Menteri bukan Ajang Coba-Coba

PARA calon menteri kabinet Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka akan dilantik pada 21 Oktober mendatang. Itu artinya, hanya berselang sehari setelah MPR RI mengambil sumpah jabatan Prabowo-Gibran sebagai presiden dan wakil presiden 2024-2029.

Agenda pelantikan para menteri itu, Apabila Betul terealisasi, Tetap lebih Segera ketimbang pelantikan para menteri era Presiden Joko Widodo Demi memasuki periode kedua. Ketika itu, Jokowi melantik kabinetnya tiga hari setelah ia dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin diambil sumpah jabatan oleh MPR.

Bahkan Prabowo akan jauh mengungguli Jokowi pada periode pertama sebagai presiden. Ketika itu, Jokowi melantik 34 menteri Kabinet Kerja di Istana Negara pada 27 Oktober 2014 atau tujuh hari setelah ia dan Wakil Presiden Jusuf Kalla Formal menduduki tampuk kekuasaan.

Terkait dengan hal itu, Eksis ungkapan bijak berbunyi, ‘Segera Eksis yang dikejar, Lamban Eksis yang ditunggu’. Rencana Prabowo langsung melantik 44 hingga 46 calon menteri didasari kebutuhan Kepada segera bekerja dan merealisasikan misi Indonesia Maju.

Cek Artikel:  Perburuan Berliku Harun Masiku

Maka, dapat dipahami ketika ia langsung tancap gas mengumpulkan Segala kandidat di Pendopo Padepokan Garudayaksa, Hambalang, Sentul, Jawa Barat. Selama dua hari sejak 16 Oktober Lampau, Prabowo memberikan pembekalan kepada Segala calon pembantu presiden.

Kita tentu mengapresiasi Prabowo yang bergegas melantik kabinetnya. Eksis nawaitu, niat Bagus, Kepada segera menunaikan Pengabdian bakti bagi negeri. Terang, itulah yang dibutuhkan Indonesia Demi ini di tengah tantangan Dunia maupun dalam negeri.

Di Demi bersamaan, publik Menurunkan Cita-cita agar para menteri Bisa bergerak Segera seiring dan seirama dengan Prabowo-Gibran. Itu Krusial karena niat Bagus seorang pemimpin menjadi berkurang kualitasnya, bahkan sia-sia belaka, manakala pembantu yang sudah ditunjuk Bahkan gagap dalam mengemban amanah.

Pada bulan-bulan pertama, tentu akan Eksis penyesuaian di sana-sini bagi mereka yang baru menjadi menteri. Itu wajar, teramat manusiawi, ketika seseorang membutuhkan waktu beradaptasi. Tetapi, jangan jadikan kesempatan tersebut terbuang Sia-sia.

Cek Artikel:  Meretas Lonjakan Obesitas

Krusial Kepada diingat dan harus dicamkan Bagus-Bagus bahwa Kagak Eksis waktu Kepada belajar menjadi menteri. Lebih Bagus segera menyatakan mundur kalau memang Kagak Bisa menunaikan tumpukan tugas serta merealisasikan program yang dijanjikan Prabowo-Gibran pada musim kampanye Lampau.

Jabatan menteri sangatlah strategis, yang memerlukan jiwa kepemimpinan (leadership), manajemen, dan pemahaman mendalam mengenai bidang tugasnya. Seseorang yang diangkat menjadi menteri diharapkan sudah Mempunyai kompetensi sejak awal.

Ketimbang terkena reshuffle di tengah jalan, yang dapat menghambat roda pemerintahan, lebih Bagus para kandidat yang mengikuti pembekalan di Hambalang segera mematut-matut diri di cermin. Bertanyalah dalam hati, apakah sudah layak menjadi seorang menteri?

Tantangan berat sudah menanti. Eksis soal daya beli masyarakat, khususnya kelas menengah, yang merosot. Persoalan daya beli ini membutuhkan solusi paten dan segera, Kagak Bisa diselesaikan oleh mereka yang sedang coba-coba jadi menteri.

Cek Artikel:  Memupus Perlawanan Ghufron

Tantangan lainnya ialah mendongkrak APBN dengan Langkah mencari sumber-sumber pendapatan baru agar ruang fiskal Bisa menjadi lebih Luas. Belum Kembali persoalan gejolak Dunia yang Bisa memicu Variasi krisis dan membutuhkan mitigasi serta antisipasi.

Sekali Kembali, kita ingatkan bahwa jabatan menteri merupakan amanah besar yang Semestinya diemban oleh individu yang kompeten, berdedikasi, dan siap melayani kepentingan rakyat. Tempatkanlah kepentingan publik di atas ambisi pribadi dan kepentingan Grup.

Menjadi menteri memang amat legit, dapat sorotan publik, menggenggam kekuasaan, dan Mempunyai akses terhadap jaringan yang luas. Tetapi, di balik gemerlapnya jabatan, menteri membawa tanggung jawab yang besar.

Maka dari itu, ingatlah, jangan sekali-kali menjadikan jabatan menteri sebagai tempat belajar, apalagi ajang coba-coba. Itu karena jabatan menteri terlalu mahal Kepada tempat belajar atau wahana uji coba.

 

Mungkin Anda Menyukai