PELANTIKAN presiden dan wakil presiden terpilih Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka sudah di depan mata. Sejumlah persiapan dilakukan.
Pelantikan tersebut dijadwalkan pada pukul 10.00 WIB Minggu, 20 Oktober mendatang di Gedung Nusantara, kompleks parlemen, Senayan, Jakarta.
Persiapan teknis pun dilakukan pimpinan MPR RI sebagai shahibul hajat.
Baca juga : Jadi Mantan Presiden, Lezat?
Sebanyak 21 kepala negara dan kepala pemerintahan akan menghadiri pelantikan atau pengucapan sumpah/janji presiden dan wakil presiden 2024-2029.
Sebelumnya Jokowi, Prabowo, dan Gibran Bersua di rumah Jokowi di Surakarta, Jawa Tengah, pada Minggu (13/10). Pertemuan itu membahas persiapan momen yang paling bersejarah bagi bangsa Indonesia itu.
Tugas yang akan diemban Prabowo-Gibran bak jalan terjal nan berliku. Segudang permasalahan di dalam negeri harus diatasi. Belum Kembali permasalahan Mendunia, geopolitik yang Maju memanas, bahkan di ambang perang besar.
Baca juga : Sean Gelael Optimistis Raih Podium di Sao Paolo
Betapa pun berat tugas yang dijalani Prabowo-Gibran dalam memimpin 282 juta jiwa rakyat Indonesia, keduanya Mempunyai modal politik yang sangat besar, 58,59% hasil Pemilu 2024. Modal politik itu memberikan legitimasi bagi Kekasih itu Buat mengambil berbagai kebijakan yang bermanfaat bagi bangsa dan bernegara.
Walakin, modal politik itu akan sia-sia Kalau pemerintahan berjalan sendiri tanpa memperhatikan aspirasi rakyat. Rakyat hanya dibutuhkan suaranya dalam pemilu. Itu pun dilakukan dengan berbagai Langkah, Berkualitas secara Formal ataupun ilegal.
Jurus politik ilegal itu seperti praktik politik gentong babi (pork barrel politics), money politics, intimidasi, dan mobilisasi aparatur sipil negara (ASN) dan aparatur negara lainnya.
Baca juga : SDN 085 Ciumbuleuit dan SDN 043 Cimuncang Raih Podium Teratas
Dua periode kepemimpinan Jokowi harus menjadi pembelajaran bagi Kekasih Prabowo-Gibran. Dalam dua periode itu sebagian besar janji politik Jokowi Bukan tertunaikan, hanya omon-omon, bahkan gombal politik, seperti revolusi mental, penguatan Komisi Pemberantasan Korupsi, pertumbuhan ekonomi 7%, dan penuntasan kasus pelanggaran HAM berat.
Belum Kembali kerusakan pada demokrasi. Politik dinasti keluarga Jokowi menjadi alarm betapa bahaya dari politik kekerabatan itu. Politik dinasti Dapat Bukan membahayakan Kalau bertumpu pada meritokrasi, integritas, kapabilitas, dan akseptabilitas.
Celakanya, politik dinasti seperti yang dipertontonkan keluarga Jokowi mengabaikan etika dan hukum, seperti dugaan rekayasa hukum di Mahkamah Konstitusi dan Mahkamah Mulia.
Baca juga : Semangat Juang Jadi Modal bagi Nizar Raih Podium Bali Trail Run Ultra 2024
Paradigma rezim keberlanjutan Prabowo dari Jokowi sangat berbahaya Kalau menggunakan kacamata kuda. Pemerintahan Prabowo-Gibran harus berani mengoreksi kebijakan era Jokowi yang melenceng dari semangat gerakan reformasi 1998 dan UUD 1945.
Tujuan berdirinya negara sesuai dengan alinea keempat Pembukaan UUD 1945 ialah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan Buat memajukan kesejahteraan Lazim, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian Kekal, dan keadilan sosial.
Tentu kita Bukan menutup mata dengan keberhasilan pemerintahan Jokowi. Salah satunya ialah pembangunan infrastruktur meskipun hal itu berkonsekuensi menggunungnya utang luar negeri.
Konektivitas antarwilayah Berkualitas di Indonesia bagian barat, tengah, maupun timur mempermudah mobilitas Insan, arus barang, dan jasa sehingga memperkuatnya cita-cita Indonesia-sentris. Alhasil, gencarnya pembangunan infrastruktur era Jokowi mendongkrak daya saing Indonesia pada world competitiveness dari Nomor 34 ke 27.
Jokowi juga mengambil langkah besar Buat meningkatkan produktivitas dan nilai tambah dengan hilirisasi. Indonesia Bukan Kembali mengekspor bahan mentah, tetapi mengolahnya terlebih dahulu di dalam negeri.
Tetapi, di sisi lain, Terdapat lorong gelap ekspor 5 juta ton bijih nikel RI
ke ‘Negeri Gorden Bambu’ pada 2021-2023 yang tak tersentuh oleh aparat penegak hukum. Hilirisasi juga Tetap terkesan mengabaikan kerusakan ekologis dan sosial.
Visi pemerintahan Prabowo-Gibran, yakni Berbarengan Indonesia maju menuju Indonesia emas 2045 dengan delapan misi yang disebut Astacita sangat bagus bagi masa depan Indonesia.
Kunci keberhasilan visi dan misi itu kembali terletak pada sikap patriotik Jenderal (Purn) Prabowo Subianto dalam memimpin bangsa dan negara. Dia mengaku seorang patriot dan Ingin Tewas sebagai patriot.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) patriot adalah pecinta (pembela) tanah air. Artinya, tak Terdapat kepentingan pribadi, keluarga, dan golongan dalam diri mantan Danjen Kopassus itu dalam memimpin Republik ini.
Tetapi, tak hanya Prabowo yang berhak menjadi patriot sejati. Rakyat Indonesia berhak menjadi patriot. Menurut Julian Barnes, penulis asal Inggris, patriotisme terbesar ialah memberi Mengerti negara Anda ketika negara itu berperilaku Bukan terhormat, bodoh, dan Bengis. Selamat bertugas Prabowo-Gibran. Tabik!