Optimalkan Kompetensi Guru Konseling untuk Cegah Kekerasan di Lingkungan Sekolah

Optimalkan Kompetensi Guru Konseling untuk Cegah Kekerasan di Lingkungan Sekolah
Unit PPA Satreskrim Polresta Sidoarjo memberikan edukasi kepada siswa saat MPLS di SMP Al Islam, Krian, Sidoarjo, pada Rabu (17/7/2024)(MI/HERI SUSETYA)

PLT Deputi Bidang Koordinasi Pusingkatan Kualitas Pendidikan dan Moderasi Berbagai macama Kemenko PMK, Warsito, menjelaskan perlunya sekolah memiliki guru bimbingan konseling yang memiliki kompetensi untuk bisa mencegah terjadinya kekerasan di lingkungan sekolah. Kompetensi ini bisa didapatkan juga melalui pendidikan dan pelatihan khusus apabila belum memiliki guru-guru dengan latar belakang pendidikan psikologi.

Guru memiliki peran penting dalam memantau tempat di mana murid biasa bermain setelah pulang sekolah seperti di warung atau kafe tempat mereka bermain. Dalam hal ini, guru dapat memantau murid sebelum terjadinya tindakan kekerasan dan kejadian yang tidak diinginkan.

“Buat itu diperlukan penambahan guru bimbingan konseling pada satuan pendidikan dasar dan menengah dengan rasio jumlah siswa binaan yang proporsional,” kaya Warsito, Selasa (20/8).

Cek Artikel:  Apa Hukum Memperingati Maulid Nabi Ini Dia Penjelasannya

Baca juga : Ini yang Perlu Dilakukan untuk Cegah Perundungan di Sekolah

Kekerasan di lingkungan pendidikan menjadi permasalahan yang masih kerap terjadi di Indonesia. Berdasarkan data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), pelanggaran terhadap perlindungan anak di sektor pendidikan yang masuk KPAI sejak Januari sampai Agustus 2023 mencapai 2.355 kasus. Terdapat kenaikan 10 persen dari sebelumnya sebanyak 2.133 kasus di tahun 2022.

Ketika ini, Kemenko PMK terus berupaya memaksimalkan peran satuan tugas terpadu yang melibatkan pemerintah pusat, pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lainnya untuk dapat melakukan pencegahan dan memberi respon cepat setiap kali terjadi tindak kekerasan di lingkungan pendidikan.

Dalam hal ini, Kementerian Religi juga dilibatkan dalam Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan (TPPK) yang melibatkan organisasi sosial keagamaan (bukan ASN).

Cek Artikel:  Di Dies Natalis ke 40, Universitas Terbuka Sabet Tiga Rekor MURI

Baca juga : Binus School Niscayakan Tindak Tegas Siswa yang Terlibat Perundungan

“TPPK perlu bekerjasama dengan masyarakat dengan pengawasan berkala pada tempat tempat di sekolah atau luar sekolah, mengidentifikasi tempat-tempat rawan bullying atau kekerasan,” ungkap Warsito.

Menurutnya untuk mencegah kekerasan di lingkungan pendidikan yang dilakukan oleh warga sekolah maka proses rekrutmen harus dilakukan secara ketat pada pendidik dan tenaga kependidikan sampai staf kebersihan, keamanan, dan lain sebagainya.

“Apabila ada oknum yang terlibat menjadi pelaku kekerasan maka perlu dilakukan rotasi atau mutasi sehingga yang bersangkutan tidak lagi bekerja dalam lingkungan Pendidikan. Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari timbulnya trauma di kalangan peserta didik dan menutup peluang bagi yang bersangkutan untuk kembali melakukan tindak kekerasan,” pungkasnya. (H-2)

Cek Artikel:  Dokter Bedah Anak di Indonesia Baru 180 Orang

Mungkin Anda Menyukai