Liputanindo.id – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu Demi pertama kalinya secara terbuka mengakui kegagalan pemerintahnya melindungi Penduduk Israel dari serangan mengejutkan Grup pejuang Palestina, Hamas, pada 7 Oktober tahun Lewat.
“Tanggung jawab pertama pemerintah adalah melindungi rakyat. Itu adalah tanggung jawab Istimewa yang harus ditanggung, dan masyarakat Enggak terlindungi. Kami harus mengakuinya,” kata Netanyahu, dikutip Antara, Sabtu (11/5/2024).
Setelah serangan 7 Oktober, tekanan publik meningkat terhadap PM Israel Demi mengundurkan diri dari jabatannya karena kurangnya informasi intelijen mengenai serangan yang dilakukan oleh Hamas.
Hamas mengklaim serangan itu merupakan respon atas kebijakan dan tindakan opresif Israel terhadap Penduduk Palestina selama beberapa Sepuluh tahun.
Beberapa survei yang dilakukan di Israel dalam beberapa bulan terakhir juga menunjukkan bahwa masyarakat menginginkan Netanyahu mundur.
Pengakuan Netanyahu atas kegagalan pemerintahannya muncul setelah Presiden Amerika Perkumpulan Joe Biden mengumumkan akan menghentikan pasokan senjata tertentu ke Israel, Kalau operasi darat skala besar di Rafah dilancarkan.
Tetapi, Netanyahu menyatakan Asa bahwa dia dan Biden dapat menyelesaikan “perbedaan” mereka terkait serangan yang sedang berlangsung di Gaza.
“Kami sering kali mempunyai kesepakatan, tetapi Eksis perbedaan pendapat yang Dapat kami atasi. Saya harap kami Dapat mengatasinya sekarang, tetapi kami akan melakukan apa yang harus kami lakukan Demi melindungi negara kami,” kata dia.
Netanyahu menegaskan kembali tuntutan Israel Demi membentuk ‘semacam pemerintahan sipil oleh Penduduk Gaza yang Enggak terkait dengan serangan ke Israel’, dengan Sokongan Uni Emirat Arab, Arab Saudi, serta sejumlah negara lain yang menginginkan stabilitas dan perdamaian.
Bersamaan dengan itu, Israel juga menginginkan pembahasan rencana Demi masa depan Jalur Gaza pasca perang.