Mortalitas Tragis Bocah Lima Tahun di Tangan Orang Sepuh Sendiri, Dikurung di Toilet hingga Dijadikan Samsak Tinju

Liputanindo.id – Seorang pria sekaligus Orang Sepuh dari bocah berusia lima tahun dijatuhi hukuman 34 Sebelah tahun penjara dan 12 pukulan cambuk karena membunuh anaknya sendiri. Kasus pembunuhan ini menjadi yang paling keji yang terjadi di Singapura.

Kasus pembunuhan paling keji terhadap anak sendiri ini terjadi pada tahun 2017. Ayeesha, nama bocah lima tahun itu tewas mengenaskan di tangan ayahnya sendiri, yang Enggak disebutkan identitasnya, sebagaimana dikutip CNA, Kamis (18/7/2024).

Mortalitas Ayeesha di tangan Orang Sepuh sendiri

Ayeesha, bocah berusia lima tahun tewas secara mengenaskan di tangan ayahnya sendiri pada Agustus 2017. Ia mengalami penyiksaan yang sadis dari ayahnya sendiri sebelum kehilangan nyawanya.

Sang Orang Sepuh yang berusia 44 tahun yang Enggak disebutkan identitasnya itu tega menjadikan Ayeesha sebagai ‘samsak tinju’. Ayessha sering kali ditampar, diinjak, dijambak, hingga dikurung di dalam Ruangan mandi dalam kondisi telanjang.

Penyiksaan ini berawal dari masalah ekonomi keluarga itu pada tahun 2015. Ayeesha yang tinggal Serempak Orang Sepuh dan ibu tirinya itu mulai dikurangi Bagian makannya hanya menjadi dua kali sehari.

Ayeesha makan kotoran sendiri karena lapar

Lantaran rasa lapar yang menyerangnya, Ayeesha Serempak adiknya mulai bermain dan memakan kotoran mereka sendiri. Hal ini juga menyebabkan berat badannya turun drastis.

Pada akhir tahun 2015, sang Orang Sepuh dan ibu tirinya itu mulai melakukan kekerasan fisik kepada anak-anak tersebut. Ayeesha mulai dipukul ketika dia berusia tiga tahun, sedangkan adiknya berusia dua tahun.

Di bulan Desember 2015, ayahnya berulang kali meninju dan memukul Ayeesha dan adiknya karena Menonton nasi, tepung, bubuk kari, peralatan makan, dan kotoran berserakan di dapur.

Kemudian pada bulan Februari 2016, sang Orang Sepuh Menonton Ayeesha dan adiknya memakan isi kasur. Sang Orang Sepuh pun menampar mereka dan menyebabkan kepala mereka saling berbenturan.

Ayeesha dan adiknya dikurung di toilet

Lagi di bulan yang sama, Ayeesha dan adiknya dikurung di sebuah ‘sudut Bandel’ yang dilengkapi dengan CCTV. Hal ini didasari lantaran mereka sering bangun lebih awal dan Membikin rumah menjadi berantakan.

Ayeesha dan adiknya dijaga di antara rak Naskah dan lemari Pakaian di sudut Ruangan tidur dalam ruangan berukuran Sekeliling 90 x 90 cm.

Dari bulan Februari hingga Oktober 2016, mereka menjaga anak-anak di sana sepanjang hari meskipun mereka Enggak berperilaku Enggak baik dan hanya mengizinkan mereka keluar Demi makan dan mandi.

Pelecehan Lalu berlanjut, dan terekam oleh kamera pengawas (CCTV) yang dipasang Kekasih tersebut di “sudut Bandel”. Pada 27 Maret 2016, pria itu terekam kamera sedang menampar, meninju, mencambuk, dan menendang Ayeesha berulang kali setelah Menonton anaknya mengotori dinding dengan kotorannya.

Dalam rekaman CCTV yang ditayangkan di pengadilan, pria tersebut terlihat memberikan total 86 pukulan kepada gadis muda yang didampingi Keluarga laki-lakinya di sebelahnya. Serangan itu berlangsung selama 16 menit.

