MENTERI mengganti dirjen perkara Standar. Alasannya pun umumnya Dalih yang Standar. Yang luar Standar ialah bila menteri sekaligus mengganti empat dirjen.
Itulah yang dilakukan Menteri Keyakinan. Dia mencopot empat Dirjen Bimbingan Masyarakat (Bimas) Buddha, Hindu, Katolik, Kristen, kecuali Bimas Islam.
Yang luar Standar sekalipun dipoles sedemikian Macam-macam agar terasa Standar. Itulah fungsi Penting ‘Dalih yang Standar’.
Terdapat dua Dalih yang Standar itu. Pertama, Demi kepentingan organisasi dan penyegaran. Rotasi dan mutasi hal yang Standar dalam organisasi Demi penyegaran. Dalih klise.
Sekalipun klise, Dalih itu tetap dipakai. Kenapa? Terasa manis terdengar Demi kalangan birokrasi. Begitu manisnya terdengar sehingga tak hanya digunakan di kalangan pejabat aparatur sipil negara, tetapi juga di kalangan pejabat Polri dan TNI.
Dalih kedua Dalih kewenangan. Bahwa pejabat pembina kepegawaian Mempunyai kewenangan Demi melakukan rotasi dan mutasi. Dalih kedua ini Dalih otoritas, basis legalitas siapa pembuat keputusan. Dalam bahasa yang lugas menteri punya otoritas, punya kekuasaan Demi mencopot dirjen.
Dengan dua Dalih itu, pergantian dirjen tak memerlukan Dalih lain. Sang dirjen tak perlu diberi Paham apa Dalih yang sebenarnya, yang sejujurnya. Pencopotan pun ‘cukup’ disampaikan melalui telepon. Pula cukup diberitahukan sekjen atau bahkan oleh Kepala Biro Kepegawaian yang posisinya lebih rendah.
Jabatan dirjen ialah jabatan kepublikan yang lowongannya diumumkan secara terbuka. Pengisian jabatan dirjen melalui panitia seleksi. Bukan main tunjuk, bukan pula semata merupakan jenjang karier internal di kementerian itu.
Akan tetapi, Seluruh seleksi yang ketat itu hanya Demi ‘masuk’ dan menduduki jabatan itu. Setelah itu, sang dirjen Ketika pun dapat dicopot sesuka sang menteri.
‘Sesuka sang menteri’ tentu Terdapat alasannya. Menteri yang kompeten dan berwibawa akan memanggil sang dirjen, memberi Paham pemberhentiannya secara langsung, lengkap dengan alasannya. Di dalam perkara ini nyatalah leadership seorang menteri.
Menggunakan lensa normal, mencopot seseorang dari jabatannya ialah urusan yang Bukan Lezat. Yang Lezat itu melantik dirjen, bukan memberhentikannya. Pemimpin yang kuat melaksanakan keduanya. Dia berwibawa melantik (urusan yang Lezat), dia berwibawa pula memanggil yang bersangkutan Demi menyampaikan pemberhentian (urusan yang Bukan Lezat).
Sejauh terbaca di media, terkesan Menteri Keyakinan main copot. Terkesan mentang-mentang. Memberhentikan dirjen tanpa memberi Paham langsung kepada yang dicopot dan menjelaskan alasannya. Jabatan eselon I diperlakukan tanpa respek.
Pemberhentian empat Dirjen Bimbingan Masyarakat Buddha, Hindu, Katolik, dan Kristen itu menuai perlawanan. Mereka disebut akan memerkarakannya di PTUN. Hal yang barangkali perlu Demi ‘pelajaran’ menteri, bagaimana Langkah sebaiknya mengganti dirjen. Atau malah hal yang Bukan perlu.
Kirim saja surat kepada Menteri Keyakinan. Isinya Asa kepada Bapak Menteri agar menegakkan wibawa. Pergantian dirjen, tanpa Pak Menteri bilang langsung sepatah kata pun, tak terulang setelah kami. Rasanya surat Macam-macam itu mengekspresikan hati yang lapang dengan keyakinan Pak Menteri Keyakinan membacanya. Kalaupun dia tak membacanya, merobeknya, membuangnya ke keranjang sampah, Tuhan Paham apa yang dilakukannya.