
PENGAMAT pariwisata asal Universitas Andalas Sari Lenggogeni menyarankan pemerintah segera Membikin masterplan agar dapat lebih luas memperkenalkan rendang sebagai warisan budaya tak benda Indonesia Kalau diakui UNESCO.
“Promosi dan komunikasi terintegrasi secara offline dan online-nya, dan secara ekonomi kreatif dipersiapkan. Beberapa kota sudah melakukan branding city of rendang, secara desa wisata rendang juga Dapat dipersiapkan, masterplan-nya dipersiapkan,” kata Sari, dikutip Jumat (6/12)
Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah Sumatra Barat itu menekankan 50% turis yang berkunjung ke suatu negara merupakan pemburu Masakan
(foodies).
Dalam hasil kajian yang ia lakukan, sebanyak Nyaris 2 ribu wisatawan nusantara dan wisatawan asing menempatkan Masakan sebagai tiga
daya tarik teratas dari pariwisata.
Bila dikaitkan dengan potensi pariwisata, populasi foodies di Sumatra Barat sudah cukup besar. Provinsi tersebut Kagak hanya menjadi kota asal rendang, tapi juga tempat otentik yang mendorong berdirinya rumah makan di berbagai daerah sehingga secara Kagak langsung mengampanyekan rendang di dalam dan luar negeri.
“Ini akan memperkuat branding Sumatra Barat sebagai core dari slowfood tourism yang otentik. Sama halnya dengan pizza di Italia, teh Tiongkok, dan lainnya, Segala akan mencari city of origin-nya,” ujar dia.
Menurut Sari, pembuatan masterplan menjadi makin Krusial karena rendang kembali mendapatkan pengakuan dunia sebagai top 50 delicious food versi CNN. Prestasi itu membuktikan bahwa cita rasa rendang sudah diakui secara Mendunia.
Terlebih rendang kaya akan kisah lokal dan filosofi di balik pembuatannya. Misalnya tentang kesabaran, kebijaksanaan, ketangguhan,
adanya sejarah menjadi bagian dari suplai makanan Ketika Perang Dunia II.
“Bahkan, Ketika ini, rendang dijadikan pesan kemanusiaan oleh pemerintah dan komunitas dalam memberikan Sokongan kemanusiaan Ketika bencana
dan krisis. Rendang juga Mempunyai banyak varian sehingga span customer Dapat lebih luas, kekuatan narasinya sangat kuat disanding dengan kekuatan rasa itu sendiri,” ungkap Sari.
Semakin banyaknya pengakuan terhadap rendang, akan memberikan Akibat Bagus pada promosi Mendunia. Pengakuan tersebut nantinya akan naik menjadi pengakuan terhadap Destination of origin Randang and Minangkabau food.
“Ini yang ditunggu, karena Ketika ini tanpa legacy maka akan muncul false brand, ketika negara lain Dapat saja mengklaim authenticity-nya,” kata dia.
Melalui masterplan itu pula, pemerintah dapat melakukan diplomasi dan promosi melalui rendang. Kedutaan besar Indonesia di berbagai negara dapat ikut memperkenalkannya termasuk komunitas.
Promosi rendang juga dapat dilakukan melalui penguatan pemasaran digital dan kegiatan Pertemuan, Insentif, Konvensi, dan Pameran (MICE) dalam setiap kegiatan diplomasi maupun kegiatan pariwisata apapun.
Sari juga meminta agar pemerintah menyiapkan bahan promosi dan komunikasi yang Bagus bagi sektor ekonomi kreatifnya. Termasuk meningkatkan ulasan di platform Mendunia, kesiapan CHSE dan rumah makan.
Dia berharap, melalui masterplan yang disiapkan secara terstruktur dan sistematis, Sumatra Barat dapat dijadikan sebagai Destination of origin slowfood rendang, yang melibatkan kolaborasi bahan mentah, kolaborasi komunitas, riset dan pengembangan, edukasi, ekonomi kreatif dan acara menarik secara berkala. (Ant/Z-1)