Cek Artikel:  6 Pemimpin Negara Afrika Hadir di Indonesia Ikuti IAF 2024

Pada satu titik, dia menampar dan memukul Persona Ayeesha sangat keras sehingga dia terbaring dan Enggak bergerak selama satu Sebelah menit.

Pada kesempatan lain Copot 27 Agustus 2016, pria itu berulang kali mencambuk Ayeesha dan adiknya Ketika mereka duduk di kereta dorong bayi dengan dua tempat duduk di ruang tamu. Dalam rekaman CCTV, penyerangan itu berlangsung selama 24 menit.

Selama waktu itu, pria itu terlihat memarahi Ayeesha dan adiknya serta mencambuk kaki dan kepala mereka.

Pada bulan Oktober 2016, Kekasih ini memutuskan Demi memindahkan “sudut Bandel” ke toilet di dapur. Mereka hanya mengizinkan anak-anak keluar Demi diberi makan atau ketika suami dan istrinya Ingin menggunakan toilet.

Enggak Tiba di situ saja, anak-anak itu juga dibiarkan telanjang di toilet, yang seringkali ternoda oleh kotoran mereka.

Ayeesha Enggak sekolah

Berdasarkan catatan pertemuan keluarga dengan layanan sosial, anak-anak itu tercatat Enggak bersekolah sejak Mei 2015.

Setelah kedua anak tersebut kembali ke pengasuhan ayahnya pada tahun 2015, Thye Hua Kwan, Tanjong Pagar Family Service Center (FSC), yang bekerja sama dengan Kementerian Sosial dan Pembangunan Keluarga (MSF), Lalu memantau kesejahteraan mereka.

Selama sesi konseling pada 25 Mei 2015, pria itu mengaku kepada petugas kasus dari FSC bahwa Ayeesha dan adiknya akan tinggal Serempak ibu mertuanya. Tetapi hal ini menjadi kali terakhir petugas Menonton anak-anak itu.

Kenyataannya, pria tersebut Enggak membawa anak-anak tersebut ke kunjungan berikutnya ke FSC, dan sering berbohong bahwa mereka sedang Serempak kerabatnya.

Pada sesi lain di bulan September 2015, pria tersebut mengatakan bahwa kedua anaknya terdaftar di pusat penitipan anak lain dan tinggal Serempak ibu mertuanya.

Dari bulan Oktober 2015 hingga September 2016, petugas kasus Enggak dapat menghubungi pria tersebut meskipun telah menelepon dan mengirim pesan serta email, dan mengunjungi flat keluarga tersebut.

Setelah penganiayaan dimulai, pada Copot 1 September 2016, pria tersebut dan istrinya pergi ke FSC Thye Hua Kwan dan berbohong kepada petugas kasus bahwa kedua anak tersebut berada di Dasar asuhan Keluarga laki-lakinya.

Bulan berikutnya, pria tersebut menelepon petugas kasus dan meminta agar Ayeesha dan Keluarga laki-lakinya ditempatkan di panti asuhan karena dia takut akan menyakiti mereka karena frustrasi.

Petugas kasus memberi Mengerti MSF, meminta pria tersebut Demi membawa anak-anaknya ke FSC keesokan harinya, dan juga menyarankan dia Demi memanfaatkan tetangga atau orang tuanya Demi merawat anak-anak tersebut pada malam itu.

Tetapi keesokan harinya, pria tersebut pergi ke FSC Thye Hua Kwan sendirian. Dia berbohong bahwa Ayeesha dan Keluarga laki-lakinya Serempak ibunya, tapi dia Enggak Pandai merawat mereka dalam jangka panjang.

Orang Sepuh Ayeesha Ingin anak-anak diadopsi

Orang Sepuh Ayeesha sempat Ingin anak-anak mereka diadopsi karena takut akan melakukan penyiksaan kepada mereka. Petugas kasus pun menyarankan pria itu Demi pergi ke sebuah Pusat Pelayanan Sosial Apkim.

