Misi Bernyali

ANTARA nekat dan tekad memang Sekadar beda dua huruf. Tetapi, kedua kata itu punya Maksud yang jauh berbeda. Nekat itu melakukan tindakan tanpa perhitungan, sedangkan tekad ialah kemauan keras melakukan langkah dengan penuh perhitungan. Sudah melalui kalkulasi matang.

Saya Menonton rencana Presiden Joko Widodo mengunjungi Ukraina dan Rusia di tengah membaranya perang merupakan tekad, sekaligus aksi bernyali. Bukan aksi nekat. Jokowi Mau membujuk Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan Presiden Rusia Vladimir Putin agar mau duduk bareng Kepada berunding.

Sasaran awalnya perundingan. Tentu diikuti gencatan senjata. Sasaran utamanya ialah menghentikan perang secara permanen Asal Mula perang telah membawa petaka. Perang seperti menggarami luka yang Tetap menganga. Enggak Eksis yang diuntungkan oleh perang, bahkan yang mengeklaim sebagai sang pemenang perang itu sendiri.

Eksis tiga Argumen genting mengapa Jokowi mesti bernyali menuju Ukraina dan Rusia. Pertama, Argumen normatif konstitusional. Undang-Undang Dasar 1945 telah menegaskan bahwa politik luar negeri kita bebas aktif. Bukan terikat nan pasif.

Cek Artikel:  Para Penikmat Subsidi

Indonesia sangat berkepentingan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian Kekal, dan keadilan sosial. Kalimat itu Jernih dan lugas. Siapa pun presidennya, ia diberi amanat konstitusi Kepada aktif melaksanakan ketertiban dunia. Perang Rusia-Ukraina Jernih Membikin dunia Enggak tertib. Enggak damai. Enggak adil, khususnya bagi yang Enggak Mengerti-menahu, tapi ikut menanggung akibat perang itu.

Argumen kedua, Eksis indikasi G-20 hendak ‘dibajak’ Kepada menekan dan memboikot Rusia, salah satu Member G-20, karena serangannya ke Ukraina. Sejumlah negara menekan Indonesia Kepada Enggak mengundang Putin pada puncak pertemuan negara-negara yang menguasai 85% perekonomian dunia itu.

Sebagai pemegang Presidensi G-20, Jokowi mesti menjernihkan itu. Bahkan, meluruskan bahwa Perhimpunan G-20 bukanlah ajang Kepada saling menekan antaranggota. G-20 merupakan Perhimpunan ekonomi yang mestinya juga mencari terobosan dan solusi ekonomi, bukan melebar ke persoalan politik.

Argumen ketiga, Presiden Jokowi sudah dipercaya sebagai salah satu pemimpin dunia yang menjadi Member Champion Group of the Dunia Crisis Response Group (GCRG). Champion Group dibentuk pada April Lewat dan dipimpin Sekjen PBB Antonio Guterres. Champion Group bertujuan mendorong konsensus Dunia serta melakukan advokasi solusi Kepada mengatasi tiga krisis besar: pangan, Kekuatan, dan keuangan Dunia.

Cek Artikel:  Menghalau Mega Gelap

Dampak perang Rusia-Ukraina kian memperdalam krisis triple combo itu setelah dihantam pandemi covid-19. Perang Enggak Sekadar mengerek harga pangan, tapi juga sudah memicu krisis pangan.

Indeks harga pangan Badan Pangan Dunia, FAO, yang telah mencapai rekor tertinggi pada Februari Lewat, melonjak Tengah 12,6% dalam sebulan. Itu menjadikan indeks harga pangan melompat secara eksponensial ke level tertinggi baru sejak rumusan indeks harga pangan dunia didirikan pada 1990.

Perang yang Lalu berkecamuk juga mengancam ratusan juta orang kian dekat ke kelaparan. Apalagi, sejumlah negara telah menghentikan rantai pasok bahan pangan demi mengamankan kebutuhan dalam negeri mereka. Jadilah ancaman krisis pangan ini mengerikan Kalau perang gagal dihentikan.

Cek Artikel:  Suka Menyiksa Hewan Gejala Awal Psikopat

Perang juga memacu harga minyak dunia membubung hingga lebih dari dua kali lipat. Di Indonesia, naiknya harga minyak dunia memaksa harga bahan bakar minyak naik. Selain itu, karena kita importir minyak, subsidi Kekuatan Mekanis langsung membengkak. Stabilitas anggaran pun goyah. Defisit terancam kian menganga.

Pandemi yang telah Membikin utang Segala negara menumpuk dan Membikin keuangan Dunia ‘terbakar’, kembali disiram ‘bensin’ perang. Akibatnya, krisis keuangan Dunia mengancam. Bank Dunia dan IMF menyebut Eksis 60 negara di dunia terancam ambruk bila Enggak mendapatkan Suntik keuangan. Padahal, negara dan lembaga keuangan dunia juga tengah lesu darah.

Jadi, Eksis Argumen kuat bagi Jokowi Kepada kian memompa nyali. Bukan sekadar tekad Asal Mula tekad tanpa nyali Enggak akan menjadi aksi. Bukan perjuangan namanya bila kata-kata Enggak menjadi langkah Konkret. Seperti kata WS Rendra dalam sajak Om Doblang, ‘Dan perjuangan adalah Penyelenggaraan kata-kata’.

Tekad akan melempengkan misi. Nyali bakal mendekatkan misi menuju Fakta.

Mungkin Anda Menyukai