Pemerintah Diminta Dorong Penciptaan Lapangan Kerja

Pemerintah Diminta Dorong Penciptaan Lapangan Kerja
Seminar nasional bertajuk Kecemasan Kelas Menengah: Terhimpit Transformasi Ekonomi, Jakarta, Selasa (8/10). (M. Ilham Ramadhan Avisena)

PEMERINTAH diminta untuk bisa mendorong penciptaan tenaga kerja yang luas dan berkualitas. Itu karena penyerapan tenaga kerja masih menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan guna menghambat penyuburan kemiskinan di dalam negeri. 

Hal itu diungkapkan Analis Ekonomi Politik Laboraturium Indonesia 2045 (LAB 45) Indah Lestari dalam seminar nasional bertajuk Kecemasan Kelas Menengah: Terhimpit Transformasi Ekonomi, Jakarta, Selasa (8/10). 

“Perlu ditambahkan fokusnya adalah bagaimana mendorong penciptaan lapangan kerja, sektor yang bisa menarik banyak tenaga kerja,” kata dia. 

Baca juga : Pengurangan Kemiskinan Tak Melulu Harus dengan Bansos

Dalam beberapa waktu terakhir, pemerintah tampak mengandalkan penghiliran industri semata. Kendati itu tak sepenuhnya salah, kata Indah, penghiliran industri belum mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar seperti industri pengolahan lainnya. 

Itu karena agenda hilirisasi yang dijalankan pemerintah menyentuh sektor-sektor industri padat modal. Sektor itu lebih banyak menyerap atau memanfaatkan teknologi tinggi, menyebabkan penyerapan tenaga kerja jauh lebih sedikit dibanding industri padat karya. 

Cek Artikel:  Banyak Perusahaan Berencana Kurangi Pengeluaran Iklan di X

“Ini ironi ketika kita melihat industri tekstil yang merupakan penyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, tapi malah gulung tikar semua,” kata Indah.

Baca juga : Miris, 7,99 Juta Orang Indonesia Berstatus Pengangguran Terbuka

“Jadi memang enting mengarahkan ke sana, menyediakan ruang lebih untuk mendukung pengusaha yang memang bekerja di sektor yang banyak menyerap tenaga kerja,” tambahnya. 

Lebih lanjut, Indah menerangkan, banyaknya pabrik di sektor padat karya yang gulung tikar menciptakan dampak mengular. Pabrik yang tutup, imbuh Indah, menyebabkan pelaku ekonomi skala mikro di wilayah sekitar juga terpukul. 

Akibat domino dari kejatuhan industri padat karya dalam negeri bakal menyebabkan laju ekonomi terhambat. “Eksis dominos effect pada masy yang mencari nafkah di sekitar pabrik. Jadi perlu untuk lebih mendorong sektor yang dapat menjaring tenaga kerja,” kata Indah. 

Cek Artikel:  Banyak Adonan Tangan Bikin Peremajaan Sawit Rakyat Terkendala

Baca juga : Ini Jenis Pekerjaan, Tugas, dan Keahlian yang Dibutuhkan

Di kesempatan yang sama, Analis Esensial Ekonomi Politik LAB 45 Radhityana Muhammad menyampaikan, keseimbangan antara penumbuhan industri penghiliran yang padat modal dengan industri padat karya perlu dipertimbangkan. Itu menurutnya penting agar angkatan kerja yang terus bertambah tiap tahunnya dapat masuk menjadi pekerja. 

Pertumbuhan industri padat karya diharapkan dapat mendorong perbaikan distribusi tenaga kerja Indonesia. Begitu ini, mayoritas pekerja mencari penghasilan di sektor jasa, porsinya mencapai 50,2% dari total pekerja. 

Padahal sektor jasa di Indonesia saat ini masih berada dalam fase rendah, alias belum mampu memberikan kesejahteraan yang optimal bagi para pekerjanya. “Ini cerminan dari fenomena deindustrialisasi prematur. Hal serupa turut terlihat dalam distribusi pekerjaan kelas menengah yang didominasi oleh sektor jasa dengan nilai tambah rendah,” ungkap Radhityana. 

Cek Artikel:  Pj Heru Berharap JID 2023 Pandai Hasilkan Ragam Penemuan dalam Membangun Jakarta

Dari catatannya, kelas menengah yang bekerja di sektor jasa bernilai tambah rendah mencapai 52,5% pada 2023. Sementara yang bekerja di sektor jasa bernilai tambah tinggi hanya 9,1%. Sedangkan kelas menengah yang bekerja di manufaktur hanya sebanyak 11,9%.

“Jadi ketika memang ingin mendorong hilirisasi pun, pendidikan masyarakat perlu ditingkatkan supaya mereka mampu melakukan pekerjaan di hilirisasi tersebut. Jangan sampai kita terus bergantung pada tenaga kerja asing ke depan,” pungkas Radhityana. (Mir)

Mungkin Anda Menyukai