Menutup 2024, Rupiah Menguat Tipis

Ilustrasi. Foto: MI/Adam Dwi

Jakarta: Mata Fulus rupiah ditutup menguat terhadap dolar Amerika Perkumpulan (AS) pada perdagangan terakhir di 2024.

 

Mengacu data Bloomberg, Selasa, 31 Desember 2024, menjelang pergantian 2024 ke 2025 rupiah menguat 10,5 poin atau 0,06 persen menjadi Rp16.132 per USD.

 

Berdasarkan data Yahoo Finance, rupiah juga menguat 39 poin atau 0,24 persen menjadi Rp16.090 per USD.

 

Direktur PT Untung Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menjelaskan, posisi rupiah yang perkasa tersebut disebabkan indeks dolar AS yang melemah.
 


Ilustrasi. Foto: MI

 

Katanya, terpilihnya Donald Trump sebagai presiden baru AS memberikan dorongan bagi mata Fulus Negeri Om Sam karena kebijakannya berupa pelonggaran regulasi, pemotongan pajak, kenaikan tarif, dan pengetatan imigrasi dianggap pro-pertumbuhan dan inflasioner.

Cek Artikel:  Dolar AS Melemah, Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp15.844

 

“Indeks dolar AS Demi ini tengah melemah,” kata Ibrahim dalam keterangan Formal dilansir Media Indonesia, Selasa, 31 Desember 2024.

 

Di Rendah kepemimpinan Trump, Ibrahim mengatakan akan Membikin The Federal Reserve (The Fed) Kagak memangkas Spesies Kembang dengan Segera tahun depan. Bank sentral AS diproyeksikan hanya dua kali pemotongan Spesies Kembang sebesar 25 basis points (bps) pada tahun depan. Selain itu, penyebab indeks dolar AS melemah karena rentang perdagangan yang akan ketat pada pekan ini akibat liburan akhir tahun.

 

Unsur lainnya ialah aktivitas manufaktur Tiongkok yang berkembang selama tiga bulan berturut-turut pada bulan Desember karena serangkaian langkah stimulus baru Lanjut memberikan dukungan, data indeks manajer pembelian menunjukkan pada hari Selasa. Tetapi, kenaikan tersebut sedikit lebih rendah dari ekspektasi pasar dan di Rendah pembacaan bulan sebelumnya.

Cek Artikel:  Dukung Lahan Sitaan Koruptor Jadi Rumah Rakyat, DPR Asal Sesuai Aturan

 

“Hal ini memicu kekhawatiran tentang kesehatan industri jangka panjang dari ekonomi terbesar kedua di dunia, yang telah menderita perlambatan ekonomi dan sektor properti yang terkepung,” Jernih Ibrahim. 

Mungkin Anda Menyukai