OJK Optimistis Kredit Perbankan Sebentar Tengah Melonjak

OJK Optimistis Kredit Perbankan Sebentar Lagi Melonjak
Kantor OJK Solo(MI/Widjajadi )

PASAR dunia tengah menanti keputusan Bank Sentral Amerika Perkumpulan (AS) The Fed menurunkan suku bunganya atau fed funds rate/FFR di bulan ini. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dian Ediana Rae menuturkan penurunan FFR akan mendorong pemangkasan suku bunga Bank Indonesia atau BI-rate. Penurunan suku bunga biasanya diikuti penyaluran kredit yang meningkat akibat menurunnya cost of funds atau biaya bunga yang dibayarkan oleh bank atas dana yang berhasil dihimpun.

“Penurunan FFR dapat berdampak pada menurunnya suku bunga di dalam negeri yang tentu juga mendorong meningkatnya pertumbuhan kredit perbankan Indonesia,” ujarnya dalam keterangan resmi yang dikutip Senin (16/9).

Cek Artikel:  Bapanas Sentil Importir Gula yang Hanya Cari Untung

Dian juga menjelaskan penurunan FFR dapat memberikan dampak positif bagi pasar negara berkembang atau emerging market karena dapat meningkatkan aliran modal atau capital inflow, termasuk di Indonesia. Meningkatnya capital inflow diyakini akan memperkuat nilai tukar rupiah dan meningkatkan ketersediaan likuiditas perbankan sehingga dapat mendukung pertumbuhan kredit.

Baca juga : Kredit Kepemilikan Kendaraan Bermotor Diproyeksikan Tumbuh Tamat Akhir Mengertin

Selain itu, penurunan suku bunga domestik yang merupakan cerminan menurunnya biaya dana bagi bank maupun bagi debitur dinilai akan berpengaruh positif bagi profitabilitas perbankan dan sekaligus menurunkan risiko kredit perbankan.

Demi ini kondisi likuiditas perbankan dikatakan terjaga dengan rasio Alat Likuid/Non-Core Deposit (AL/NCD) sebesar 113,49% dan rasio Alat Likuid/Anggaran Pihak Ketiga (AL/DPK) sebesar 25,56% di atas threshold pada Juli 2024.

Cek Artikel:  Disiplin Menabung Kunci Kemerdekaan Finansial

Berdasarkan hasil Survei Orientasi Bisnis Perbankan (SBPO) OJK triwulan III 2024, jumlah alat likuid pada akhir 2024 diproyeksikan meningkat sehingga likuiditas perbankan juga tetap terjaga.

Tetapi demikian, Dian menegaskan kebijakan suku bunga tiap bank berbeda dan sangat bergantung pada model bisnis, kondisi likuiditas dan toleransi risiko (risk tolerance) tiap bank. Demi ini secara umum, meski suku bunga simpanan meningkat yang didorong oleh peningkatan suku bunga acuan selama setahun terakhir, pergerakan rerata suku bunga kredit cenderung flat, bahkan menurun dibandingkan tahun sebelumnya.

“Hal ini disebabkan prioritas bank untuk tetap menjaga kualitas kreditnya,” beber Dian. (E-2)

Mungkin Anda Menyukai