Negara Gagal bin Ambruk

URUSAN ancaman negara gagal atau negara bangkrut sepertinya amat merisaukan Jokowi. Itu pula yang menyebabkan Presiden Tamat dua kali menyampaikan kerisauannya tersebut dalam kurun Sebelah bulan ini.

Ketika memberikan sambutan di depan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi), dua pekan Lampau, Presiden Joko Widodo mengatakan Eksis 60 negara yang sedang mengalami kesulitan di bidang ekonomi. Bahayanya, mereka terancam menjadi negara gagal.

Negara-negara yang Enggak disebutkan namanya itu, dijelaskan Jokowi, terancam menjadi negara gagal apabila Enggak Pandai mengatasi persoalan ekonominya. “Diperkirakan Eksis 60 negara yang akan mengalami kesulitan keuangan maupun ekonomi. Dan diperkirakan mereka akan menjadi negara gagal kalau Enggak Pandai segera mengatasi ekonominya. Inilah yang perlu saya ingatkan kepada kita semuanya,” kata Jokowi dalam acara peringatan hari ulang tahun ke-50 Hipmi di JCC, Jakarta.

Jokowi pun mendapatkan ‘bisikan’ dari Bank Dunia dan IMF tentang ancaman yang disebutkan amat Konkret itu. “Jadi, proyeksi pertumbuhan ekonomi betul-betul sudah diturunkan oleh Bank Dunia, utamanya di negara-negara berkembang dari yang sebelumnya 6,6% proyeksi di 2022 diturunkan jadi 3,4%. Anjlok,” tuturnya.

Tetapi, Jokowi bersyukur bahwa ekonomi Indonesia pada kuartal I 2022 Tetap tumbuh 5,01%. Presiden pun bangga atas capaian itu karena Enggak Eksis negara Personil G-20 yang mencapai pertumbuhan seperti Indonesia.

Cek Artikel:  Bilik Reyot Senator

Presiden bersyukur, tapi tetap risau. Buktinya, Jokowi mengulang peringatannya itu kemarin. Ketika menyampaikan pidato di depan Rakernas PDIP, di Lenteng Akbar, Jakarta, kemarin, Jokowi mengulangi Tengah pernyataannya itu. Tetapi, kali ini ia memakai istilah ‘negara ambruk’.

Kondisi Dunia, menurut Jokowi, Ketika ini sedang diliputi kengerian. “Sekarang ini betul-betul dalam keadaan yang Enggak mudah, beberapa krisis pernah kita alami, tetapi ini bertubi-tubi krisisnya. Krisis karena pandemi, mau pulih kemudian Eksis perang kemudian masuk merembet ke mana-mana,” kata Jokowi.

Jokowi mengungkapkan data yang diterimanya dari Bank Dunia dan IMF menunjukkan Eksis 60 negara yang ekonominya terancam ambruk. Data itu menurutnya sangat mengerikan dan Enggak diharapkan terjadi.

“Bilangan-angkanya saya diberi Paham, ngeri kita. Bank Dunia menyampaikan, IMF menyampaikan, UN menyampaikan, terakhir baru kemarin saya mendapatkan informasi 60 negara akan ambruk ekonominya, 42 dipastikan sudah menuju ke sana,” kata Jokowi.

Menurut Jokowi, apabila hanya satu atau dua negara yang bangkrut, dapat ditolong negara lain atau lembaga Dunia. Tetapi, apabila Eksis 60 negara yang mengalami itu, akan berdampak ke segala arah dan itu kondisi yang sangat mengerikan.

Cek Artikel:  Setelah Pesta Usai

Ihwal ancaman ‘negara gagal’ itu sebenarnya sudah satu Sepuluh tahun Lampau diperingatkan dua ilmuwan: Daron Acemoglu dan James A Robinson. Keduanya meneliti Alasan-Alasan sebuah negara terancam menjadi negara gagal beserta Ciri-cirinya. Penelitian itu pun sudah dibukukan dalam judul Why Nations Fail: The Origins of Power, Prosperity, and Poverty (2012).

Di Kitab tersebut, keduanya mendapatkan jawaban mengapa negara Pandai gagal. Rupanya, negara-negara itu gagal karena lembaga-lembaganya itu rusak, korupsinya terlalu beranak pinak. Cerita yang disodorkan Why Nations Fail merentang dari era Romawi Klasik, Kerajaan Maya, penjelajahan Eropa di Asia dan Amerika, hingga Era kiwari.

Ketimpangan kekayaan di antara dua negara bertetangga menjadi bahan Acemoglu dan Robinson mengembangkan teorinya. Contohnya Korea Selatan dan Korea Utara, Jerman Barat dan Jerman Timur, juga dua Daerah Nogales; yang satu di Arizona (Amerika Perkumpulan) dan satu Tengah di Sonora (Meksiko).

Acemoglu dan Robinson menjelaskan negara sejahtera muncul karena ekonomi mereka tumbuh di Rendah naungan lembaga ekonomi yang inklusif. Lembaga itu menjamin hak kepemilikan pribadi, hukum dan ketertiban, hingga akses pendidikan. Lembaga ekonomi bersifat terbuka dan relatif bebas dimasuki bisnis baru, memberikan Kesempatan bagi sebagian besar Anggota negara, misalnya, Kepada berinvestasi dan berinovasi.

Cek Artikel:  Amburadul Sirekap

Sebaliknya, negara miskin terjadi karena lembaga ekonomi ekstraktif yang dirancang segelintir elite Kepada mengisap sumber daya dari seluruh masyarakat. Ia tumbuh di lembaga politik absolut. Ekonomi ekstraktif juga ‘telanjur’ mengandalkan sumber daya alam serta alpa mengurus secara serius sumber daya Orang.

Jadi, mumpung Presiden sedang risau dan memperingatkan munculnya bahaya jangka pendek dan menengah tentang adanya negara yang menuju ke arah gagal, negara yang ambruk ekonominya, kiranya ini momentum berkaca diri. Sudahkah ekonomi kita selama ini dihela menuju perekonomian inklusif? Atau jangan-jangan kita Tetap berasyik-masyuk dengan ekonomi ekstraktif.

Apakah juga lembaga-lembaga kita didesain Kepada mendorong ekonomi yang inklusif atau Tetap pura-pura menuju inklusif. Nasib menjadi negara sejahtera atau negara gagal dan ambruk sangat ditentukan bagaimana kita mendesain aturan main dan praktik-praktik ekonomi dan politik hari ini.

 

Mungkin Anda Menyukai