liputanindo.com – Entah kenapa Alberto Puig memberikan Jawaban yang mengambang . . ahhhh kentang banget Om Alberto nih . . Dia Hanya bilang gini soal Rumor Pol-HRC ” HRC selalu memikirkan tentang struktur mereka Demi ini dan masa depan, dari kategori terbawah Tamat MotoGP. Karena sesuatu hal yang kita alami Demi ini, (development struktur) musim ini Enggak berkembang secara normal. Kami belum menandatangani kontrak dengan siapapun yang belum diumumkan “ Yap . . . Patut digaris bawahi, bold dan kalo perlu stabilo kuning soal . . . ” Perkembangan struktur yang Enggak normal “ . . Apakah ini berarti Puig seakan mengiyakan rumor Pol-HRC yang secara fakta memang bukan merupakan sebuah keputusan ‘normal’ karena bukan dari penjejangan Honda dan terlebih Kembali mereka belum Menyaksikan secara Lumrah performa Alex Marquez bahkan di satu race weekend MotoGP? Silahkan sobat jawab di dalam hati terlebih dahulu . . lanjjuutt . .
Alberto Puig “HRC is always thinking about the present and the future of its structure, from the lower categories to MotoGP. Due to the circumstances that we are in, this season is not developing through the usual channels, but that does not mean that Honda stops continuing to plan the best possible future for all their riders. We do not have any contracts signed with anyone that have not already been announced,”
Alberto Puig ini adalah tipikal manager yang reaktif. Kalau ia merasa satu Informasi nggak Pas maka ia akan langsung bilang Enggak. Tetapi terlihat ia sangat hati-hati dalam menampilkan responnya terhadap rumor Pol-HRC. Terlebih Kembali karena memang awalannya dia yang mulai duluan sih hehehe . . Tapi mosok ya itu moving pribadi Alberto? liputanindo Serius, Upaya Flirting itu Niscaya sudah dikasih lampu hijau dari Asaka – Saitama sana bukan?
Sudah Mempunyai pembalap yang selama 7 musim pertamanya sudah memberikan mereka 6 gelar Pemenang dunia MotoGP perorangan belum Kembali titel Pemenang team dan Pemenang manufaktur. Plus kondisi Marc Marquez Demi ini yang berusia 27 tahun ditengarai adalah merupakan usia emas atlet/pembalap motorsport. Sudah pula Marc digaet 4 tahun ke depan Serempak mereka sehingga boleh dibilang dari umur 20 Tamat umur 31 tahun atau mayoritas usia produktif Marc Marquez di kelas Penting dapat dipastikan hanya Serempak Honda.
Adiknya, Alex Marquez yang Pemenang dunia 2 kali GP pun sudah direkrut. Tetapi kenapa Tetap butuh sosok Pol Espargaro yang Demi ini berusia 29 tahun. Memang sih Pol merupakan pembalap yang lebih suka dengan motor berkarakter keras dan ‘harsh ‘ seperti mungkin Honda RC213V. Tapi kan Honda belum Serius juga sama kapabilitas Pol di atas RC213V? Lagipula Honda juga kan belum Menyaksikan full performa dari Alex Marquez? Dalam artian , Selain menggunakan data test Pra Musim, Alex Marquez belum Dapat dibandingkan dengan Pol Espargaro, imho.
beberapa hal di Rendah ini berdasarkan sudut pandang ke arah Internal Struktur HRC dan Repsol Honda ya, karena Opini dalam sudut pandang Eksternal sudah kita buatkan dua artikel sekuel sebelumnya yakni mengenai KTM dan mengenai Rekanan dengan Ducati
Minimalisasi Area Nyaman
Dalih pertama yang sempat mampir ke pemikiran liputanindo adalah, setelah berhasil mengamankan seluruh umur produktif Marc Marquez Serempak mereka, Honda berencana memberikan sparing partner terbaik Buat hadir di sisinya. Seperti kita ketahui, biasanya pembalap itu musuh terbesar adalah team-mate yang menggunakan persenjataan perang yang sama.
Dan Kalau telah Mempunyai ‘duri dalam daging’ yang artinya musuh dalam satu team maka Eksis kemungkinan team-matenya ini akan menjadi stimulasi Tertentu bagi seorang Marc Buat Dapat memberikan hal-hal yang lebih maksimal Kembali dalam hidupnya kepada RC213V dan kepada Honda. Dengan kata lain, Honda Enggak mau membiarkan Marc Marquez telalu terbuai dengan ‘Area Nyaman’.
Yap ini buat liputanindo Dapat jadi merupakan sebuah strategi internal HRC/Honda Buat mencegah membesarnya bibit-bibit superbody yang mungkin timbul dari sosok Marc Marquez di kemudian hari.
