Mogok Kerja Massal dan Demonstrasi Lumpuhkan Israel

Mogok Kerja Massal dan Demonstrasi Lumpuhkan Israel
Ribuan warga Israel melakukan mogok kerja dan protes yang melumpuhkan perekonomian.(Anadolu)

PuULUHAN ribu warga Israel turun ke jalan pada Minggu (1/9) malam di tengah pemogokan massal. Itu terjadi bersamaan dengan kemarahan masyarakat atas cara pemerintah menangani agresi di Gaza yang disebabkan gencatana senjata tak kunjung disepakati sehingga enam sandera dilaporkan tewas.

Penemuan jenazah para sandera di Gaza pada akhir pekan lalu mengancam akan membawa perpecahan mendalam mengenai agresi tersebut ke titik puncaknya. Diperkirakan 100 ribu orang melakukan demonstrasi di Tel Aviv, sementara yang lain berdemonstrasi di Yerusalem ketika tekanan terhadap perdana menteri, Benjamin Netanyahu untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata guna memulangkan sandera yang tersisa mencapai puncaknya.

Pemogokan massal pertama sejak Maret tahun lalu diperkirakan akan menghentikan sebagian besar perekonomian Israel pada Senin (2/9). Kantor-kantor pemerintah dan kotamadya akan ditutup, begitu pula sekolah-sekolah dan banyak bisnis swasta. Bandara internasional Israel, Ben Gurion, akan ditutup pada pukul 8 pagi waktu setempat untuk jangka waktu yang tidak diketahui.

Baca juga : Ratusan Ribu Penduduk Israel Tuntut Pembebasan Tawanan di Gaza

Pada Minggu (1/9) malam, para demonstran memutus jalan raya Ayalon, jalan raya yang melintasi jantung kota Tel Aviv. Mereka memenuhi jalan dan menyalakan api unggun di jalur tengah dekat Hashalom sambil menabuh genderang dan bernyanyi. Beberapa lusin petugas polisi berusaha membendung demonstrasi tetapi tidak mampu menekannya kembali.

“Petugas, petugas, siapa yang Anda lindungi?” massa berteriak, dan kemudian “Bibi (Netanyahu), kamu membunuh para sandera,” katanya, dilansir Guardian, Senin (2/9).

Sehari sebelumnya, Menteri Keuangan sayap kanan Israel Bezalel Smotrich menulis surat kepada Jaksa Mulia Gali Baharav-Miara memintanya supaya mengeluarkan perintah untuk menghentikan pemogokan tersebut. Asal Mulanya aksi itu akan merugikan perekonomian dan tidak memiliki dasar hukum karena tujuan utamanya adalah untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah.

Cek Artikel:  Terlilit Utang Rp10 Triliun, Tupperware Brands Ajukan Pailit Pekan Ini

Baca juga : AS Puji Netanyahu Tunda Reformasi Peradilan Usai Diancam Mogok Massal

‘Masalah-masalah ini tidak menjadi sasaran pemogokan oleh organisasi buruh dan tidak ada hubungannya dengan hubungan perburuhan di Israel,’ tulisnya dalam suratnya kepada Baharav-Miara.

Laskar Pertahanan Israel (IDF) mengatakan mayat Carmel Gat, Hersh Goldberg-Polin, Eden Yerushalmi, Alexander Lobanov, Almog Sarusi dan Ori Danino ditemukan di terowongan dengan jarak puluhan meter di bawah tanah selama pertempuran di Rafah di Gaza selatan. Keenam orang tersebut ditangkap selama serangan Hamas terhadap Israel pada tanggal 7 Oktober.

Kementerian Kesehatan Israel mengatakan pemeriksaan forensik terhadap jenazah menunjukkan para sandera telah dibunuh oleh Hamas dengan sejumlah tembakan jarak dekat yakni 48 hingga 72 jam sebelum mereka ditemukan. Tetapi, temuan yang menunjukkan eksekusi Hamas tidak banyak mengalihkan kemarahan yang meluas terhadap Netanyahu dan koalisi sayap kanannya karena gagal menyetujui perjanjian sandera untuk perdamaian yang didukung Amerika Perkumpulan (AS) dengan Hamas, yang telah dibahas sejak akhir Mei.