Cek Artikel:  Bantah Ditangkap di Bandara Changi, Putra Mantan Menkeu Malaysia Tuntut Ganti Rugi Rp10 Miliar

Pria itu lantas mengunjungi Apkim Serempak istrinya. Tetapi selama kunjungan itu, dia berbohong bahwa soal anak-anak mereka yang Enggak ikut serta selama kunjungan.

Dia mengaku Dalih Enggak membawa anak-anak karena mereka sedang dirawat oleh ibunya.

Selama kunjungan itu, seorang petugas Apkim memberitahunya bahwa proses adopsi Enggak dapat dilanjutkan kecuali ibu kandung anak tersebut juga memberikan persetujuan, atau kecuali MSF dapat memfasilitasi penghapusan persyaratan tersebut.

Pada Copot 10 November 2016, petugas lain dari Thye Hua Kwan FSC yang menggantikan petugas kasus sebelumnya menelepon pria tersebut. Dia kembali berbohong bahwa anak-anak itu tinggal Serempak ibunya dan juga memberi Mengerti petugas tentang pertanyaan adopsi.

Pada Copot 14 Februari 2017, Kekasih ini mengunjungi FSC Thye Hua Kwan Demi meminta dukungan keuangan. Petugas pun mulai melakukan kunjungan ke rumah pria itu Demi memberi Mengerti proses adopsi.

Sayangnya, MSF menemukan fakta bahwa keluarga itu Enggak menindaklanjuti rencana Demi mengadoposi anak-anak tersebut.

Mortalitas tragis Ayeesha ditangan Orang Sepuh sendiri

Pada 10 Agustus 2017 Sekeliling pukul 21.00 waktu setempat, Ayeesha Serempak adiknya sedang tidur di toilet dan diperintahkan oleh ibu tirinya Demi menggerakan kaki mereka. Perintah ini karena mereka Enggak terlihat aktif sepanjang hari Ketika berada di toilet.

Perintah itu hanya diikuti oleh adik Ayeesha, sementara gadis kecil itu hanya Hening. Ibu tirinya pun melaporkan hal tersebut kepada ayahnya, yang kemudian menarik Ayeesha dari tanah dan menampar wajanya 15 hingga 20 kali.

Ketika dia membaringkannya di tanah, kepalanya dimiringkan ke belakang dalam posisi yang canggung. Sekeliling jam 03.00 pagi, ibu tiri Ayeesha menemukan posisi anak-anak itu sudah dalam keadaan yang sangat aneh, yang kembali berujung pada penyiksaan.

Mereka pun melanjutkan kehidupan seperti Enggak pernah Terdapat kejadian apa pun Tiba Copot 11 Agustus 2017. Malam itu, ibu tiri anak tersebut pergi ke toilet dan menemukan Ayeesha, yang sedang menghadap ke atas dengan mata tertutup, kedinginan dan Enggak responsif.

Perempuan itu memanggil Orang Sepuh Ayeesha. Dia melakukan resusitasi jantung paru, Tetapi menyadari bahwa putrinya telah meninggal.

Buang bukti penyiksaan ke rumah tetangga

Setelah menyadari putrinya tewas mengenaskan di tangannya sendiri, pria itu berusaha Demi membuang barang bukti berupa CCTV yang menghadap ke toilet, telepon seluler, gunting, tongkat, selang karet, handuk mandi, dan gerbang pengaman anak di rumah.

Barang-barang itu kemudian dibuang ke tempat sampah yang berbeda dari rumah mereka dan Enggak pernah diambil. Pria itu kemudian menyusun rencana Demi melindungi istrinya dengan meminta kesaksian Palsu soal anak-anak itu.

Istri dari pria itu kemudian Membikin laporan ke polisi dengan narasi yang dibuat-buat. Jenazah Ayeesha kemudian dibawa ke Rumah Nyeri Lumrah Singapura dengan kereta dorong bayi.

Ketika tiba di rumah Nyeri, dokter darurat gagal mencoba menyadarkan Ayeesha, dan akhirnya mengumumkan kematiannya pada pukul 10.49 pagi.

