Pangkalan Gas Elpiji 3 Kg di Bandung Berharap Layanan kembali Normal

Pangkalan Gas Elpiji 3 Kg di Bandung Berharap Layanan kembali Normal
Anggota antre membeli gas elpiji 3 kg.(Dok. MI/Ramdani)

SEJAK diberlakukannya Embargo penjualan gas elpiji 3 kg di warung-warung pada 1 Februari 2025, Membikin stok gas bersubsidi tersebut  pangkalan-pangkalan turun drastis bahkan hilang sama sekali. Seperti di pangkalan gas elpiji 3 kg yang Eksis di Sukamenak Indah, Desa Sayati, Kecamatan Margahayu, Kabupaten Bandung Jawa Barat (Jabar), stok gas melon habis hanya dalam waktu satu jam.

Engkus (66) pemilik pangkalan kemarin menjelaskan,  biasanya dalam sehari, pangkalannya menerima pengiriman sebanyak 280 tabung gas elpiji 3 kilogram dari Pertamina. Tetapi, pengiriman tersebut Tak hanya dijual di pangkalannya.

“Rata-rata setiap hari  per pangkalan mendapat jatah antara 60 hingga 80 tabung. Di pangkalan kami totalnya 280 tabung dibagi 4 pangkalan,” ungkap  Engkus.

Cek Artikel:  IJTI Purwasuka Kecam Kekerasan Terhadap Wartawan oleh Aparat

Menurut Engkus, sebenarnya sejak pertengahan Januari 2025, antrean Buat membeli gas elpiji 3 kg sudah mulai terlihat, terutama Begitu libur panjang Isra Miraj dan Imlek. Meski antreannya Tak sepanjang Begitu awal Februari, tapi banyak Anggota yang kesulitan menemukan gas di warung-warung. Dan setelah Embargo penjualan tersebut,  gas langsung ludes dalam waktu satu jam sejak dibuka pukul 08.00 WIB. Tentu kebijakan ini, Membikin pemilik pangkalan kewalahan karena harus melayani masyarakat secara langsung.

“Ini tentu merepotkan  dalam hal pelayanan. Masyarakat berbondong-bondong datang karena di tempat lain Tak Eksis. Mereka belum Mengerti akibat dari kebijakan ini, tetapi saya sejak Januari, karena selama tiga hari Tak Eksis pengiriman,” ujar Engkus.

Cek Artikel:  Eksplorasi Pembiayaan Kreatif Menuju Indonesia Emas 2045

Engkus menambahkan di pangkalannya, ia menjual gas subsidi tersebut kepada Anggota dengan harga Rp16.600 hingga Rp17.000 per tabung, sesuai dengan aturan Pertamina.

“Saya berharap pemerintah Dapat mengembalikan aturan seperti semula agar Dapat menjual ke eceran, karena banyak manfaatnya. Setidaknya kita berbagi pemasukan dengan warung, itu lebih Lezat,” tutur Engkus.

Akibat kebijakan ini, tentu Membikin mendapatkan gas elpiji 3 kg, seperti Anggota yang tinggal di Kecamatan Bandung Kulon yang sudah sepekan kesulitan mencari penjual gas elpiji 3 kg.

Neneng seorang ibu rumah tangga mengeluh, sejak Hari Raya Imlek sudah  kesulitan mendapatkan gas LPG 3 kg. “Saya  setiap pagi harus mengantre di pangkalan yang Eksis di Sekeliling rumahnya. Karena  warung sudah Tak boleh jualan Kembali, jadi harus ke pangkalan atau agen langsung,” papar Neneng.

Cek Artikel:  Pembangunan Jalan Tol Sukabumi-Cianjur-Bandung Direncanakan Dimulai 2025

Sementara itu, Agen Pandawa Lima Harry mengatakan kelangkaan ini dikarenakan pengecer yang disetop penjualannya akibat harga yang tinggi. Dan sudah Eksis aturan baru. Jadi, setiap pengecer disetop Tak boleh berjualan karena harganya melambung tinggi di lapangan.

“Anggota Dapat langsung beli ke lapangan (agen) sesuai dengan harga eceran tertinggi (HET). Ataupun Apabila nanti si pengecer tetap Mau menjual,  agen akan dinaikkan menjadi pangkalan,” kata Harry. (Z-9)

Mungkin Anda Menyukai