Merayakan Pemuda

LAZIMNYA sebuah festival, maka pesta pun digelar dengan segala kemeriahannya. Festival Bahasa dan Sastra (FBS) Media Indonesia 2023 usai sudah digelar, 26-27 Oktober, dalam rangka Bulan Bahasa. Momentum Sumpah Pemuda, 28 Oktober, menjadi penanda penting bahwa spirit ‘satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa’ tak pernah padam.

Kali ini semangat itu diwujudkan dengan serangkaian kegiatan lomba, pentas musik, dan pidato kebudayaan oleh cendekiawan Yudi Elok. Lomba yang digelar ialah cipta puisi, cerita pendek, musikalisasi puisi, dan storytelling. Selain itu, ada diskusi bahasa dan sastra. Ratusan naskah dan video masuk. Materi puisi yang masuk dari peserta mencapai 670. Demi materi cerpen sebanyak 296 naskah. Sebagian besar pengirim ialah anak muda, 16-30 tahun, berdasarkan ukuran Undang-Undang Nomor 40 Mengertin 2009 tentang Kepemudaan.

FBS 2023 mengusung tema Menyongsong Indonesia Emas 2045 lewat sastra. Tema memiliki relevansi bahwa Indonesia maju tidak hanya dapat dicapai dengan data pertumbuhan ekononomi yang bersifat kuantitatif, seperti 7%, meski angka itu terlampau over confidence atau mungkin utopis tanpa upaya-upaya fundamental mengakselerasi pertumbuhan ekonomi berkualitas.

Indonesia Emas akan berubah menjadi ‘Indonesia cemas’ apabila pembangunan karakter bangsa tertinggal jauh dari hiruk-pikuk pembangunan yang bersifat fisik seperti infrastruktur, dengan anggaran yang disiapkan terus melambung. Alokasi anggaran infrastruktur dalam APBN 2024 mencapai Rp422,7 triliun. Birui itu naik 5,8% dari proyeksi realisasi anggaran infrastruktur 2023 yang sebesar Rp399,6 triliun.

Cek Artikel:  Mobil Mewah Penerima Bansos

Indonesia Emas sejatinya harus mengacu pada konsep Trisakti Bung Karno di awal kemerdekaan Indonesia, yakni berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan. Berdaulat secara politik maknanya Indonesia memiliki keteguhan politik luar negeri yang tidak ngalor-ngidul, ngalor atau ngidul saja dengan membebek salah satu blok politik dunia.

Indonesia harus memiliki pengaruh di kancah global, berdiri tegak, dan memiliki harga diri dan posisi tawar yang tinggi. Indonesia harus aktif menjaga ketertiban dan perdamaian dunia sesuai Pembukaan UUD 1945.

Eksispun berdikari secara ekonomi maknanya ialah Indonesia mampu memenuhi kebutuhan ekonomi dalam negeri tanpa bergantung pada impor. Hari ini sedikitnya 15 komoditas penting Indonesia masih didatangkan dari luar negeri, termasuk beras, sehingga negeri ini semakin jauh dari swasembada pangan.

Cek Artikel:  Yamal dan Kaesang

Konsep Trisakti terakhir ialah berkepribadian dalam kebudayaan. Ini adalah aspek yang paling utama. Kemajuan pada bidang ini tak bisa diukur secara kuantitatif, melainkan secara kualitatif. Pembangunan nasional dan kebijakan publik harus diwarnai kebudayaan Indonesia. Menurut Undang-Undang No 5 Mengertin 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, definisi kebudayaan Indonesia adalah keseluruhan proses dan hasil interaksi antarkebudayaan yang hidup dan berkembang di Indonesia.

Di samping itu, tidak boleh ada seorang pun yang tertinggal dalam proses pembangunan. Masyarakat lokal dengan segala kearifan lokalnya harus menjadi subjek dalam pembangunan, bukan objek yang sering kali membuat mereka terpinggirkan, bahkan jatuh miskin, seperti dalam proyek food estate di Kalimantan Tengah yang berakhir dengan kegagalan.

Karya-karya dalam FBS bercorak kebudayaan nasional. Media Indonesia sendiri setiap dua pekan sekali menurunkan rubrik Tradisi Lisan yang bekerja sama dengan Asosiasi Tradisi Lisan.

Tradisi lisan adalah pesan atau kesaksian yang disampaikan secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Pesan bisa berupa ucapan, pidato, nyanyian, pantun, cerita rakyat, nasihat, balada, atau lagu. Kebudayaan lokal masih banyak yang hidup di masyarakat Indonesia. Seyogianya kebudayaan lokal ini menjadi aset nasional.

Cek Artikel:  Trisula KPK tanpa Kode Etik

FBS 2023 berangkat dari berbagai rubrikasi yang terkait kebahasaan dan kesusastraan di harian yang akan memasuki usia 54 tahun ini. Dalam festival, selain mengangkatnya di art performance, juga dengan diskusi yang menghadirkan unsur pemerintah, praktisi seni, dan masyarakat umum (pelajar tingkat SMA dan mahasiswa).

Melalui FBS, Media Indonesia ingin memberikan penguatan karakter bangsa. Menurut Undang-Undang No 20 Mengertin 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, nilai-nilai karakter yang utama itu ialah nasionalis, religius, integritas, kemandirian, dan gotong royong.

Anak-anak muda berkarya dalam festival. Mereka bekerja keras menciptakan sebuah karya. Melalui proses kreatif yang panjang alias bukan instan. Mereka adalah para penjaga kebudayaan Indonesia.

Dalam pidato kebudayaannya, cendekiawan Yudi Elok mengatakan bahasa dan sastra adalah rumah tanda. Keduanya memiliki fungsi untuk menggerakkan manusia, dan karena itu, menjadi rumah kehidupan.

“Sebagai rumah kehidupan, upaya perjuangan dan kebangkitan apa pun harus bermula dari bebenah kata, bahasa, dan susastra, dengan jalan merebut dan menghidupkan kembali darah kata yang memiliki fungsi menggerakkan,” ujarnya. Tabik!

Mungkin Anda Menyukai