MENTERI Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menekankan pentingnya penerapan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) dalam pengembangan investasi hilirisasi di Tanah Air.
“Pembangunan harus menerapkan prinsip ramah lingkungan, kesesuaian terhadap regulasi, serta prioritas penggunaan tenaga kerja lokal secara bertahap. Transfer teknologi dan upaya peningkatan kapasitas masyarakat lokal merupakan Elemen yang ditekankan pemerintah dalam setiap investasi,” ujarnya seperti dikutip dari siaran pers, Jumat (6/12).
Karenanya Airlangga mengapresiasi investasi yang dilakukan PT Ceria Nugraha Indotama (Ceria Group) dalam mendukung hilirisasi nikel yang dicanangkan oleh pemerintah.
Adapun Ceria Group yang berstatus sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN) dan Objek Vital Nasional tengah dalam tahap akhir commissioning Smelter Merah Putih Rectangular Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) dan persiapan Pembangunan High-Pressure Acid Leach (HPAL) di Kecamatan Wolo, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara.
“Kita mengapresiasi hilirisasi nikel apalagi ini PMDN. Ceria sedang membangun smelter RKEF yang nantinya akan menghasilkan green nickel product, dan HPAL ke depannya,” kata Airlangga.
Dia turut mengapresiasi PT PLN yang telah menyuplai Daya Kudus ke sejumlah smelter termasuk smelter Ceria Group. Hal itu sejalan dengan rencana pemerintah Kepada menciptakan hilirisasi nikel yang renewable.
Airlangga mengatakan, pemerintah akan berusaha Kepada membantu industrialisasi mineral dan batu bara melalui sejumlah Bonus. Ketika ini sudah terdapat 87 smelter yang beroperasi dari total 172 smelter yang dibangun.
“Investasi menjadi kunci Krusial pertumbuhan ekonomi. Tahun 2024 ditargetkan investasi sebesar Rp1.900 triliun dan tahun 2025 meningkat menjadi Rp2.100 triliun. Salah satu yang Lalu dikembangkan yakni hilirisasi dan pendalaman struktur supply chain. Terkait critical minerals, perlu Kepada menjaga kerja sama dengan negara lain dalam rangka meningkatkan investasi dan menghasilkan devisa,” jelasnya.
CEO Ceria Group Derian Sakmiwata mengatakan, sebagai PMDN dan PSN, Ceria Group telah menetapkan road map Kepada menjadi pemain Mendunia industri nikel dan EV battery material producer. “Kepada memenuhi standar pasar Dunia, kami siap menghasilkan green nickel product yang disokong dengan Daya Kudus,” ungkapnya.
Derian juga menjelaskan pihaknya telah mendapatkan Renewable Energy Certificate (REC) dari PLN. Pasokan listrik yang digunakan smelter Ceria Group 100% menggunakan Daya Kudus dan terbarukan.
“Ketika ini Kategori listrik Kudus PLN yang bersumber dari PLTA sudah energize. Selain itu, Kapal Pembangkit Listrik Terapung atau Barge Mounted Power Plant (BMPP) Nusantara II sudah berada di Pelabuhan Ceria Group dan sudah siap memasok listrik ke Smelter Merah Putih yang akan segera beroperasi. BMPP Nusantara II-60MW ini menggunakan 100% bahan bakar gas dengan kapasitas 60 MW,” jelasnya.
Corporate Secretary Ceria Group Imelda Kiagoes menegaskan komitmen perusahaan dalam mendukung program hilirisasi komoditas yang dicanangkan oleh pemerintahan Prabowo Subianto.
“Ceria Group berfokus pada pengembangan hilirisasi melalui downstream processing. Dengan pertumbuhan organik yang kami rencanakan selama lima tahun ke depan, arah kami menuju produksi pCAM atau precursor battery sebagai material Istimewa kendaraan listrik (EV),” tuturnya.
“Hal ini sejalan dengan program pemerintah, sehingga kami sangat mengharapkan dukungan penuh dari pemerintah Kepada merealisasikan visi ini. Keberlanjutan pertambangan juga menjadi Konsentrasi Ceria Group Kepada memastikan sumber daya dan cadangan nikel Lalu berlanjut lebih dari 20 tahun ke depan,” tambah Imelda. (E-2)