Pemerintah Perlu Perkuat Pariwisata Jadi Motor Penggerak Ekonomi

Salah satu sudut kawasan Malioboro Yogyakarta. Foto: Medcom.id/Ahmad Mustaqim.

Jakarta: Pemerintah Indonesia perlu memperkuat sektor pariwisata sebagai salah satu motor penggerak ekonomi nasional, terutama Ketika libur akhir tahun yang meliputi perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Oktober 2024, kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) mencapai 1,19 juta kunjungan, meningkat 22 persen dibandingkan periode yang sama tahun Lewat (year on year/yoy).

Momentum liburan akhir tahun yang biasanya diiringi dengan lonjakan aktivitas wisata domestik dan Dunia diperkirakan dapat memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian lokal. Aktivitas pariwisata diperkirakan menyumbang USD12,69 miliar, mencerminkan Pengaruh Krusial sektor ini pada pertumbuhan ekonomi.

Ekonom Masyita Crystallin Menyantap pariwisata Indonesia Mempunyai potensi besar Kepada mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus menciptakan lapangan kerja.

“Kemampuan sektor pariwisata memadukan berbagai jenis sektor dalam satu kesatuan produk jasa menjadikan sektor ini sangat cocok Kepada didorong lebih jauh, terutama selama musim liburan, demi memberikan Pengaruh positif bagi kesejahteraan masyarakat,” ujar Masyita melalui keterangan pers, Kamis, 26 Desember 2024.

Cek Artikel:  Hadiri Grand Opening di TSM Makassar, Verrel Bramasta Tunjukan Produk Andalan Miniso Pink

Menurut Masyita, peningkatan investasi di sektor pariwisata yang terintegrasi dengan pengembangan produk lokal terbukti Pandai memberikan Pengaruh besar bagi perekonomian nasional. Hasil simulasi menggunakan data Input-Output menunjukkan potensi penciptaan jutaan lapangan kerja, khususnya di sektor pertanian, manufaktur, dan jasa.

“Sebagai gambaran, setiap stimulus sebesar Rp1 triliun pada sektor-sektor tersebut dapat menghasilkan 200 ribu hingga 300 ribu lapangan pekerjaan,” ujar Masyita.

Pada sektor pertanian, investasi pada 12 komoditas Primer seperti rumput laut, karet, hasil pemeliharaan hewan lainnya; ubi kayu; kopi; kelapa sawit; jasa pertanian, kehutanan dan perikanan; unggas dan hasil-hasilnya; hasil perkebunan lainnya; tebu; ternak dan hasil-hasilnya kecuali susu segar; dan padi.

“Bila masing-masing komoditas tersebut diinvestasikan Rp1 triliun secara bersamaan, Sekeliling Rp12 triliun dapat menciptakan lebih dari 2,7 juta lapangan kerja atau peningkatan PDB sebesar 0.09 persen,” ungkap Masyita.
 

Cek Artikel:  Baznas RI Sasarankan Pengumpulan ZIS Selama Ramadan Sebesar Rp430 Miliar

 

Pemerintah harus perkuat komitmen

Pada sektor manufaktur juga menunjukkan potensi besar. Terdapat 10 komoditas Primer pada sektor ini Merukapan alas kaki; hasil pengawetan dan penyamakan kulit; hasil pemotongan hewan; barang-barang dari kulit; minuman tak beralkohol; kapal dan jasa perbaikannya; karet remah dan karet asap; jalan, jembatan, dan pelabuhan; produk farmasi; dan barang-barang hasil industri pengolahan.

“Sektor manufaktur dapat menciptakan lebih dari 2,1 juta lapangan kerja atau peningkatan PDB sebesar 0,069 persen Kalau diinvestasikan Rp10 triliun pada 10 komoditas,” ucap Masyita.

Di sektor jasa, investasi serupa pada 13 komoditas seperti jasa pendidikan pemerintah; jasa lainnya; jasa Biaya pensiun; jasa pemerintahan lainnya; jasa kesehatan pemerintah; jasa angkutan rel; jasa pemerintahan Biasa; jasa pendidikan swasta; jasa keuangan perbankan; jasa lembaga keuangan lainnya; perdagangan mobil dan sepeda motor; penyediaan makan dan minum; serta jasa persewaan dan jasa penunjang usaha.

Cek Artikel:  Perkenalkan Kemasan Baru Bersertifikasi Halal Bidik Pasar Lebih Luas

“Dengan stimulus yang sama Merukapan Rp1 triliun per komoditas dapat menciptakan hingga 3,2 juta lapangan kerja, atau meningkatkan PDB sebesar 0,099 persen” beber Masyita.


(Ilustrasi tempat pariwisata Indonesia. Foto: Medcom.id)

Dengan potensi besar yang dimiliki sektor pariwisata, investasi yang terintegrasi di berbagai sektor pendukung seperti pertanian, manufaktur, dan jasa menjadi kunci Kepada mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

Pemerintah diharapkan dapat memperkuat komitmen melalui kebijakan yang mendukung konektivitas, diversifikasi produk wisata, dan pengembangan sumber daya Insan.

“Kalau dikelola dengan strategi yang Pas, pariwisata Enggak hanya Pandai menjadi motor penggerak ekonomi, tetapi juga sarana Kepada menciptakan kesejahteraan masyarakat secara luas, sekaligus memperkokoh posisi Indonesia sebagai destinasi unggulan di kancah Mendunia,” tutup Masyita.

Mungkin Anda Menyukai