeliling tiga bulan Demi pemulihan,” tutur Ngesti Nugraha.

Sementara itu Plt Kepala Dinas Peternak dan Kesehatan Hewan Jawa Tengah Hariyanta Nugraha sebelumnya mengungkapkan telah mendistribusikan 8.750 dosis vaksin PMK ke 35 daerah seperti Sragen, Wonogiri, Blora, Jepara, Pati, Boyolali, Klaten, Kebumen, Purworejo, dan Kota Semarang sebagai upaya mencegah peningkatan kasus tersebut.

“Kita juga telah mengajukan penambahan vaksin PMK ke kementerian. Menurut rencana baru bulan Februari mendatang akan dilaksanakan vaksinasi massal,” kata Hariyanta Nugraha. (AS/J-3)

Mungkin Anda Menyukai