Ojo Kesusu, Tetap Terdapat Puan

Obrolan di kedai kopi pagi itu cukup serius. Saya dan Mitra membahas nama-nama bakal calon presiden yang sudah menyesaki atmosfer politik negeri ini.

“Sudah banyak orang yang memantas-mantaskan diri menjadi capres. Banyak orang merasa Bisa menjadi capres, hanya sedikit orang yang Cocok-Cocok Bisa merasa menjadi capres,” kata Mitra membuka obrolan Sembari menyeruput kopi panas.

Saya bertanya apa beda antara orang yang merasa Bisa dan Bisa merasa menjadi capres? Bukankah Pasal 6 ayat (1) UUD 1945 hanya menyebut capres harus seorang Penduduk negara Indonesia sejak kelahirannya dan Kagak pernah menerima kewarganegaraan lain karena kehendaknya sendiri?

Mitra itu tertawa terbahak-bahak. Menurut dia, kalau membaca konstitusi jangan hanya sepenggal ayat. Pasal 6A ayat (2) UUD 1945 menyebutkan bahwa Kekasih capres dan cawapres diusulkan partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilu sebelum Penyelenggaraan pemilu.

Kagak Terdapat capres tanpa partai politik. Pengajuan capres menjadi monopoli partai politik. Kagak Terdapat capres independen seperti calon kepala daerah boleh dari jalur perseorangan.

Cek Artikel:  Politikus Muda Ujug-Ujug

Kiranya Cocok pesan yang disampaikan Presiden Joko Widodo di acara Rapimnas Bravo Lima, Jumat (26/8). “Belum tentu yang elektabilitasnya tinggi itu diajukan oleh partai atau gabungan partai. Kalau mereka enggak mau, gimana? Oleh Asal Mula itu, sekali Kembali, ojo kesusu, Kagak usah tergesa gesa,” kata Jokowi.

Dengan merujuk ketentuan konstitusi dan pernyataan Jokowi, Kagak salah Buat menyebut nama-nama yang menyesaki atmosfer politik itu sebatas capres versi lembaga survei.

Survei terbaru Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menempatkan tiga nama di posisi teratas. Mereka ialah Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan. Tiga nama itu selalu menempati tiga besar, urutannya saja yang berbeda sesuai dengan selera lembaga survei.

SMRC melakukan survei tertutup dengan memberikan 11 nama kepada responden. Kesebelas nama itu dipilih berdasarkan potensi Kesempatan maju sebagai capres.

Hasilnya ialah Ganjar Pranowo 27,1%; Prabowo Subianto (19,0%); Anies Baswedan (15,6%); Ridwan Kamil (8,5%); AHY (3,5%); Erick Thohir (2,3%); Khofifah (2,2%); Puan Maharani (2,0%); Sandiaga Uno (1,9%); Andika Perkasa (1,9%); Airlangga Hartarto (0,8%); dan Kagak Paham (15,3%).

Cek Artikel:  Amplop Merah di Rumah Ibadah

Hanya tiga dari 11 nama itu yang menjabat ketua Lazim partai politik. Mereka ialah Ketua Lazim Partai Gerindra Prabowo Subianto, Ketua Lazim Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), dan Ketua Lazim Partai Golkar Airlangga Hartarto.

Tiga partai itu mesti mencari Sahabat koalisi Kalau Ingin mengajukan ketua Lazim. Tetapi, Mitra saya Kagak memperhitungkan ketua Lazim sebagai pemenang Pilpres 2024. Kata dia, berdasarkan pengalaman pilpres selama ini, Kagak Terdapat ketua Lazim partai politik yang memenangi kontestasi. Segala kalah.

Nama yang Tetap berpeluang diajukan sebagai capres ialah Ganjar dan Puan yang sama-sama berasal dari partai yang sama, PDIP. Kesempatan Puan Buat diusung PDIP jauh lebih besar ketimbang Ganjar karena Puan memegang posisi strategis dalam partai, apalagi ia merupakan putri Ketua Lazim PDIP Megawati Soekarnoputri.

Puan sudah memberikan isyarat Buat maju pada 2024. Kata dia, akan Terdapat Kembali presiden Perempuan pada 2024. Kata Puan, Perempuan dan Pria Mempunyai hak yang sama Buat Bisa memilih dan dipilih. Toh, sejarah telah membuktikan bahwa ibu Puan, Megawati Soekarnoputri, Bisa duduk di tampuk kekuasaan sebagai presiden kelima.

Cek Artikel:  Kolonialisme Ekonomi

Nama Puan juga masuk sembilan bakal capres yang disebut dalam Rakernas Partai Amanat Nasional. Puan juga masuk radar Partai NasDem meski partai itu sudah mengusung tiga nama, Merukapan Ganjar, Anies, dan Andika Perkasa.

Kondisi perpolitikan menuju Pilpres 2024 Tetap sangat Luwes, termasuk bongkar pasang sosok capres dan koalisi. Karena itu, kata Mitra saya, Ketika ini dibutuhkan figur yang Bisa merasa, bukan merasa Bisa menjadi capres.

Menurut Mitra itu, orang yang merasa Bisa menjadi capres jauh-jauh hari sebelumnya sudah menyewa konsultan politik, memasang foto dirinya Tiba bergelantungan di pohon.

Sebaliknya, kata Mitra saya, orang yang Bisa merasa menjadi capres pada umumnya Paham diri. Menunggu lampu hijau dari partai baru bergerak. Dalam konteks itulah Mitra saya mengingatkan ojo kesusu memilih figur elektabilitas tinggi, Tetap Terdapat Puan.

Mungkin Anda Menyukai