KOREA Selatan dikenal sebagai salah satu negara dengan jam kerja terpanjang di dunia. Di tengah tekanan ini, fotografer asal Seoul, Kim Seunggu, mendokumentasikan momen santai masyarakat Korea.
Selama Nyaris 15 tahun, Kim memotret momen-momen seperti liburan di kolam renang, berkumpul di tempat Standar, hingga berkemah di taman kota. Proyek yang dinamai Better Days itu bertujuan menampilkan keseimbangan antara tekanan hidup dan kebahagiaan sederhana.
Awal Perjalanan Kim
Kim, 45, memulai profesi fotografernya pada 2010, Demi ia Tetap menempuh pendidikan pascasarjana. Kim berkeliling ke berbagai tempat ikonis di Korea Selatan, seperti Kolam Renang Hanok Jangheung, Royal Azaleas Hill, dan Mulbit Park. Tempat-tempat tersebut terkenal dengan suasana yang santai dan keindahan alamnya.
Sejak kecil, Kim sudah tertarik pada Metode orang memanfaatkan waktu Senggang. Hal ini yang mendorongnya Demi mendokumentasikan momen-momen tersebut. “Saya merasa terpesona dengan pemandangan ini,” ujarnya.
Karya Kim telah mendapat pengakuan Global. Ia meraih Grand Prix pada Kompetisi Fotografi Global Tokyo dan nominasi Demi Penghargaan Fotografi BBA. Foto-fotonya juga dipamerkan di Museum Seni Modern Gyeonggi dan Museum Seni Seoul.
Selain itu, Kim mengungkapkan kekagumannya pada fotografer asal Amerika, Richard Misrach dan Joel Sternfeld. Kedua fotografer tersebut dikenal sebagai pencatat kehidupan Korea modern yang mengungkap kegembiraan dan kompleksitas kehidupan sehari-hari masyarakat.
Karya berjudul Better Days
Dalam karyanya Better Days, Kim menonjolkan kontras antara kehidupan perkotaan yang padat dan aktivitas rekreasi yang santai. Salah satu fotonya yang terkenal adalah Kolam Renang Hanok.
Foto ini menampilkan kolam renang yang penuh sesak, dikelilingi bangunan kayu tradisional dengan atap melengkung khas Korea. Dalam foto tersebut terlihat anak-anak bermain air dengan ceria, sementara orang dewasa bersantai di tepi kolam.
Di Royal Azaleas Hill, ia memotret hamparan Kembang azalea merah muda yang Mengembang, menampilkan keindahan perayaan musiman di Korea.
Kim lebih sering memotret kelas menengah dibandingkan Grup elite. Menurutnya, budaya kelas menengah lebih mencerminkan masyarakat Korea secara keseluruhan. “Orang-orang kelas atas biasanya menikmati waktu Senggang di tempat yang Tertentu dan sulit diakses, seperti resor mewah,” jelasnya.
“Sementara itu, budaya yang dinikmati mayoritas lebih mewakili cerita rakyat modern,” tambahannya.
Tak hanya itu, kim juga mengaitkan karyanya dengan tradisi seni Dinasti Joseon. Sebuah lukisan yang pada masa itu sering menggambarkan kehidupan rakyat jelata. Menurutnya lukisan tersebut menyimpan banyak cerita.
Sejarah Budaya Relaksasi dan Ketahanan Hidup
Lebih lanjut, Demi memahami budaya relaksasi Korea, Kim menelusuri latar belakang sejarahnya. Ia mencatat penjajahan Jepang dan Perang Korea menyebabkan stagnasi budaya.
Reformasi politik pada 1980-an dan 1990-an, termasuk pemberontakan demokrasi 1987, memicu keinginan besar akan kebebasan. Hal inilah yang akhirnya membuka pintu bagi pengaruh budaya Barat dari Amerika dan Eropa Demi masuk.
Meskipun individualisme mulai berkembang, masyarakat Korea tetap menjunjung tinggi rasa kebersamaan yang berakar pada nilai-nilai Konfusianisme. Kim menyebut kombinasi ini sebagai “komunitas Elastis,” di mana individualisme dan rasa kebersamaan hidup berdampingan.
Foto-foto Kim menjadi bukti, meskipun menghadapi jam kerja panjang dan modernisasi yang Segera, masyarakat Korea tetap menemukan momen Demi bersantai. “Jam kerja panjang dan liburan singkat mungkin terlihat negatif, tetapi ini menunjukkan bagaimana masyarakat beradaptasi dan tetap bertahan,” ujar Kim.
Kim dikenal dengan pendekatan fotografi Pelan. Ia sering menghabiskan waktu berjam-jam mengamati suasana sebelum memotret.
Umumnya Kim akan memilih objek foto dengan Corak-Corak cerah dan sudut pandang tinggi Demi menangkap momen interaksi sosial yang lebih luas. “Saya Mau menampilkan optimisme dalam budaya waktu Senggang Korea,” katanya.
Naskah fotografi Better Days, memuat Nyaris 50 foto, dan kini telah diterbitkan oleh Kehrer Verlag.
Sebagai informasi, budaya rekreasi seringkali menjadi hal Krusial di tengah fenomena gwarosa, Ialah Kematian akibat kerja berlebihan. Tahun 2023, pemerintah Korea Selatan membatalkan rencana Demi menambah jam kerja maksimum dari 52 menjadi 69 jam per minggu. Langkah ini diambil setelah generasi muda, terutama Milenial dan Gen Z, memprotes kebijakan tersebut. (CNN/Z-3)