PROVINSI Kalimantan Tengah (Kalteng) yang Mempunyai luas 153.564 km² itu sedang berjibaku mengentaskan blank spot melalui program Merdeka Sinyal pada 2026 nanti. Banyak upaya yang dilakukan agar sektor kesehatan, pendidikan, pariwisata, hingga pemerintah kabupaten/kota Mempunyai akses internet yang merata.
Kepala Dinas Komunikasi, Informatika, Persandian, dan Statistik (Kominfosantik) Provinsi Kalteng Agus Siswadi mengatakan belum meratanya akses internet menyebabkan lambatnya digitalisasi di provinsi yang luas wilayahnya kurang lebih 1,5 kali Pulau Jawa itu. Hal ini disebabkan blank spot area yang Lagi tinggi.
“Di Kalteng Lagi Terdapat 321 titik blank spot. Blank spot terbagi dari dua kategori yang betul-betul blank sehingga Enggak Bisa menelpon atau Enggak Terdapat akses internet di daerah pedalaman. Terdapat juga kategori blank spot Enggak Bisa internet, tapi Lagi Bisa menelpon saja gitu,” kata Agus di Kantor Media Indonesia, Jakarta Barat, Selasa (17/12).
Pada sektor pendidikan upaya yang dilakukan adalah pada SMA, SMK, hingga SLB, memperkuat dengan Starlink. Ia menyebut di daerah yang Lagi menjadi blank spot, pada program tahun 2024 dianggarkan Rp200 miliar Buat pengadaan Starlink agar sektor pendidikan Bisa percepatan digitalisasi.
Ia menyebut selama ini Buat SMA dan SMK di area blank spot, mereka harus berpindah kecamatan Buat ujian berbasis digital karena di beberapa kecamatan Enggak dapat sinyal.
Di sisi lain, pada sektor parwisata Enggak mengalami hambatan sebagaimana sektor pendidikan. Provinsi Kalteng Mempunyai Festival Budaya Isen Mulang (FBIM) yang dilaksanakan setiap bulan Mei dalam rangka hari ulang tahun Provinsi Kalteng.
“Misalnya dari Kabupaten Seluyan, yang Terdapat 13 kabupaten Segala tampil di Festival Budaya Isen Mulang dan dilaksanakan sepekan. Kalau pariwisata kurang terlalu Tertahan dibanding sektor pendidikan,” ujar Agus.
Sektor pendidikan membutuhkan akses internet setiap hari Buat pembelajaran daring. Buat itu, ia berharap program Merdeka Sinyal Bisa tuntas sesuai Sasaran pada 2026.
“Cita-cita 2026 Bisa tuntas ah blank spot di sana yang kami sebut dengan Merdeka Sinyal. Bayangkan luasnya 1,5 kali Pulau Jawa begitu besar, sehingga geografis juga diperhitungkan,” jelasnya.
Selain itu, akses listrik yang belum merata juga menjadi kendala tersendiri. Internet Enggak Bisa tersalur Kalau Lagi sulit listrik di daerah tersebut.
Gubernur Kalteng mencanangkan 2024 disebut dengan Kalteng Bercahaya dengan Sasaran Segala desa Mempunyai Aliran listrik berlistrik. Artinya internet Bisa mengikuti.
Agus menyebut terkadang Dalih pengembang atau provider internet Enggak Bisa memberi akses karena listrik pun Enggak Terdapat. Dengan adanya Sasaran Kalteng Bercahaya di 2024 ini maka digitalisasi di 14 kabupaten/kota juga diharapkan Bisa mengikuti di tahun selanjutnya.
“Sudah selesai Tiba desa terpenuhi sudah berlistrik dengan demikian provider jaringan juga lebih mudah kalau listrik sudah tersedia. Jadi bukan hanya masalah geografis yang masalah listrik juga jadi masalah sebetulnya. Makanya saya optimistis 2025-2026 itu selesai, karena listrik selesai 2024 ini,” tuturnya.
Agus menyebut pihaknya sudah mengintegrasikan satu data yang merangkum Segala data dari berbagai sektor di Provinsi Kalimantan Tengah. Dengan hanya satu data Kalimantan Tengah yang sudah terintegrasi maka Enggak Terdapat duplikasi atau perbedaan data.
“Karena ini berbahaya Buat kebijakannya. Berbahaya sekali kalau misalnya salah data. Sekarang kalau sudah 46 perangkat daerah sudah terintegrasi Segala dalam satu data Kalimantan Tengah yang terintegrasi ke satu data Indonesia namanya Satu Data Kalteng,” jelasnya.
Satu Data Kalteng Membangun masyarakat semakin mudah. Dia Enggak Kembali parsial mencari ke setiap perangkat daerah.
Ia mencontohkan ketika mencari data kekerasan terhadap anak dan Perempuan di Kalteng, maka cukup di website Satu Data Kalteng. Segala aplikasi di perangkat daerah terintegrasi di website tersebut. (J-3)