Pemanfaatan EBT Pandai Percepat Proses Transisi Daya

Pemanfaatan EBT Mampu Percepat Proses Transisi Energi
Pokja Transisi Daya Kadin(Ist)

TRANSISI energi yang tengah dijalankan Indonesia merupakan langkah strategis dalam menjaga ketahanan energi nasional sekaligus mendorong terciptanya ekonomi hijau. Upaya ini menunjukkan komitmen kuat Indonesia dalam memperluas akses terhadap inovasi infrastruktur yang lebih terjangkau dan bersih, guna mendukung pemulihan ekonomi yang lebih berkelanjutan. 

Dalam rangka mendukung dunia usaha dalam mencapai target emisi nol bersih, Pokja Transisi Daya Kadin menegaskan pentingnya pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) untuk mempercepat transisi energi di Indonesia. Hal ini disampaikan di salah satu sesi dialog meeting pada acara Indonesia International Sustainability Lembaga (ISF) 2024 yang berlangsung di Jakarta Convention Center.

Indonesia memiliki sumber daya energi terbarukan dengan total 3.686 GW, yang mencakup tenaga surya 3.295 GW, tenaga air 95 GW, bioenergi 57 GW, tenaga angin 155 GW, energi panas bumi 24 GW, dan energi laut 60 GW.

Baca juga : Pertamina Edukasi Pelajar Sekolah Menengah soal Krusialnya Daya Terbarukan

Ketua Pokja Transisi Daya Kadin, Anthony Utomo menyatakan bahwa Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi pemimpin global dalam transisi energi menuju pencapaian emisi nol bersih. Hal tersebut dikarenakan Indonesia memiliki potensi sumber daya energi terbarukan yang melimpah serta komitmen kuat dari sektor swasta dan pemerintah dalam mendukung keberlanjutan energi di masa depan.

Cek Artikel:  Meningkatkan Efisiensi Bisnis dengan QLola by BRI Internet Banking, Begini Metodenya

 “Kami menyambut baik dialog hari ini sebagai upaya untuk mendorong akselerasi transisi energi baru terbarukan di Indonesia. Potensi ini tidak hanya akan mendorong pertumbuhan ekonomi hijau, tetapi juga akan menjadikan industri nasional Indonesia bisa berkontribusi lebih banyak lagi untuk pertumbuhan ekonomi nasional, sekaligus menegaskan posisi Indonesia sebagai pemimpin dalam aksi iklim global,” ucap Anthony.

Direktur Jenderal EBTKE Kementerian Daya dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Eniya Listiani Dewi juga menegaskan pentingnya transisi EBT untuk mendukung tercapainya target emisi nol bersih pada tahun 2060 mendatang. Menurutnya, EBT berperan penting dalam menciptakan peluang investasi baru dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. 

Baca juga : Presiden Jokowi: Transisi Daya Dilakukan dengan Hati-Hati

“Indonesia memerlukan investasi sebesar 55 Miliar Dollar AS dalam 5 tahun mendatang. Bahkan dalam setahun kedepan, Indonesia membutuhkan investasi sebesar 14 Miliar. Kami mengajak para pelaku usaha Kadin untuk mengambil peluang besar dari transisi EBT dan berkolaborasi dengan pemerintah untuk mencapai target emisi nol bersih pada tahun 2060,” jelas Eniya.

Cek Artikel:  Pemerintah Perluas Basis Investor Domestik untuk Pembiayaan APBN 2025

Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Bappenas, Ervan Maksum, juga menyatakan bahwa pemerintah berkomitmen untuk melakukan pemetaan komprehensif terhadap seluruh sektor guna mencapai target emisi nol bersih. Pemetaan ini akan menjadi landasan kuat dalam merumuskan kebijakan dan strategi yang tepat sasaran untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan.

“Pemetaan ini diselaraskan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Melalui pemetaan sektor yang menyeluruh, kita dapat mengidentifikasi peluang investasi di sektor energi bersih, mendorong inovasi teknologi, dan menciptakan lapangan kerja baru. Ini merupakan langkah strategis untuk membangun Indonesia yang lebih berkelanjutan,” ujar Ervan.

Baca juga : Rentan Terdampak Perubahan Iklim, Transisi Daya di Indonesia Tak Dapat Ditunda

CEO PT Samator Indo Gas sekaligus Member Pokja Transisi Daya Kadin, Rachmat Harsono juga menekankan pentingnya kolaborasi pemerintah dan pelaku usaha dalam mendorong transisi energi. Ia berharap pemerintah dapat memberikan insentif yang lebih menarik untuk mendorong partisipasi aktif pelaku usaha nasional.

Transisi energi membutuhkan upaya kolektif dan sinergis dari seluruh pemangku kepentingan mulai dari pemerintah, lembaga keuangan, pelaku usaha, hingga kampus. Terdapatnya kolaborasi dan dukungan ini dapat memperkuat peran pelaku usaha nasional dalam transisi energi. 

Cek Artikel:  Pertamina Tunggu Putusan Lengkap Perisitiwa Plumpang

Seperti contohnya yaitu adanya kerjasama dengan pihak universitas untuk Riset and Development, juga adanya insentif yang tepat dari pemerintah dimana dapat menjadi katalisator bagi pelaku usaha nasional untuk berinvestasi lebih besar di sektor energi terbarukan. Sinergi ini tentunya akan memperkuat ketahanan energi nasional,” ucap Rachmat.

Sebagai tambahan, dalam sesi ini juga diisi oleh Komisi VII DPR RI Dyah Roro Esti Widya Putri, Rektor Universitas Pertahanan LT. Gen. (Ret) Jonni Mahroza, Presiden Direktur & CEO PT ESSA Industries Indonesia Tbk Kanishk Laroya, dan Kepala Rumah Perancangan Aksi Transisi Daya Indonesia Rumah PATEN Edo Mahendra.

Oleh karena itu, adanya kehadiran berbagai pemangku kepentingan dalam sesi ini diharapkan dapat melahirkan sinergi yang mendorong lahirnya inovasi dan solusi yang lebih konkret untuk percepatan transisi energi, sehingga target bauran energi baru dan terbarukan sebesar 23% pada tahun 2025 dapat tercapai dengan lebih cepat. (Z-8)

 

Mungkin Anda Menyukai