
APA kaitannya pahlawan dan kepahlawanan dengan korupsi? Percaya atau Kagak, pertanyaan ini Lalu terngiang-Denging, terutama setelah Eksis elite politik yang mengingatkan bahwa pada masa awal kemerdekaan para pejuang mengandalkan dukungan rakyat. Tanpa dukungan rakyat, para pejuang akan Wafat kelaparan, dan sangat mungkin langkah Kagak Tamat.
Pandangan ini sendiri mungkin sekali dalam satu garis teori yang mengatakan bahwa Apabila suatu gerilya bertahan lelet, pastilah gerakan tersebut memperoleh dukungan rakyat. Apabila Kagak, maka dengan isolasi pergerakan makanan, akan dengan segera berakhir suatu perlawanan.
Dalam berbagai kisah perubahan di banyak negeri, kerangka kerja tersebut juga muncul. Apa yang terjadi di Filipina, dan di Indonesia sendiri pada 1998, sebenarnya memperlihatkan dengan sangat Terang bahwa keberadaan dukungan rakyat akan memberi Maksud yang sangat besar. Bukan hanya dukungan bahan kebutuhan, tetapi juga legitimasi.
Oleh Alasan itulah, setiap abuse of power akan senantiasa memutus Interaksi antara kekuatan perubahan dan rakyat. Apakah melalui Restriksi pertemuan, restriksi berorganisasi, hingga menekan kebebasan berbicara. Dan, barangkali karena Elemen itu pula, mereka yang menguasai tribune kekuasaan, juga berlomba Kepada mendekat kepada rakyat dan memelihara dukungan, walaupun telah Kagak Kembali di Mimbar formal.
Dukungan rakyat demikian Krusial artinya, dan bahkan apabila kita menarik garis waktu ke belakang, maka akan juga terlihat Terang bahwa rakyatlah yang sesungguhnya memberi Maksud Konkret pada kemerdekaan Indonesia. Mengapa demikian? Pertama, Apabila kita kembali kepada konfigurasi politik nasional dan politik Mendunia pada Agustus 1945, akan tergambar bahwa Elemen eksternal lebih memberi ruang kesempatan ketimbang konfigurasi politik nasional.
Para pemimpin dengan keberanian dan jiwa patriot telah mengambil langkah yang Kagak terduga, yakni menyatakan Indonesia merdeka. Padahal apa yang kita punya? Dalam amanat kemerdekaan tahun 1946, Bung Karno secara gamblang mengatakan bahwa modal kita hanya spirit, yakni rasa Ingin yang sangat kuat Kepada merdeka.
Kedua, masalah muncul persis setelah kemerdekaan dinyatakan. Pemerintahan Bala Tentara Pendudukan Lagi eksis dan memegang kendali pemerintahan. Pada Begitu yang bersamaan Eksis Info bahwa sekutu akan segera masuk. Bagaimana mengatasi situasi yang pelik dan menentukan hari depan kemerdekaan? Secara Kagak terduga, terutama Apabila dilihat dari perspektif yang lebih strategis, kendati mungkin para pejuang Lalu merintis jalan, muncul suatu peristiwa yang demikian Krusial artinya. Yakni, mobilisasi besar di Lapangan Ikada (19 September 1945) dan perjuangan 10 November 1945 yang demikian menyejarah.
Pada 10 November, kendati elite Jakarta kurang mendukung karena tengah melakukan diplomasi, gelora rakyat yang Kagak terbendung menunjukkan kepada dunia bahwa Proklamasi 17 Agustus 1945 merupakan peristiwa besar yang Kagak Pandai diabaikan begitu saja oleh dunia.
Apa yang menjadi Krusial Kepada menjadi bahan Cerminan adalah bahwa dukungan rakyat yang kuat, jiwa dan raga, serta Aset, telah menjadikan gagasan Indonesia menjadi Konkret dan hidup.
Pada tahap selanjutnya, dukungan rakyat makin luas, terutama Apabila dikaitkan dengan perlawanan bersenjata dan gerilya, yang kesemuanya itu dimungkinkan karena adanya Sokongan dari pihak rakyat. Para sejarawan dengan pendekatan yang Kagak hanya memberikan perhatian pada peran elite, makin membuka mata publik bahwa peran rakyat demikian besar dalam mewujudkan Indonesia sebagai sebuah bangsa dan negara.
