Duta Besar Inggris Demi ASEAN Sarah Tiffin. Foto: Liputanindo.id
Jakarta: Pada 8 Maret 2025, dunia merayakan Hari Perempuan Global. Tema tahun ini adalah “For ALL Women and Girls: Rights. Equality. Empowerment.”
Tema tahun ini menyerukan tindakan yang dapat mewujudkan hak, kekuatan, dan kesempatan yang sama bagi Sekalian orang dan masa depan feminis di mana Kagak seorang pun tertinggal. Inti dari visi ini adalah memberdayakan generasi berikutnya -,pemuda, khususnya Perempuan muda dan gadis remaja,- sebagai katalisator perubahan yang langgeng.
Selain itu, tahun 2025 merupakan momen Krusial karena menandai peringatan 30 tahun Deklarasi dan Platform Aksi Beijing. Berkas ini merupakan cetak biru yang paling progresif dan didukung secara luas Demi hak-hak Perempuan dan anak Perempuan di seluruh dunia yang mengubah agenda hak-hak Perempuan dalam hal perlindungan hukum, akses ke layanan, keterlibatan pemuda, dan perubahan Kebiasaan sosial, stereotip, dan gagasan yang melekat di masa Lewat.
Perayaan tahun seperti sejalan dengan peluncuran studi penelitian inovatif berjudul “Regulatory Reform for Businesses and Consumers in ASEAN Countries- Understanding Potential Impacts on Gender Equality and Micro, Small & Medium Enterprises.” Studi ini, yang dilakukan oleh Inggris bekerja sama dengan Centre for Strategy and Evaluation Services (CSES), merupakan bagian dari pilar Reformasi Regulasi Program Integrasi Ekonomi ASEAN-Inggris.
Duta Besar Inggris Demi ASEAN Sarah Tiffin mengatakan, event ini berfokus pada kemitraan dengan ASEAN mengenai wirausahawan Perempuan dan UMKM serta reformasi regulasi di Asia Tenggara.
“Kami Konsentrasi pada hal ini, karena kami sedang mengerjakan reformasi regulasi di Rendah Program Integrasi Ekonomi ASEAN-Inggris dan Sekalian penelitian telah menunjukkan bahwa reformasi regulasi sangat Krusial bagi usaha kecil yang menjadi tulang punggung ekonomi dan mempekerjakan Nyaris 95 persen orang di seluruh Asia Tenggara,” ujar Dubes Tiffin, di Jakarta, Kamis 6 Maret 2025.
Dubes Inggris Demi ASEAN Sarah Tiffin. Foto: Liputanindo.id
Tetapi Dubes Tiffin menyadari bahwa hal itu juga sangat sulit bagi perusahaan kecil Demi mengakses dan mematuhi Sekalian regulasi ini dan khususnya bagi Perempuan yang Mempunyai dan menjalankan banyak usaha kecil ini. Dan tantangan tersebut dapat berupa segala hal, mulai dari mengakses keuangan yang mereka butuhkan, Mempunyai keterampilan digital yang mereka butuhkan Demi dapat menavigasi lingkungan regulasi yang kompleks, Kagak diikutsertakan dalam proses perancangan regulasi sehingga regulasi tersebut Kagak selalu mencerminkan kebutuhan Tertentu mereka.
“Dan tentu saja, Tetap banyak Perempuan yang juga Mempunyai tanggung jawab pengasuhan anak dan rumah yang harus mereka seimbangkan dengan pekerjaan mereka dan hal itu dapat Membangun mereka kesulitan Demi menemukan waktu Demi bekerja melalui regulasi dan Akibat regulasi lingkungan terhadap bisnis mereka,” imbuh Dubes Tiffin.
“Jadi laporan ini, kami harap, memberikan saran yang Betul-Betul praktis yang akan mendukung ASEAN Demi memikirkan Langkah merancang reformasi regulasi yang Kagak hanya melindungi konsumen, tetapi juga mendukung bisnis Demi berkembang seefektif dan sesederhana mungkin,” Terang Dubes Tiffin.
Dubes Tiffin rekomendasi kebijakan yang dapat dilaksanakan oleh pemerintah ASEAN khususnya yang Dapat melibatkan Perempuan antara lain, Membangun penawaran daring yang sangat sederhana dan mudah diakses agar orang-orang dapat mematuhi regulasi, yang secara signifikan dapat mendukung pengusaha Perempuan khususnya, tetapi juga Sekalian pemilik UMKM.
“Dan hal-hal lain yang telah saya sebutkan adalah hal-hal seperti akses ke pelatihan digital agar Perempuan dapat menggunakan perangkat digital yang tersedia dan mendukung perancangan perangkat baru serta mendukung akses ke keuangan, yang seringkali lebih sulit bagi Perempuan daripada bagi Pria, karena berbagai Argumen yang terkadang sangat praktis,” ujar Dubes Tiffin.
