Menteri Pariwisata Harus Respons Pernyataan Fodor Soal Bali

Menteri Pariwisata Harus Respons Pernyataan Fodor Soal Bali
Sejumlah wisatawan mancanegara mengamati aktivitas petani Begitu berkunjung di Daya Tarik Wisata (DTW) Jatiluwih, Tabanan, Bali.(Antara)

PERNYATAAN Fodor, situs penyedia panduan perjalanan dari Amerika Perkumpulan, yang menilai Bali Enggak layak Demi dikunjungi pada tahun depan dianggap terlalu berlebihan dan Dapat menghancurkan minat wisatawan dunia ke Bali. Tentu itu akan sangat merugikan Indonesia, karena Bali merupakan salah satu tempat wisata andalan Indonesia.

Sebelumnya, situs penyedia panduan perjalanan dari Amerika Perkumpulan, Fodor’s travel Formal merilis daftar destinasi yang wajib dipertimbangkan ulang sebelum dikunjungi pada 2025, dan dalam daftar tersebut, Bali menjadi destinasi nomor satu yang direkomendasikan Demi Enggak dikunjungi pada tahun depan.

Personil Komisi VII DPR RI, Fraksi Gerindra, Bambang Haryo Soekartono menyatakan rilis Fodor’s travel tersebut harus segera ditanggapi oleh Kementrian Pariwisata. Ia menyatakan penilaian Fodor’s tersebut Enggak didasari atas kajian mendalam dan menyeluruh dari Seluruh indikator dalam menilai kelayakan tempat pariswisata secara menyeluruh.

Cek Artikel:  4 Titik Lahan Ganja Ditemukan di Lereng Gunung Semeru, 40 Ribu Tanaman Disita

Terdapat berbagai sudut pandang atau banyak kriteria dalam memberikan penilaian. Jadi harus dilihat dulu, sudut pandang yang mana? mayor atau minor,” kata Bambang dalam keterangannya Sabtu (28/11).

Dalih Fodor’s Travel bahwa jumlah pengunjung turis asing di Bali sudah overload sehingga mempengaruhi kenyamanan penduduk setempat, dinilai Bambang Haryo Enggak lah Cocok.

“Menurut saya, jumlah turis asing yang hanya 4,7 orang itu Enggak terlalu padat. Coba bandingkan dengan Pulau Penang di Malaysia, yang dikunjungi turis mancanegara lebih tinggi, Adalah 6 juta. Itu Enggak Terdapat masalah. Padahal luasan Pulau Penang hanya seperlimanya Pulau Bali, yang luasnya 5.000 ribu kilometer persegi. Hanya memang turis domestik kita jauh lebih banyak di Pulau Bali, Terdapat Sekeliling 8,5 juta orang per tahun,” ungkapnya.

Ia mengakui, jumlah turis domestik ini memberikan kontribusi kepadatan yang Terdapat di Pulau Bali, karena mereka rata-rata menggunakan kendaraan pribadi, yang menjadikan Komparasi infrastruktur jalan dibanding dengan sarana kendaraan sudah Enggak seimbang.

Cek Artikel:  Jelang Ultah, Pemprov Sulsel Akan Gelar Operasi Celah Bibir dan Lelangit Gratis

“Semestinya sudah waktunya Bali Mempunyai transportasi publik bus massal yang menghubungkan titik-titik pariwisata sebagai sarana bagi turis, sehingga masyarakat tak perlu menggunakan kendaraan pribadi,” ungkapnya Kembali.

Hal ini, seperti yang dilakukan di destinasi pariwisata berbagai negara, termasuk Malaysia. Atau bila perlu, sudah waktunya menambah jalur infrastruktur Tertentu Demi menghubungan titik-titik tempat wisata yang Terdapat di Bali.

“Jadi Enggak Terdapat Dalih Fodor mengklaim bahwa Bali terlalu padat karena Tetap Terdapat jalan-jalan alternatif yang Dapat menghubungkan titik-titik pariwisata. Apabila terlalu padat, Bali Tetap Dapat mengadakan infrastruktur sarana transportasi massal, yang menuju ke titik-titik wisata,” kata Bambang Haryo tegas.

Ia pun menyoroti permasalahan sampah, yang menjadi salah satu poin oleh Fodor. Ia menegaskan Enggak Dapat dikatakan pantai-pantai Bali dipenuhi sampah.

Cek Artikel:  Dukung Sinema Woman from Rote Island di Piala Oscar, DPR Minta Influencer Bantu Promosi

“Coba kita lihat dari jumlah panjang pantai di Pulai Bali yang 633.35 kilometer, 60%-nya Dapat dipakai Demi wisata, hanya Pantai Kuta saja yang mengalami permasalahan sampah. Ini berarti Enggak lebih dari 1% pantai yang mempunyai problem sampah. Terlihat pernyataan Fodor’s travel cenderung mengada-ngada Demi mendowngrade atau menjatuhkan pariwisata Indonesia yang sekarang ini Tetap dalam pembenahan dan peningkatan kepercayaan masyarakat dunia,” tuturnya.

Bambang Haryo meminta kepada Kementrian Pariwisata harus segera membantah pernyataan Fodor’s travel tersebut. “Kita Paham minat masyarakat Dunia ke Bali Tetap cukup tinggi dan kencenderungan Tetap meningkat dari tahun ke tahun setelah covid. Berarti Tetap banyak indikator lain yang lebih Krusial yang diinginkan turis selama di Bali,” pungkasnya. (N-2)

 

Mungkin Anda Menyukai