Menuju Net Zero Emmision, Daya Hijau Siap Gantikan Bahan Bakar Fosil

Menuju Net Zero Emmision, Energi Hijau Siap Gantikan Bahan Bakar Fosil
Ilustrasi energi hijau yang digerakkan turbin angin.(Dok.Freepik)

 

SEIRING dengan peningkatan pemanasan global akibat emisi CO2 yang menumpuk di atmosfer, maka negara-negara di dunia sepakat untuk mencapai netralitas karbon. Hal itu dilakukan melalui pengurangan penggunaan energi fossil dan beralih ke sumber energi terbarukan seperti bahan bakar hijau dan listrik yang akan menjadi komponen penting dalam masa depan yang berkelanjutan.

Kepala Organisasi Riset Daya dan Manufaktur BRIN, Prof Cuk Supriyadi Ali Nandar, mengatakan bahwa peralihan global menuju dekarbonisasi mendorong industri dan pemerintah untuk mengubah cara mengonsumsi energi. Segala pihak harus beralih ke solusi yang lebih bersih dan ramah lingkungan.

Baca juga : Proyek Panas Bumi Mandek, Jokowi: karena Perizinan Ayal

“Bahan bakar hijau berkembang pesat sebagai alternatif yang menjanjikan dibandingkan bahan bakar fosil tradisional. Bahan bakar hijau, seperti biofuel, hidrogen, dan bahan bakar sintetis lainnya, diproduksi menggunakan sumber energi terbarukan yang secara signifikan mengurangi emisi karbon,” ujar Prof Cuk dalam keterangannya, Sabtu (21/9).

Cek Artikel:  Bangun Ekosistem Kelistrikan, Chint Indonesia-Nurinda Kerja Sama Produksi MV Panel

“Dengan kemajuan dalam teknik produksi, bahan bakar hijau seperti biofuel tidak hanya menjadi lebih efisien tetapi juga semakin bersaing dengan sumber energi konvensional,” sambungnya.

Penasihat Spesifik Kemenko Marves, Prof Satryo Soemantri Brodjonegoro mengatakan listrik memainkan peran penting dalam transisi menuju ekonomi rendah karbon. Ditenagai oleh sumber energi terbarukan seperti angin, matahari, dan air, listrik siap menggantikan bahan bakar fosil di sektor-sektor seperti transportasi, manufaktur, dan pemanasan.

Baca juga : Minuman Berenergi, Solusi atau Kontorversi?

Mobil listrik adalah salah satu contoh energi listrik yang disimpan di baterai mampu menggantikan peran bahan bakar fossil. “Elektrifikasi industri, bersama dengan pengembangan sistem penyimpanan energi dan jaringan pintar, membantu membuka jalan bagi lanskap energi yang lebih bersih dan berkelanjutan,” ungkapnya.

Sementara itu, Perekayasa Spesialis Istimewa sekaligus Ketua Golongan Riset Greenfuel, Unggul Priyanto mengatakan Pusat Riset Teknologi Industri Proses dan Manufaktur-BRIN, sebagai bagian dari komitmennya terhadap keberlanjutan. Pihaknya bekerja dengan giat untuk mempromosikan adopsi bahan bakar hijau di sektor transportasi.

Cek Artikel:  Mentan AAS Ajak Kader ICMI Garap Pertanian Wujudkan Swasembada

“Upaya kami sejalan dengan ambisi global untuk mencapai netralitas karbon pada pertengahan abad ini, sesuai dengan Perjanjian Paris. Transisi ini tidak hanya akan mengurangi dampak perubahan iklim tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja hijau, dan meningkatkan ketahanan energi,” jelasnya.

Baca juga : Transisi Daya yang Ayal Ancam Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Unggul menjelaskan hydrogenated vegetable oil (HVO) adalah proses pembuatan Bahan Bakar Minyak atau BBM dengan menggunakan minyak nabati melalui hidrogenasi minyak nabati. Produk yang dihasilkan bervariasi tergantung yang di inginkan seperti green gasoline (bensin), SAF (Sustanable Aviation Fuel), solar (green diesel) atau minyak tanah (green kerosene).

Perbedaan dengan bahan bakar nabati yang selama ini dipakai seperti biodiesel pengganti solar dan bioethanol pengganti bensin, green diesel/solar punya sifat yang sama dengan solar bahkan kualitasnya lebih baik seperti cetane number jauh lebih tinggi, sulfur lebih rendah dan bisa digunakan dalam campuran dengan solar lebih dari 50% tanpa menimbulkan efek sampingan. Hal yang sama juga untuk green gasoline yang bisa menggantikan gasoline atau bensin dan SAF yang bisa menggantikan avtur.

Cek Artikel:  Mentan Sebut Program Mitigasi Pengaruh El Nino Buahkan Hasil

Manfaat utama bahan bakar hijau dan listrik adalah pengurangan emisi Gas Rumah Kaca, kemandirian energi, dan bisa mendorong pertumbuhan ekonomi serta manfaat kesehatan.

Lebih lanjut Unggul mengatakan, transisi ke bahan bakar hijau dan listrik merupakan elemen penting dalam mencapai net zero emission pada 2060. Tetapi, keberhasilan akan bergantung pada investasi berkelanjutan dalam infrastruktur, kebijakan yang mendukung, dan kerja sama lintas industri. “BRIN berkomitmen untuk berada di garis depan gerakan ini, mendorong inovasi dan mendukung praktik energi berkelanjutan,” tandasnya.(N-2)

Mungkin Anda Menyukai