Ilustrasi Gedung OJK. Foto: dok MI/Ramdani.
Jakarta: Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memproyeksikan sebanyak enam bank Lumrah bakal naik kelas dalam waktu dekat. Enam bank tersebut diperkirakan akan masuk dalam Golongan Bank Berdasarkan Modal Inti (KBMI) IV.
“Kita harapkan dalam 2-3 tahun ke depan itu sudah akan Eksis tambahan 6 bank Tengah yang digeser dari KBMI III menjadu KBMI IV,” ujar Personil Dewan Komisioner merangkap Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae dalam konferensi pers Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan (PTIJK) 2025, Jakarta, Selasa, 11 Februari 2025.
Itu berarti dalam beberapa waktu mendatang, terdapat 10 bank yang masuk dalam KBMI IV. Demi ini baru Eksis empat bank KBMI IV, Yakni Bank Sendiri, Bank BRI, BCA, dan BNI. Total aset konsolidasi dari empat bank tersebut pada 2023 diketahui menembus Rp6.000 triliun.
Kontribusi sektor perbankan ke perekonomian akan menjadi lebih besar
Dengan bertambahnya jumlah bank dalam KBMI IV, imbuh Dian, maka kontribusi sektor perbankan ke perekonomian akan menjadi lebih besar dan berdampak. “Salah satu prinsip dasar Kepada bagaimana suatu negara Pandai bertumbuh ekonomi yang secara tinggi tentu adalah berfungsinya dengan Bagus sektor keuangan dan termasuk perbankan di dalamnya,” terang dia.
“Tentu saja dalam mendorong pembiayaan dan lain sebagainya semakin hari semakin meningkat dan saya kira Kepada bank ini Pandai dikatakan size does matter. Memang harus kita Maju dorong, karena semakin besar bank itu tentu akan semakin efisien dan Mempunyai kapasitas Kepada Perluasan kredit lebih besar,” tambah Dian.
Tetapi dia belum mau mengungkap enam entitas yang diperkirakan bakal naik kelas itu. Merujuk Peraturan OJK 12/POJK.03/2021 tentang Bank Lumrah, bank Lumrah dikelompokkan ke dalam empat Golongan berdasarkan modal inti.
KBMI I ialah bank dengan modal inti Tiba dengan Rp6 triliun. KBMI II ialah bank dengan modal inti Tiba dengan Rp14 triliun. KBMI III ialah bank dengan modal inti Tiba dengan Rp70 triliun. KBMI IV ialah bank dengan modal inti lebih dari Rp70 triliun.
