Ilustrasi. Foto: Dok Liputanindo.id
Jakarta: Pemerintah Indonesia harus mengambil langkah strategis guna mengatasi permasalahan sampah yang cenderung meningkat. Data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) pada 2024, timbulan sampah nasional mencapai 38,4 juta ton per tahun.
Dari total tersebut, 60 persen diantaranya didominasi dari sampah rumah tangga dan makanan. Sementara Laporan Food Waste Index Report 2024, Indonesia menjadi negara food waste terbesar di Asia Tenggara dan ke-8 di dunia, dengan Taksiran 14,73 juta ton sampah makanan rumah tangga per tahun.
Deputi Bidang Peningkatan Kualitas Kebijakan Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara (LAN) Agus Sudrajat mengatakan, kegiatan ekonomi Lagi didominasi pendekatan ekonomi linear yang menganggap sebuah produk dibeli, digunakan dan dibuang sehingga Pelan laun meningkatkan Akibat negatif bagi lingkungan.
“Menyikapi hal tersebut maka kami mendorong pentingnya pendekatan ekonomi sirkular (circular economy) Demi menjaga keseimbangan antara kegiatan ekonomi dengan kelestarian alam dan lingkungan secara berkesinambungan,” kata dia dalam keterangan tertulis, Rabu, 19 Maret 2025.
Adapun ekonomi sirkural sendiri adalah suatu konsep ekonomi yang berfokus pada pengurangan limbah/sampah dan penggunaan sumber daya secara efektif dan efisien. Tujuannya adalah Demi mengurangi Akibat lingkungan yang negatif dari aktivitas ekonomi dan meningkatkan keberlanjutan.
(Ilustrasi program makan berizi gratis. Foto: Dok MI)
Program makan bergizi gratis disorot
Agus menyoroti terkait kebijakan Makan Bergizi Gratis (MBG) diperlukan adanya tata kelola pendekatan ekonomi sirkular pada limbah makanan yang dihasilkan, Alasan limbah Kagak hanya berasal dari konsumsi makanan, tetapi juga dari proses persiapan dan pengolahan makanan.
“Apabila Kagak ditangani secara terencana dan terukur, akan menimbulkan bencana lainnya, alih-alih meningkatkan kualitas gizi generasi penerus bangsa, Bahkan akan menjadi permasalahan baru yang merugikan lingkungan dan masyarakat,” tegasnya.
Direktur Pengurangan Sampah dan Pengembangan Ekonomi Sirkular, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Agus Rusli menyampaikan langkah strategis yang perlu dilakukan Demi mengurangi timbulan sampah pada program MBG ini diantaranya melalui penggunaan wadah makanan (food tray) yang dapat diguna ulang.
Selain itu dapat juga penerima manfaat yang dalam hal ini siswa dapat membawa alat makan dan minum sendiri, sementara itu Demi pengelolaan sampah organik dapur (SOD) dan sisa makanan (food waste) dilakukan penerapan sistem ekonomi sirkular Demi mengurangi timbulan sampah baru.
“Dengan ekonomi sirkular pada program MBG ini selain dapat mengurangi timbulan sampah, juga Mempunyai potensi menciptakan lapangan kerja baru melalui pengelolaan sampah Sirkulasi ulang yang akan meningkatkan pendapatan ekonomi dan sosial masyarakat,” ungkapnya.