Mewaspadai Cita-cita

ADA nasihat bijak mengatakan bahwa salah satu upaya yang mampu menumpas segala kecemasan masyarakat tentang masa depan ialah dengan menanam benih kebajikan dan terus memupuk harapan pada masa sekarang. Menanam hal baik dan memupuk harapan berarti menumbuhkan optimisme.

Makin subur tanaman harapan, kian berlimpah pula optimisme itu, bakal memudahkan kita meraih cita-cita. Sebaliknya, jika pandangan kita ke depan digelayuti kabut kerisauan dan pesimisme, jangan-jangan itu terjadi karena kita berhenti menanam benih harapan bagi masa depan. Tak ada pencapaian tanpa penanaman, tanpa proses pengolahan dalam waktu dan cucuran keringat.

Karena itu, benar belaka pernyataan para bijak bestari yang kerap mengingatkan bahwa barang siapa tak berkeringat menanam dan merawat bunga harapan, mereka tak dapat menikmati indahnya taman masa depan. Begitu juga tanpa keringat, jalan impian tidak akan pernah menjadi kenyataan.

Menanam dan merawat harapan itulah yang kiranya dimaksudkan dari pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati bahwa ekonomi kita masih bisa diharapkan di tengah gempuran ketidakpastian. Di depan para wakil rakyat di Gedung DPR RI, awal pekan ini, Sri Mulyani menekankan bahwa pemerintah punya keyakinan bahwa ekonomi Indonesia masih akan tetap tumbuh hingga 5,2% tahun ini.

Cek Artikel:  Ketakutan akan Perubahan

Meskipun ekonomi global masih stagnan dan berbagai lembaga internasional memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2024 di bawah level itu, pemerintah tetap percaya diri bahwa capaian 5,2% masih masuk akal. Keyakinan pemerintah itu didapatkan dari melihat riwayat perekonomian kita di semester I 2024 yang masih menunjukkan resiliensi atau daya tahan yang baik dengan pertumbuhan di atas 5%.

Optimisme terjaganya pertumbuhan ekonomi pada semester I 2024 terutama didukung konsumsi yang masih kuat seiring dengan inflasi yang terkendali. Detailnya ialah ada kenaikan gaji ASN dan pensiun, ada pemberian THR dan gaji ke-13, serta ada kegiatan pemilu. Hal-hal itulah yang diperkirakan bisa memberikan daya ungkit.

Sebelumnya Biaya Moneter Global atau IMF memang memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 hanya akan mencapai 5%. Demikian juga Bank Dunia atau World Bank yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini hanya 5%. Bank Indonesia juga menganggap pertumbuhan ekonomi 2024 hanya 5,1%.

Cek Artikel:  Pagar Makan Orang

Lampau, dari mana benih harapan bahwa ekonomi bisa tumbuh melampaui 5% itu didapat? Pemerintah mengalkulasi potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga 5,2% sampai akhir tahun itu akan ditopang oleh kembali bergeliatnya ekspor dan investasi di Indonesia. Data pemerintah menunjukkan ekspor Juni akan membaik, bahkan sudah pulih. Buat investasi, pemerintah meyakini potensi geliat masih terus terlihat dengan berjalannya proyek-proyek infrastruktur pemerintah, termasuk proyek strategis nasional.

Konsumsi semen yang sudah mulai menggeliat diyakini menjadi bukti bahwa proyek-proyek mulai jalan. Penjualan semen pada Mei 2024 telah naik 11,2% secara tahunan. Selain itu, konsumsi masyarakat berpotensi kembali menggeliat pada paruh kedua tahun ini, ditopang dukungan belanja pemerintah yang akan naik 2,6% sampai akhir tahun dari pagu yang telah ditetapkan.

Sebagaimana disampaikan pemerintah dalam beberapa waktu terakhir, belanja negara akan membengkak menjadi sebesar Rp3.412,2 triliun, atau mencapai 102,6% dari target dalam APBN 2024 sebesar Rp3.325,1 triliun. Itu bisa dimaknai sebagai daya dorong dari sisi belanja negara. Bukan sedikit dari belanja negara itu masuknya ke kantong masyarakat lewat transfer bantuan langsung tunai, bansos, dan bantuan keluarga harapan.

Cek Artikel:  Kita bukan Lato-Lato

Jadi, ekonomi akan banyak didorong permintaan domestik, oleh kekuatan dalam negeri. Kelebihan model ekonomi yang mengandalkan kekuatan domestik seperti itu tidak terlalu terpengaruh oleh gonjang-ganjing perekonomian dan politik global. Tetapi, bisa bertahan berapa lama?

Belanja pemerintah yang diharapkan sebagai daya ungkit akan ada batasnya. Apalagi, tahun ini dan tahun depan ada beban fiskal yang mesti ditanggung akibat cicilan utang dan bunga yang jatuh tempo. Jumlahnya sangat besar, hampir Rp500 triliun untuk tahun ini dan lebih dari Rp400 triliun untuk tahun depan. Bilangan itu melebihi belanja pemerintah untuk bidang kesehatan.

Karena itu, kepercayaan diri dalam menghidupkan harapan memang perlu. Tetapi, mewaspadai gejolak yang potensial merusak harapan juga mesti dilakukan secara saksama. Ibarat menanam benih padi, kita mesti mewaspadai datangnya badai atau hama yang menyerang.

Pertumbuhan ekonomi dan melindungi masyarakat agar kemakmuran mereka tetap meningkat ialah satu tarikan napas. Karena itu, biar napasnya panjang, jagalah benih harapan yang ditanam baik-baik. Jangan kelewat pede, tetaplah mewaspadai harapan.

Mungkin Anda Menyukai