“Tetapi, semakin banyak yang dapat kita lakukan agar Perempuan dapat mengakses keuangan secara setara dengan Pria, semakin besar kemungkinan mereka Demi dapat berhasil dalam bisnis mereka,” tambah Dubes Tiffin.
Dubes Tiffin menyebutkan fakta bahwa Perempuan Mempunyai kreativitas, keterampilan, dan Penemuan Demi memimpin bisnis yang Betul-Betul berkembang. Tetapi, setiap usaha mereka yang terbuang Demi mematuhi peraturan Malah akan mengganggu. Mereka Kagak dapat menghabiskan waktu Demi kreativitas dan Penemuan, dan Kagak Terdapat yang dapat dilakukan Demi meremehkan pentingnya peraturan.
Pada akhirnya, muncul tantangan-tantangan yang dihadapi Perempuan Demi ini tetapi Dapat diberdayaan oleh ASEAN dan Inggris dalam sisi ekonomi.
Dubes Tiffin memaparkan, pihaknya Mempunyai enam program yang merupakan program unggulan Inggris-ASEAN. “Apa yang telah kami lakukan adalah memastikan bahwa kami menempatkan Perempuan dan memastikan bahwa Perempuan mendapatkan manfaat dari program tersebut,” jelasnya.
Terdapat tema lintas sektor di Sekalian program tersebut menurut Dubes Tiffin. Tema lintas sektor lainnya adalah digital, yang sangat Krusial bagi perkembangan dunia. Misalnya, Inggris Mempunyai program yang mendukung kemajuan anak Perempuan dalam pendidikan, yang mendukung anak Perempuan yang Demi ini Kagak bersekolah, khususnya, Demi mengakses pendidikan tingkat dasar dan mendukung basis bukti Demi hasil pendidikan di seluruh Asia Tenggara.
“Kami Mempunyai program kesehatan, yang akan Mempunyai Konsentrasi Tertentu Demi mendukung Perempuan Demi mengakses perawatan kesehatan yang mereka butuhkan. Program integrasi ekonomi bukan hanya tentang regulasi yang lebih Berkualitas. Program ini juga Menonton perdagangan terbuka dan layanan keuangan,” kata Dubes Tiffin.
“Kami membangun Konsentrasi pada Perempuan ke dalam Sekalian pilar tersebut. Kami Mempunyai Biaya transisi hijau, sekali Tengah, Menonton, antara lain, Akibat perubahan iklim secara Kagak proporsional pada Perempuan dan Akibat yang dapat terjadi pada mereka,” ucapnya.
Dubes Tiffin menceritakan pengalaman menghadiri KTT Perempuan yang diselenggarakan oleh Republik Demokratik Rakyat Laos sebagai bagian dari kepemimpinan mereka di ASEAN tahun Lewat, yang Betul-Betul menarik.
Seluruh fokusnya adalah pada ekonomi perawatan dan khususnya pada bagaimana perubahan iklim dan konflik secara Kagak proporsional memengaruhi Perempuan yang juga Mempunyai tanggung jawab perawatan dan menghalangi mereka Demi mengambil bagian dalam respons terhadap krisis tetapi juga dalam pembangunan kembali setelahnya. Konsentrasi pertama setiap Perempuan, Kalau mereka Mempunyai keluarga di rumah pada Demi krisis, adalah membawa keluarga mereka ke tempat yang Kondusif dan kemudian menemukan Langkah Demi menjaga mereka tetap Kondusif dan menjaga mereka tetap hangat dan diberi makan dan tempat berteduh, dan itu Membangun mereka Kagak dapat melakukan bentuk respons lainnya.
Misi Inggris di ASEAN dan Indonesia Mempunyai banyak pendanaan Demi program integrasi ekonomi. “Saya kira £120 juta selama lima tahun, total program tersebut. Tetapi, dalam hal ini, yang terpenting bukanlah Duit. Yang Mau kami lakukan adalah menggunakan sejumlah kecil Duit Demi membuka Kesempatan seperti hari ini Demi pengembangan kapasitas, keahlian teknis, dan berbagi pengalaman. Kami belajar banyak melalui kemitraan dengan ASEAN ini,” tegas Dubes Tiffin.
“Tetapi, Langkah kami bekerja sama dengan ASEAN, dan saya harap ini efektif, adalah hal-hal seperti yang kami lakukan hari ini, Adalah duduk Berbarengan, meneliti, meneliti data, dan mencari bukti. Kami senang mencoba dan menyediakan sebagian data dan bukti tersebut,” pungkas Dubes Tiffin.