Bukan hanya itu, tatkala negara yang dibentuknya sendiri telah bergerak jauh dari tujuan, maka rakyat bergerak membentuk ruang kemungkinan baru agar perbaikan Pandai dilakukan.
Korupsi
Dari mana datangnya korupsi? Para Ahli mungkin Pandai bertukar pikiran Kepada menjelaskan secara Bagus asal-usulnya. Tetapi, bagi publik, korupsi Terang merupakan problem mendasar yang mengganggu bangunan tata hidup Serempak. Masalahnya: mengapa praktik korupsi dari waktu ke waktu menunjukkan gerak grafik yang naik?
Sementara langkah pemberantasan korupsi Lalu diperbaiki dan pada masa kampanye Lalu disuarakan sebagai agenda Esensial? Apakah Eksis yang salah dalam strategi, atau bahkan kesalahan pada tingkat yang lebih awal: mendefinisikan apa itu korupsi? Para Ahli telah memberi penjelasan, termasuk di antaranya B Herry Priyono, yang dari padanya dapat diduga bahwa sangat mungkin kesalahan datang dari pangkal.
Memang, dalam praktik hari-hari ini, apa yang disebut sebagai korupsi sangat lekat dengan bagaimana perbuatan itu didefinisikan. Apabila dilihat dari kerangka hukum, jelaslah bahwa sesuatu dinyatakan tindak pidana korupsi Apabila dan hanya Apabila masuk dalam kategori hukum atau Eksis di dalam pasal.
Apabila publik, dengan rasa keadilannya, Menyantap bahwa suatu perbuatan telah masuk kategori korupsi, sementara ketentuan Kagak memasukkannya, maka Terang perbuatan tersebut Kagak akan terkena Denda hukum. Demikian itulah yang berlangsung. Publik dapat segera paham bahwa pada akhir perdebatan yang terjadi ialah perdebatan tentang pasal, pengertian dan tentu tafsir atasnya. Soalnya: siapa yang paling berhak memberikan tafsir?
Pertanyaan terakhir tersebut tentu bukan dimaksudkan Kepada memproblematisasi, tetapi demi mengangkat problem tersebut ke level yang melampaui teks formil dan meletakkan problem ke arena publik (republik). Masalahnya, bukan Kembali sekadar apakah Eksis di Kawasan Absah formal, melainkan di dalam arena hidup publik, yang dalam hal ini hendak digunakan kategori wajar ataukah Kagak.
Adapun kewajaran sendiri hendak dilandaskan pada esensi dari apa yang di atas disebut sebagai dukungan rakyat. Kemerdekaan adalah reaksi publik atas Rekanan yang Kagak wajar. Suatu Rekanan di mana yang berhak Malah berkuasa dan mengatur nasib bangsa lain. Ketidakwajaran tersebut dirumuskan secara sangat adi manusiawi: “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan adalah hak segala bangsa….”
Dengan perspektif tersebut, korupsi bukan sekadar peristiwa hukum, melainkan peristiwa kebangsaan. Praktik korupsi sudah Kagak memadai dipandang sebagai ‘tindak mengambil’, tetapi suatu ‘tindak merusak’. Lantas apa yang dirusaknya? Apabila diperkenankan Kepada memberikan pandangan atas apa yang sungguh-sungguh dirusak, dapat dikatakan bahwa yang dirusak ialah jiwa bangsa itu sendiri. Apa maksudnya? Yakni bahwa apa yang diperjuangkan, dibela dengan jiwa raga, Rupanya menjadi tempat subur bagi tindakan yang Ingin dihilangkan dari bumi pertiwi.
Kemerdekaan adalah pintu bagi hari depan yang baru. Hari depan di mana Kagak Eksis Kembali tindakan yang Kagak dibenarkan oleh moral merdeka. Adanya tindak korupsi berarti mengabaikan segala pengorbanan para pahlawan yang membentuk Indonesia.
