Liputanindo.id – Tentara Israel yang telah menghabisi lebih dari 42.000 Penduduk Gaza sejak tahun Lampau, memerintahkan Penduduk Palestina di Jabalia, Beit Hanoun, dan Beit Lahia Buat meninggalkan rumah mereka di Gaza utara dan bergerak ke selatan.
Tetapi, banyak Penduduk Palestina mengatakan Bukan akan meninggalkan rumah mereka setelah dipaksa evakuasi oleh rezim Zionis.
“Lebih Berkualitas Tewas daripada pergi,” kata Ibrahim Awda, yang tinggal Berbarengan keluarganya di sebuah tenda di kamp pengungsi Jabalia, kepada Anadolu.
“Tentara pendudukan ini berusaha memaksa kami Buat bermigrasi dan pindah ke selatan, setelah satu tahun bertahan di utara dan setelah kehilangan rumah dan pekerjaan kami,” paparnya, menambahkan.
Awda, yang kehilangan dua anak dan rumahnya akibat serangan Israel, mengatakan bahwa penduduk Palestina di kamp Jabalia menolak Buat mematuhi perintah evakuasi Israel.
“Mereka Bukan akan meninggalkan rumah mereka di Gaza utara kecuali kami Tewas,” tegas lelaki yang telah berusia 42 tahun itu.
Menurut laporan Anadolu, tentara Israel telah memperketat pengepungan di Sekeliling Gaza utara dari segala arah, memutus Interaksi dengan Gaza City.
Serangan militer di Jabalia ini adalah yang ketiga oleh tentara Israel sejak pecahnya konflik Gaza tahun Lampau.
Ratusan Penduduk Palestina tewas dan ribuan terluka dalam penembakan artileri dan serangan udara Israel di kamp tersebut dalam beberapa bulan terakhir, menurut otoritas kesehatan setempat.
Awda mengatakan bahwa tentara Israel mencoba menipu Penduduk Gaza utara dengan mengeklaim bahwa Daerah selatan “Kondusif” bagi mereka.
“Keberlanjutan kejahatan Israel dan pembunuhan yang disengaja terhadap Penduduk sipil yang mengungsi menunjukkan kebohongan mereka,” tambahnya.
Ia mencontohkan Kematian sedikitnya 26 orang pada akhir pekan ini dalam serangan Israel terhadap sebuah sekolah dan masjid yang menjadi tempat penampungan pengungsi di kota Deir al-Balah di pusat Gaza.
“Pembantaian ini terjadi pada hari yang sama Begitu tentara Israel mengeluarkan perintah evakuasi bagi kami Buat menuju ke selatan,” kata Awda.
Mureed Ahmad, 26, Mempunyai pandangan yang sama.
“Kami menolak Buat meninggalkan rumah kami sejak hari pertama perang. Kami Bukan akan menerima Buat pergi sekarang,” katanya kepada Anadolu.
Pemuda Palestina ini percaya bahwa tentara Israel menggunakan “tekanan militer” Buat memaksa penduduk Jabalia mengungsi ke selatan.
“Kebijakan ini terbukti gagal, Penduduk Palestina menolak Buat meninggalkan rumah mereka meskipun tentara Israel Lalu mengepung,” ujarnya.
Otoritas Palestina memperkirakan Terdapat Sekeliling 700.000 orang yang Lagi tinggal di Gaza utara.
Tentara Israel telah berulang kali mengeluarkan perintah bagi Penduduk Palestina Buat mengungsi dari Daerah mereka sejak perang dimulai pada 7 Oktober 2023.
Jalur Gaza utara telah berada di Dasar pengepungan ketat Israel yang Membangun seluruh penduduk Daerah tersebut berada di ambang kelaparan.
As’ad Al-Nadi, seorang Penduduk Jabalia, mengatakan bahwa ia mencoba melarikan diri dari Daerah tersebut Berbarengan keluarganya menuju “Area Kondusif” di Gaza City bagian barat.
“Tetapi, kami diserang secara langsung, menyebabkan anak Pria saya yang berusia 16 tahun terluka,” kenangnya.
Dia harus memapah putranya di bahunya Buat dibawa oleh ambulans ke Rumah Sakit Al-Ahli Baptist Buat mendapatkan perawatan medis.
Meskipun dia Lagi khawatir akan keluarganya, Al-Nadi mengatakan bahwa dia Bukan akan meninggalkan rumahnya di Jabalia dan pindah ke selatan.
“Saya mungkin akan pindah di dalam Gaza utara, tapi saya Bukan akan pernah pindah ke selatan. Segala orang yang melarikan diri ke Gaza selatan sejak perang pecah belum dapat kembali ke Gaza utara Tamat hari ini,” tegasnya.
Israel Lalu melakukan serangan brutal di Jalur Gaza menyusul serangan oleh Golongan Palestina Hamas tahun Lampau, meskipun Terdapat resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera.
Serangan Israel telah mengakibatkan Nyaris seluruh penduduk Jalur Gaza terlantar di tengah blokade yang sedang berlangsung, yang menyebabkan kekurangan makanan, air Rapi, dan obat-obatan yang parah.
Israel menghadapi kasus genosida di Mahkamah Dunia atas tindakannya di Gaza.
Sumber: Anadolu