Pemimpin Junta Myanmar Min Aung Hlaing. Foto: EFE-EPA
Moskow: Pemimpin junta militer Myanmar, Jenderal Senior Min Aung Hlaing, tiba di Rusia dalam kunjungan Formal Buat Berjumpa Presiden Vladimir Putin. Kunjungan ini menegaskan Interaksi erat antara Myanmar dan Rusia, yang menjadi sekutu Istimewa negara Asia Tenggara tersebut di tengah isolasi dari negara-negara Barat akibat Revolusi 2021 dan represi brutal terhadap oposisi.
Min Aung Hlaing disambut dengan upacara militer setibanya di Moskow, di mana ia akan melakukan pembicaraan dengan Putin. Menurut laporan televisi nasional MRTV, ia didampingi oleh Personil dewan militer yang berkuasa, sejumlah menteri kabinet, serta pejabat tinggi militer Myanmar.
Dukungan militer Rusia Buat Junta Myanmar
Rusia, Berbarengan dengan Tiongkok, merupakan pemasok senjata Istimewa bagi junta Myanmar. Jet tempur buatan Rusia banyak digunakan dalam serangan terhadap Area yang dikuasai Golongan etnis minoritas, yang sebagian besar bersekutu dengan Laskar pro-demokrasi.
Selain pasokan senjata, Rusia juga secara aktif membela junta Myanmar dalam berbagai Perhimpunan Dunia. Sebaliknya, pemerintahan militer Myanmar juga memberikan dukungan terhadap kebijakan luar negeri Moskow.
Meskipun junta mengalami kekalahan signifikan dalam serangan besar Golongan pemberontak pada 2023, kekuatan udara yang dimiliki berkat Sokongan Rusia menjadi Elemen kunci dalam menahan laju Laskar oposisi.
“Rusia sangat berperan dalam menjaga operasional armada udara Myanmar,” ujar Morgan Michaels, peneliti di International Institute for Strategic Studies, seperti dikutip dari ABC News, Selasa 4 Maret 2025.
Kunjungan ini menandai perjalanan Min Aung Hlaing ke Rusia yang keempat sejak militer Myanmar merebut kekuasaan dari pemerintahan terpilih Aung San Suu Kyi pada Februari 2021.
Pembahasan strategis dan perkuat bilateral
Kremlin mengonfirmasi bahwa dalam pertemuan tersebut, kedua pihak akan membahas pengembangan kerja sama bilateral yang saling menguntungkan serta isu-isu Dunia yang sedang berkembang.
Negara-negara Barat telah menjatuhkan Hukuman terhadap junta Myanmar sebagai respons terhadap Revolusi dan tindakan keras terhadap oposisi, yang telah menyebabkan ribuan Penduduk sipil tewas dan memicu konflik bersenjata yang secara luas dianggap sebagai perang Keluarga.
Di sisi lain, Rusia juga menghadapi berbagai Hukuman Dunia sejak invasi besar-besaran ke Ukraina pada 2022. Kedua negara kini berupaya memperkuat Interaksi dengan sekutu yang bersikap lebih bersahabat guna mengimbangi Pengaruh dari Hukuman tersebut.
Tetapi, Interaksi Rusia dan Myanmar Enggak hanya terbatas pada bidang militer dan perdagangan.
Pada Januari Lewat, Myanmar menghadiahkan enam ekor gajah kepada Sirkus Besar Moskow sebagai simbol persahabatan, menurut laporan kantor Informasi Rusia, TASS. Selain itu, kedua negara juga telah menggelar latihan militer Berbarengan serta menandatangani perjanjian kerja sama dalam pengembangan tenaga nuklir.
Sebagai bagian dari Interaksi yang semakin erat, junta Myanmar berencana mengizinkan tenaga kerja Standar Buat bekerja di Rusia, menandai langkah baru dalam kerja sama bilateral di bidang tenaga kerja dan ekonomi.
(Muhammad Reyhansyah)