Tetapi memang keputusan HRC ini punya resiko. Resiko dimana aset terbesar mereka Demi ini (Marc Marquez) hengkang dari kubu sayap kepak. Setuju sama pendapat David Emmett bahwa mayoritas kasus hengkangnya para Pemenang dunia ke pabrikan lain terutama bukan karena mereka mau membuktikan diri Dapat Pemenang dengan motor yang berbeda, Tetapi lebih dikarenakan secara pribadi mereka merasa sudah ternomor-duakan, Enggak nyaman dan lain sebagainya :
- Tahun 2004 Valentino Rossi pindah dari Honda ke Yamaha karena dirinya merasa HRC Enggak mengakui kapabilitas dirinya sebagai pembalap dan mengatakan bahwa Seluruh capaian ini karena motor Honda.
- 2010 Valentino Rossi pindah dari Yamaha ke Ducati karena ia Menyaksikan Yamaha Enggak mengikuti permintaan eksplisitnya Buat Enggak meneruskan kontrak Jorge Lorenzo yang ia anggap mengancam supremasi posisinya di pabrikan garputala.
- Tahun 2015 Yamaha membatalkan selebrasi internal Buat kemenangan Pemenang dunia Jorge Lorenzo pasca Sepang Clash. Hal ini Enggak mengenakan Jorge Tamat akhirnya pindah ke Ducati satu tahun kemudian.
- Tahun 2018 Jorge Lorenzo secara pribadi memutuskan menelfon Alberto Puig Buat mencari slot di HRC setelah memperoleh uangkapan Enggak mengenakan dari sosok Claudio Domenicali.
Yap memang ke empat Misalnya kasus di atas dilakukan pembalap tanpa memanfaatkan klausul exit. Bagus Vale maupun Lorenzo tetap menghormati kontrak dengan Metode menyelesaikan secara profesional apa yang sudah termaktub di kertas kontrak yang telah mereka tanda tangani.
Nah dengan masuknya Pol Espargaro ke HRC dan Membangun posisi Alex Marquez jadi nggak nyaman banyak diperkirakan akan berpengaruh ke Marc Marquez. Tetapi ia sudah meneken kontrak jangka panjang dengan HRC Tamat akhir musim 2024 nanti. Adakah klausul exit dari kertas perjanjian kontrak HRC – Marc Marquez, Gegara HRC memperlakukan Adik tersayangnya dengan Enggak semestinya ?
Pajak aja sanggup Bayar, apalagi penalti ?
Nominal kontrak terbaru Marquez – HRC diperkirakan tembus Bilangan 100 Juta Euro. Ini artinya, jikapun klausul exit mau dilakukan Marc ditengah jalan, maka biaya yang harus ditanggung management Marc Marquez pun akan besar pula. Apa iya Marc sanggup? Patut diingat bahwa Marc Marquez adalah salah seorang pembalap yang taat pajak. Ia tetap memilih tinggal di Cevera dekat dengan orang tuanya walaupun pajak Spanyol siap menanti.
Hal ini Enggak dilakukan beberapa pembalap Lain yang lebih memilih tinggal di tempat lain seperti Andora dengan alih alih biar pajaknya nggak gede. Bercermin pada kasus pajak ini. Istilah kata, pajak saja berani dihadapi Marc, tentu penalti dari klausul exit pun kayaknya sudah disiapkan oleh Marc dan Alzamora sebagai strategi cadangan Kalau dibutuhkan…
The intentions are clear @lcr_team!
With recent Honda rumours, this puts some moves into doubt!
#MotoGP pic.twitter.com/8V1QrcMQRa
— MotoGP™
(@MotoGP) June 6, 2020
Pertanyaan lanjutan, apakah dengan menempatkan adiknya Alex Marquez di LCR Honda musim 2021 nanti dengan material motor yang Factory Support juga akan Membangun Marc hengkang dari HRC? Menurut opini liputanindo, kayaknya Dalih ini terlalu receh buat seorang pembalap selevel Marc Marquez. liputanindo Serius Kalau HRC Dapat bermain Elok dengan menempatkan Alex di LCR, maka Marc akan ‘fine fine’ saja, wong sebenarnya Alex Tetap dalam rangkulan hangat keluarga Honda.
Patut di catat Bahwa Alex Marquez itu menurut liputanindo bukanlah sebuah Solusi 2020 yang sudah dipikirkan Pelan Oleh HRC . . ia bagaikan sebuah Solusi Instan terdekat / dadakan yang bersifat win win Solution ketika Jorge Lorenzo mendadak Memutuskan Pensiun akhir Musim Lewat. Ingat Juga Bahkan harusnya Alex Marquez Musim 2020 ini Tetap membalap di Moto2 Serempak Marc VDS.
Taufik of BuitenZorg | @liputanindo