Baca juga : Hamas Konkretkan Tentara Israel Bunuh Enam Tawanan di Gaza

Dalam pernyataan duka atas enam sandera, perdana menteri menyalahkan Hamas karena menolak menerima kesepakatan tersebut. “Siapapun yang membunuh korban penculikan tidak menginginkan kesepakatan. Kami, pada bagian kami, tidak menyerah. Pemerintah Israel berkomitmen, dan saya pribadi berkomitmen, untuk terus mengupayakan kesepakatan yang akan mengembalikan semua korban penculikan dan menjamin keamanan dan keberadaan kami,” kata Netanyahu.

Cek Artikel:  Amerika Perkumpulan Tolak Pemindahan Massal Penduduk Palestina di Tepi Barat

Klaim Netanyahu dirusak oleh pengarahan anonim kepada pers oleh para pejabat keamanan pada Minggu (1/9), dia menyalahkan desakan Netanyahu untuk mempertahankan wilayah strategis di dalam Gaza, khususnya jalur di sepanjang perbatasan Mesir yang disebut koridor Philadelphi, atas kegagalan mencapai terobosan dalam negosiasi penyanderaan.

Menteri Pertahanan Yoav Gallant adalah satu-satunya anggota pemerintah yang memberikan suara menentang pendirian Netanyahu mengenai koridor tersebut minggu lalu dan pada Minggu dia meminta kabinet untuk membalikkan pendiriannya. “Sudah terlambat bagi para sandera yang dibunuh dengan darah dingin. Kita harus membawa kembali sandera yang masih ditahan oleh Hamas,” tambahnya.

Baca juga : Polisi Chicago Terperosokkan Perempuan Sepuh Pro-Palestina dengan Paksa

Seorang pejabat senior Hamas, Izzat al-Rishq, menyalahkan Israel dan AS atas kematian para sandera, dan menunjuk pada kegagalan Israel untuk menyetujui perjanjian gencatan senjata yang katanya telah diterima Hamas. Rishq tidak membuat klaim apa pun tentang bagaimana para sandera itu meninggal dan tidak mengomentari dugaan IDF bahwa mereka telah dieksekusi.

Seorang pejabat Hamas yang tidak disebutkan namanya mengatakan para sandera telah dibunuh oleh tembakan dan pemboman pendudukan Israel, sebuah klaim yang dibantah oleh IDF dan bertentangan dengan temuan kementerian kesehatan Israel.

Demi mengumumkan pemogokan umum tersebut, pemimpin federasi serikat buruh Histadrut, Arnon Bar-David, mengatakan tidak mungkin mereka hanya berdiam diri dan melihat ke arah lain ketika anak-anak kita dibunuh di terowongan Gaza.

Cek Artikel:  Tiongkok Harap Negara Besar Rasional Atasi Konflik Gaza

“Kita bukan lagi satu negara. Ini harus dihentikan. Negara Israel harus dikembalikan ke keadaan normal. Kami mendapatkan kantong mayat, bukannya kesepakatan. Saya sampai pada kesimpulan bahwa hanya intervensi kami yang dapat menggerakkan mereka yang perlu dipindahkan,” sebutnya.

Sekolah-sekolah Israel diperkirakan akan memulangkan siswanya pada Senin pagi, dan sejumlah besar restoran di Tel Aviv serta perusahaan swasta lainnya mengatakan mereka akan tutup sebagai bentuk solidaritas dengan sektor publik dan para sandera.

Pada demonstrasi Minggu (1/9) malam, banyak pengunjuk rasa berharap bahwa negara ini telah mencapai titik kritis. “Hari ini saya bangun dan merasakan sesuatu berubah. Saya patah hati dan marah, dan merasa itu sudah cukup. Negara kita sedang berantakan,” kata Danielle Galber, mahasiswa PhD bidang neurobiologi.

Tetapi Galber dan temannya, Aaron, berpikir pemogokan umum yang direncanakan pada Senin akan memberikan tekanan lebih besar pada Netanyahu daripada sekadar protes. Tempat kerja mereka, dan semua orang yang mereka kenal di sektor swasta dan publik, akan ditutup, namun mereka tidak tahu berapa lama.

Dari 250 sandera Israel yang ditangkap pada 7 Oktober, 8 orang telah diselamatkan dan lebih dari 100 orang dibebaskan dalam perjanjian gencatan senjata sementara sebelumnya pada bulan November. Penemuan enam jenazah membuat 101 sandera masih belum ditemukan di Gaza. IDF telah mengkonfirmasi 35 dari mereka diketahui tewas selama lebih dari 10 bulan penawanan. (I-2)

Mungkin Anda Menyukai