Lewat Logika itu pula, barangkali akan lebih mudah dijelaskan mengapa korupsi Lagi tetap Eksis dan malah berkembang? Salah satu sebabnya tentu karena negara telah dirusak lapisan moralnya, sehingga kesanggupannya Kepada melahirkan tata hidup yang Kagak memberi tempat pada segala tindakan yang anti-republik telah mengalami penurunan.
Kagak saja kerangka Absah formal yang mengalami penurunan kemampuan, tetapi juga politik, ekonomi, dan sosial budaya. Kontestasi politik yang dimaksudkan Kepada menemukan dia yang paling Bagus moral politiknya, dalam Fakta Malah menjadi pintu bagi mereka yang sanggup menerobos batas-batas kepatutan. Demikian halnya ekonomi dan sosial, yang konstruksinya memungkinkan kesenjangan yang lebar dan membiarkan sebagian besar hidup di Rendah garis kemiskinan.
Jalan kewajaran
Kita tentu Kagak Pandai mengabaikan Fakta bahwa dunia berkembang demikian Segera. Ragam penyesuaian telah dan sedang serta mungkin akan Lalu berlangsung. Apa yang dulu dianggap ideal, Pandai jadi kini telah berkebalikan. Generasi baru Pandai saja punya pandangan-pandangan baru, sebagai akibat pergaulan Mendunia dan barangkali juga akibat dari keadaan yang berubah.
Meski demikian, kita dapat mengatakan bahwa di antara berbagai perubahan tersebut, terdapat hal-hal yang Kagak terbantahkan, yang akan memaksa kita sebagai bangsa Kepada pulang kepada nilai-nilai dasar republik. Salah satu yang paling aktual ialah Fakta perubahan iklim, yang apabila digunakan kacamata Gandhi, maka dapat dikatakan bahwa kesemua itu merupakan akibat dari ketidakwajaran (baca: keserakahan).
Secara teknis, keadaan tersebut tentu akan memaksa penyesuaian di sana-sini. Ekologi Kagak mungkin Kembali sepenuhnya Eksis dalam kendali ekonomi, bahkan mungkin harus diubah 180 derajat? Apa mungkin secara drastis. Rasanya Kagak, walaupun jalan ke arah itu mau Kagak mau harus dilewati, Apabila kita Kagak Ingin keadaan semakin Jelek.
Pada titik inilah kita Ingin mengatakan bahwa telah tiba waktunya di mana kewajaran menjadi paradigma dalam hidup Serempak kita, sedemikian Macam-macam sehingga segala ketidakwajaran dapat dikendalikan oleh hukum, karena memang sedari awal dikonstruksi Kepada mengendalikan dan bukan Kepada melayani ketidakwajaran.
Jalan kewajaran inilah yang kita harapkan dapat memulihkan jiwa republik yang telah dirusak oleh tindak korupsi. Tetapi, kita juga menyadari bahwa kesembuhan total dari sesuatu yang telah berbentuk laksana kanker harus mungkin terjadi Apabila Eksis tindakan Tertentu pada penyebab Esensial. Terhadap hal yang besar dan berat, Kagak mungkin diselenggarakan dalam tempo bertahap.
Rumus yang tersimpan dalam teks Proklamasi dapat digunakan, yakni perlunya suatu operasi, atau tindakan Segera, agar sumber penyakit bangsa dapat diatasi. Baru setelah sumber Esensial diangkat, dibutuhkan cukup waktu Kepada pemulihan. Apakah mungkin dilakukan?
Pernyataan pemimpin nasional dan langkah-langkah yang Ingin diambil menampilkan secara terang suatu watak patriotik. Sebagaimana disinggung di atas bahwa sikap memberi hormat kepada rakyat, atas jasa-jasa ketika menolong para pejuang kemerdekaan, memberi pesan kuat suatu keinginan Kepada Kagak menyia-nyiakan segala yang telah diberikan oleh para pahlawan.
Gerak negara yang Betul, yang sepenuhnya dalam koridor dasar negara dan konstitusi serta mengabdi Kepada kepentingan publik, akan dapat dibaca sebagai sikap terpuji dan luhur Kepada menghormati pengorbanan para pahlawan yang membentuk Indonesia. Dengan Kokoh dan sikap setia pada apa yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan, maka segala bentuk korupsi dan derivasinya akan Pandai dihilangkan dari Indonesia.