Cek Artikel:  Buka Pintu Perundingan dengan Iran, Amerika Perkumpulan: Kami Lihat Lewat Tindakan, Bukan Kata-Kata

Dokter yang merawat Ayeesha memperhatikan bahwa tubuhnya berbau busuk dan mencatat adanya luka parah pada gadis itu. Rumah Nyeri memberi Mengerti polisi tentang kasus ini.

Ketika diinterogasi oleh polisi di rumah Nyeri, pria tersebut berbohong bahwa dia sedang sarapan Serempak Ayeesha dan Keluarga laki-lakinya ketika dia Menonton Ayeesha lemah dan membawanya ke rumah Nyeri.

Dia ditangkap sore itu, dan dibawa Demi diinterogasi lebih lanjut.

Selama pemeriksaan, pria itu Lalu berbohong dan mengkalim kepala Ayeesha terbentur dan Terperosok dari perosotan di taman bermain di hari sebelumnya.

Kebohongan itu berakhir pada 18 Agustus 2017 Ketika polisi memperlihatkan rekaman yang memperlihatkan pria itu kembali ke rumahnya seorang diri pada 12 Agustus 2017.

Pelaku dijatuhi hukuman 34 Sebelah tahun penjara

Selama persidangan kasus penyiksaan dan pembunuhan itu, hakim memutar seluruh video yang diambil dari CCTV rumah pelaku. Kejahatan itu disebut yang paling Enggak baik yang pernah terjadi dan menimpa anak-anak.

“Pelecehan yang dilakukan oleh pria tersebut terhadap anak-anaknya termasuk dalam kategori terburuk dan akan melanggar keinginan setiap Mahluk, apalagi anak-anak yang Lagi sangat kecil,” kata Wakil Jaksa Penuntut Lumrah Norine Tan, dikutip CNA, Kamis (18/7/2024).

Jaksa menuntut hukuman total 30 hingga 34 tahun penjara dan setidaknya 12 pukulan cambuk.

Dalam keputusannya, Hakim Aedit mencatat bahwa pelaku Enggak hanya Membikin anak-anaknya mengalami kekerasan fisik, tetapi juga trauma mental dan emosional.

“Anda melampaui batas disiplin apa pun dan pada dasarnya menggunakan anak-anak ini sebagai samsak Demi segala rasa frustrasi atau kemarahan yang Anda rasakan,” kata hakim.

“Penyesalanmu Enggak Dapat membalikkan Mortalitas Ayeesha, atau penderitaan yang dia dan putramu alami. Engkau harus berdamai dengan apa yang telah Engkau lakukan,” sambung hakim.

Selama persidangan, ibu, Keluarga Lelaki dan keponakan Lelaki itu juga hadir di persidangan.

Berdasarkan hukum di Singapura, Demi kesalahan pembunuhan yang bukan merupakan pembunuhan, dia Dapat saja dipenjara seumur hidup, atau dipenjara hingga 20 tahun dengan denda dan hukuman cambuk.

Hukuman maksimum bagi pelaku penganiayaan terhadap anak adalah empat tahun penjara, denda sebesar 4.000 dolar Singapura (Rp48 juta), atau keduanya. Sedangkan hukuman karena membuang barang bukti dalam pembunuhan, pria itu Dapat dipenjara hingga tujuh tahun dan didenda.

Nasib adik Ayeesha

Setelah Mortalitas Ayeesha, adiknya yang Ketika itu berusia dua tahun diperiksa oleh dokter di SGH dan dirujuk ke Rumah Nyeri Perempuan dan Anak KK. Bocah Lelaki itu dirawat selama empat bulan hingga November 2017, sebelum akhirnya diserahkan ke panti asuhan.

Selain mengalami kekurangan gizi akut, bocah Lelaki itu juga diketahui menderita keterlambatan perkembangan Dunia yang disebabkan oleh deprivasi sosial. Dia Enggak Dapat berbicara dan menarik diri dari pergaulan serta Enggak Pandai berdiri sendiri.

Mungkin Anda Menyukai