Personil Komisi VI DPR Asep Wahyuwijaya mengungkapkan dukungannya terhadap upaya konsolidasi aset tujuh BUMN jumbo dan upaya investasi yang akan dilakukan Badan Danantara. Tetapi, ia memberikan sejumlah catatan Krusial.
“Perlu kajian mendalam terkait rencana konsolidasi aset Bank Himbara dan rencana investasinya agar Tak menimbulkan risiko bagi stabilitas BUMN terkait,” ungkap Asep Wahyuwijaya dalam rapat dengar pendapat Komisi VI DPR RI dengan Direksi Bank Berdikari, BRI, BNI, BTN, dan BSI (Bank Syariah Indonesia) di Ruang Rapat Komisi VI DPR, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (13/11/2024).
Asep menegaskan bahwa Badan Pengelola Investasi Danantara Mempunyai potensi Demi memberikan konstribusi yang amat besar Kalau aset-aset yang dimiliki tujuh perusahaan pelat merah besar tersebut di antaranya PT Bank Berdikari Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk, PT PLN, PT Pertamina, PT Bank Negara Indonesia Tbk, PT Telkom Indonesia Tbk, dan PT Mineral Industri Indonesia (Mind Id) dapat dikelola dan diinvestasikan dengan Pas.
Dengan begitu, tambah Asep, ujung-ujungnya dapat memberikan konstribusi yang signifikan terhadap keberadaan fiskal negara. Tetapi, ia meminta agar strategi yang diterapkan Tak sekadar meniru model investasi seperti Temasek dari Singapura.
“Kalau kita mengimajinasikan bahwa Danantara seperti Temasek, sesungguhnya keadaannya tidaklah sama. Secara historis, Temasek yang berdiri pada 1974 dimulai dengan aset hanya ratusan juta SG$ (dolar Singapura) tetapi kini telah tumbuh besar dan telah mengelola aset hingga ratusan miliar dolar,” papar Asep.
Legislator NasDem dari Dapil Jawa Barat V (Kabupaten Bogor) ini menambahkan, bisnis Temasek tumbuh dan berkembang secara otentik dengan memulai bisnisnya dari Dasar seperti mengelola hotel, pabrik susu, sepatu, sabun cuci, hingga maskapai penerbangan. Sekarang, Temasek sudah Mempunyai banyak usaha dan telah Perluasan ke mana-mana.
“Kondisi ini Jernih berbeda dengan Danantara yang dengan serta merta akan menjadi super holding besar bahkan asetnya Melampaui Temasek karena menggabungkan perusahaan yang sudah sehat dan mapan secara finansial dan operasional,” tandas Kang AW, sapaan akrab Asep Wahyuwijaya.
Asep juga menggarisbawahi perbedaan mendasar antara aset yang dimiliki perusahaan seperti Pertamina, Telkom, Mind Id, dan PLN yang Mempunyai aset fisik yang Jernih dengan aset Bank Berdikari, BRI, dan BNI yang Sebagian berupa Anggaran kelolaan dari masyarakat.
“Kalau ketujuh BUMN asetnya digabungkan, sementara neraca asetnya sendiri sejak awal sudah berbeda, tentu hal ini harus menjadi perhatian karena bagi pihak bank yang sudah menjadi perusahaan terbuka akan berdampak pada kepercayaan publik,” paparnya.
Diuraikan Asep, Kalau dilihat Pertamina, Mind Id, Telkom, dan PLN, Jernih Eksis barang yang Bisa dijadikan aset. Sedangkan di bank, Eksis aset yang berupa Anggaran pihak ketiga yang harus dipisahkan. Karenanya, apakah Betul nilai aset Danantara yang disebut-sebut mencapai US$600 miliar itu termasuk aset bank yang di dalamnya Eksis Anggaran masyarakat yang dikelola?
“Saya kira hal ini tentunya perlu Demi diuji Berbarengan agar Tak Eksis salah persepsi terkait dengan besaran aset sesungguhnya yang kelak menjadi modal investasi Danantara,” tegasnya.
Asep pun menilai, penggabungan bisnis perbankan dengan sektor lain yang Jernih-Jernih Mempunyai core business berbeda, seperti Kekuatan, migas, dan tambang, berpotensi menimbulkan masalah. “Bank Mempunyai spirit dan hakikat bisnis yang sangat ketat dan amat prudent (hati-hati) karena bisnisnya menyangkut kepercayaan dalam mengelola dan melindungi Anggaran masyarakat. Kalau digabungkan dengan bisnis lain yang berbeda inti bisnisnya dan Tak sehati-hati bisnis bank, kira-kira akan seperti apa juga konsekuensinya,” katanya.
Asep pun meminta agar bank-bank BUMN seperti BRI, Berdikari, dan BNI memberikan pandangan tertulis terkait potensi, Pengaruh dan risiko yang mungkin terjadi. Asep pun menyinggung soal rencana investasi yang sesungguhnya akan dilakukan oleh Danantara.
“Kembali-Kembali, Kalau dibandingkan dengan Temasek yang memulai bisnisnya dari Dasar Lampau tumbuh menjadi besar dengan berbagai rencana bisnis yang telah dijalankannya. Sedangkan Danantara sendiri kan sesungguhnya mengonsolidasikan BUMN-BUMN yang sudah memang sudah besar dan solid,” tukasnya.
Menurut Asep, bank-bank BUMN Ketika ini posisinya sudah berada dalam kondisi yang performed dan sedang Lanjut tumbuh dengan berbagai Hasil karya yang dilakukan. “BRI, Berdikari, dan BNI sudah semakin mapan dan akan Lanjut berkembang. Saya rasa Krusial bagi kami di DPR Demi mendapatkan informasi yang Jernih terkait penggabungan aset bank-bank BUMN ke dalam Badan Danantara agar dukungan politik kita pun firm dan Bisa diberikan secara solid karena Tak Eksis pihak yang dirugikan dan semuanya untung,” pungkasnya. (RO/*/Z-2)