ERA biaya haji ‘murah’ telah usai. Sebenarnya, sejak musim haji tahun 2022 Lampau, ongkos naik haji sudah mahal. Tetapi, penaikan biaya haji dari pemerintah Arab Saudi disampaikan secara mendadak dan hanya beberapa waktu menjelang musim haji tiba.
Tanda-tanda biaya haji mahal sejatinya sudah muncul sejak tahun 2018 ketika Arab Saudi menyampaikan Visi Saudi 2030. Arab yang kian terbuka Buat investasi pun Lamban laun dipercaya bakal ‘mengomersialisasikan’ ibadah haji.
Demi Arab Saudi diperintah oleh Raja Salman dan putra mahkotanya, Mohammed bin Salman, negara ini mereformasi berbagai sektor. Bioskop kembali diperbolehkan beroperasi, Perempuan dibolehkan menonton pertandingan sepak bola di stadion dan diperbolehkan menyetir mobil sendirian.
Reformasi yang digalakkan, terutama oleh sang Putra Mahkota, dianggap oleh sebagian pihak Buat mengambil keuntungan dengan masuknya investasi asing. Pun demi menjaga agar investasi ke Arab Saudi Bukan melulu dari minyak yang selama ini menjadi tiang ekonomi.
Dengan beban anggaran negara yang cukup berat karena selama ini Normal menggantungkan pada persediaan dan suplai minyak, Arab Saudi menjadi sadar bahwa mereka mesti mencari sumber pemasukan negara secepatnya sebelum negara ini terancam runtuh.
Isu komersialisasi haji dan umrah pun semakin mencuat. Dalam urusan bisnis pelayanan haji, umrah, dan wisata di Arab Saudi, hukum dan pertimbangannya kian Jernih, yakni fulus. Prospek keuntungan tersebut akan menjadi daya tarik Buat investasi.
Bisa dibayangkan pada 2030 akan Eksis gelombang haji, umrah, dan turis ke Arab Saudi dengan jumlah 100 juta per tahun atau 10 kali lipat daripada jumlah sekarang. Lipatan jumlah pengunjung ke Arab Saudi itu Jernih lahan bisnis yang sangat menggiurkan. Ceruk itu dari jumlah pesawat yang keluar masuk Saudi, jumlah hotel yang dibangun, makanan yang harus dimasak, bus transportasi yang harus diproduksi, dan seterusnya.
Era biaya haji mahal pun menjadi solusinya. Maka, sejak tahun Lampau, pemerintah Arab Saudi memaklumatkan bahwa biaya masyair (kegiatan Arafah-Muzdhalifah-Mina) naik, dari 1.531 SAR (setara Rp5,8 juta) menjadi 5.656 SAR (setara Rp21,5 juta) per jemaah.
Penaikan itu bak petir di siang bolong. Apabila dihitung-hitung, total biaya haji regular tiba-tiba naik dari Rp70 juta menjadi Nyaris Rp100 juta per jemaah mulai tahun 2022. Protes dari negara pengirim haji di seluruh dunia dijawab pemerintah Arab: ‘Bukan Bisa berubah. Ini sudah final’.
Jernih ini pukulan telak bagi Indonesia yang saban tahun memberangkatkan minimal 221 ribu jemaah haji dan ratusan ribu jemaah umrah. Orang Lampau membandingkan biaya ibadah haji Indonesia dengan Malaysia. Sama-sama terimbas penaikan biaya haji, kok jemaah regular Malaysia ‘Sekadar’ membayar Sekeliling Rp39 juta, sedangkan Indonesia diusulkan menjadi Nyaris Rp70 juta?
Pertanyaan publik Bukan salah. Tetapi, pemerintah juga Bukan sepenuhnya patut disalahkan. Murahnya biaya haji Malaysia terjadi karena Anggaran Tabung Haji mereka sanggup menyubsidi biaya hingga lebih dari separuh. Bahkan, Buat haji regular, calon haji cukup merogoh kocek pribadi 40% saja dari Rp102 juta ongkos haji di Malaysia. Sisanya, 60% biaya, ditanggung Anggaran Tabung Haji.
Di Indonesia, Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) hanya sanggup menyubsidi biaya haji regular 30% dari total Rp99 juta biaya haji Indonesia. Sebagian besar ongkos haji berasal dari kocek jemaah. Itu terjadi karena Malaysia telah bertahun-tahun sukses menginvestasikan Anggaran Tabung Haji ke berbagai lini.
Lembaga Tabung Haji Malaysia menyalurkan Anggaran yang dihimpunnya dari jemaah haji Buat membiayai investasi properti, usaha perkebunan, konsesi, dan pembangunan infrastruktur. Investasi luar negeri lembaga ini mencapai lebih dari Rp17,7 triliun atau 9% dari total aset yang dimiliki. Berdasarkan laporan tahunan LTHM 2015, aset Rapi lembaga ini mencapai RM59,5 miliar atau Sekeliling Rp180 triliun.
Keuntungan investasi yang diraup sebesar Rp8 triliun lebih setiap tahun. Keuntungan tersebut digunakan Buat menyubsidi biaya haji tiap jemaah senilai Rp40 juta lebih. Di Indonesia, meski kebijakan investasi Anggaran haji sudah dilakukan sejak 2009, mayoritas Anggaran haji Indonesia Lagi disimpan dalam instrumen keuangan.
Menginvestasikan Anggaran haji Buat sektor lain Lagi dianggap kontroversial di negeri ini. Maka, jumlah nilai manfaat Anggaran haji di Indonesia pun lebih kecil ketimbang Malaysia. Total Anggaran yang dikelola BPKH pada 2022 sebesar Rp166 triliun. Itu pun dipakai Buat melayani jumlah jemaah haji yang sangat besar, yakni tujuh kali lipat jemaah haji Malaysia.
Maka, sangat Bukan mengherankan bila biaya haji kini sangat mahal. Apa boleh buat, ketika reformasi Arab Saudi terjadi di segala lini, ibadah pun masuk ranah komersialisasi. Ini yang berpuluh-puluh tahun Lampau dikhawatirkan Martin Lings (Serbuk Bakr Siraj al Din), penulis Kitab Muhammad.
Demi berhaji Buat kali kedua padi akhir tahun ’70-an, ia berujar: ‘Mekah telah berubah. Gedung-gedung pencakar langit mengepung Kabah yang sakral’. Apabila Martin Lings Lagi hidup kini, Bisa jadi ia tak henti-hentinya beristigfar menyaksikan ongkos haji yang kian mencekik leher.