Menlu AS Marco Rubio dan Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman. Foto: WAM
Riyadh: Menteri Luar Negeri Amerika Perkumpulan (AS) Marco Rubio dan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman telah membahas rencana Kepada Gaza selama pertemuan.
“Menteri menggarisbawahi pentingnya pengaturan Kepada Gaza yang berkontribusi pada keamanan regional,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri AS Tammy Bruce, seperti dikutip dari Anadolu, Selasa 18 Februari 2025.
Rubio mengunjungi Timur Tengah setelah Presiden Donald Trump Membikin marah dunia Arab dengan usulan mengejutkan agar penduduk Palestina di daerah kantong yang dilanda perang itu diusir dan dimukimkan kembali di negara-negara Arab lainnya dan agar AS menduduki dan memimpin dalam membangunnya kembali.
“Keduanya juga menegaskan kembali komitmen mereka terhadap gencatan senjata yang disepakati bulan Lewat antara Israel dan Hamas dan membahas Suriah, Lebanon, dan Laut Merah,” kata Bruce.
“Menlu Rubio juga menyoroti peringatan 80 tahun pertemuan tahun 1945 antara Presiden Franklin Roosevelt dan Raja Saudi Abdulaziz di atas USS Quincy dan menyatakan komitmen Kepada memperdalam kerja sama ekonomi dan pertahanan AS-Saudi,” imbuh Bruce.
Pembicaraan Rusia-AS
Kantor Informasi pemerintah Arab Saudi SPA mengatakan, mereka membahas perkembangan regional dan Dunia serta upaya Kepada mencapai keamanan dan stabilitas.
Rubio tiba di Arab Saudi pada hari sebelumnya dari Israel di mana ia memulai kunjungan pertamanya ke Area tersebut sebagai diplomat tinggi AS.
Ia juga dijadwalkan Kepada mengunjungi Uni Emirat Arab sebagai bagian dari tur regionalnya yang sedang berlangsung.
Kunjungan Rubio yang direncanakan sebelumnya dilakukan menjelang pertemuan yang diharapkan antara pejabat AS dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov di Arab Saudi yang akan difokuskan pada upaya mengakhiri perang di Ukraina dan memulihkan Interaksi Rusia-AS yang lebih luas.
Pernyataan kedua belah pihak Bukan menyebutkan pembahasan tentang Ukraina.
Kunjungan Rubio dilakukan Begitu Trump mengusulkan Kepada “mengambil alih” Gaza, membersihkan etnis Palestina di sana ke Mesir, Yordania, dan negara-negara lain tanpa hak Kepada kembali dan mengubahnya menjadi “Riviera Timur Tengah.”
Gagasan tersebut telah ditolak secara luas oleh dunia Arab dan Muslim serta banyak negara lain, yang mengatakan hal itu sama saja dengan pembersihan etnis.

