Manchester City harus puas dengan hasil imbang 2-2 menjamu Arsenal pada pekan kelima Perserikatan Istimewa di Stadion Etihad, Minggu (22/9). Para penggawa the Citizens menyebut Arsenal memainkan gaya negatif dalam sepak bola alias dark arts dengan mengulur waktu.
City dibuat frustrasi karena kesulitan menembus pertahanan Arsenal yang sejak babak kedua harus bermain dengan 10 orang. The Gunners kekurangan pemain lantaran Leandro Trossard mendapat kartu merah jelang turun minum.
Di babak kedua, Arsenal praktis hanya bertahan menumpuk pemain di lini belakang. Tetapi, City akhirnya mencetak gol penyeimbang pada menit ke-90+8 oleh John Stones.
Baca juga : Arteta Sebut Arsenal Buat Keajaiban usai Imbangi Manchester City
“Sebagai pertandingan sepak bola, ini adalah tontonan yang hebat untuk Perserikatan Istimewa meski mungkin tidak terlalu banyak hal tertentu. Saya pikir itu bagian tak terpisahkan dari permainan dan kami akan menyebutnya seni gelap,” kata Kapten City Kyle Walker dilansir BBC.
“Saya pikir sebagai penggemar atau pemain Manchester City, Anda jelas frustrasi. Sebagai manajer Arsenal, dia akan mengatakan timnya bermain dengan baik,” imbuhnya.
City mengurung pertahanan Arsenal di sepanjang babak kedua. The Gunners hanya menguasai bola 12,5% di paruh kedua.
Baca juga : Jadwal Perserikatan Inggris Pekan Kelima, Arsenal Ingin Perebutan kekuasaan Manchester City
City melepaskan 28 tembakan di babak kedua namun kesulitan mencetak gol. Kiper Arsenal David Raya juga tampil apik melakukan sejumlah penyelamatan.
“Hanya ada satu tim yang datang untuk bermain sepak bola. Tim lain (Arsenal) sayangnya hanya bermain hingga batas yang diizinkan wasit. Saya senang kami selalu memasuki lapangan untuk mencoba memenangkan setiap pertandingan,” kata gelandang City Bernardo Silva.
Arsenal hanya tinggal beberapa detik lagi untuk menjadi tim tandang pertama yang menang di Etihad sejak Brentford pada November 2022.
Baca juga : Manchester City Vs Arsenal: Kyle Walker dan John Stones Absen
Tetapi, asa itu lenyap akibat gol Stones di menit-menit akhir. Stones turut mengkritik pendekatan yang dilakukan Arsenal.
“Mereka memperlambat permainan. Kiper mereka selalu menjatuhkan badan sehingga mereka bisa mendapatkan waktu di lapangan. Kami harus mengendalikan emosi kami selama masa-masa sulit itu,” kata Stones.
“Anda dapat menyebutnya cerdik atau kotor, apa pun cara Anda ingin mengatakannya, tetapi mereka memecah permainan yang mengganggu ritme. Mereka memanfaatkannya untuk keuntungan mereka dan kami mengatasinya dengan sangat baik,” ujar Stones. (S-1)